Winter War, Bukti Keberanian Finlandia Menantang Uni Soviet

- Karelia pernah menjadi bagian Rusia sebelum merdeka pada 1917, tetapi hubungan dengan Finlandia tetap tegang.
- Uni Soviet menggunakan taktik licik untuk memfitnah Finlandia dan memiliki keunggulan jumlah pasukan dan alat tempur.
- Finlandia memiliki keunggulan pengetahuan medan tempur, pengalaman bertempur di salju, serta memanfaatkan faktor cuaca.
Dunia sedang tertuju kepada pergerakan Nazi Jerman yang mengambil alih Austria di Eropa Barat pada akhir 1939. Pada saat yang sama, sebuah konflik meletus di Eropa bagian Utara. Saat itu, Uni Soviet dan Finlandia berperang dalam sebuah konflik yang dikenal dengan nama Winter War.
Perang ini berlangsung pada 30 November 1939–13 Maret 1940 atau saat musim dingin. Meskipun durasinya relatif singkat, perang ini berdampak signifikan terhadap hubungan kedua negara. Di samping itu, perang ini menjadi bukti keberanian Finlandia menantang negara raksasa seperti Uni Soviet.
1. Karelia yang menjadi rebutan

Finlandia pernah menjadi bagian dari Kekaisaran Rusia sebelum akhirnya merdeka pada 1917. Namun, setelah merdeka, hubungan Finlandia dengan negara tetangganya tersebut masih tegang. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor, termasuk perebutan wilayah Karelia.
Pada 23 Agustus 1939, Uni Soviet dan Jerman menandatangani Pakta Molotov. Perjanjian itu merupakan perjanjian yang melarang kedua negara untuk saling menyerang. Meski begitu, Joseph Stalin (pemimpin Uni Soviet) masih khawatir jika Adolf Hitler dan Jerman akan melanggar perjanjian.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Uni Soviet meminta Finlandia untuk menyerahkan Karelia. Wilayah tersebut merupakan daerah strategis yang bisa menjadi jalur penyerangan Jerman jika ingin menyerang Leningrad (Uni Soviet). Namun, Finlandia jelas menolak untuk melepas Karelia ke Uni Soviet.
2. Strategi licik Uni Soviet

Pada 26 November 1939, Pasukan Merah Uni Soviet menyerang salah satu desa di perbatasan Finlandia. Padahal, desa tersebut masih berada di wilayah Uni Soviet. Taktik itu digunakan Uni Soviet untuk memfitnah Finlandia, guna membuat kesan jika sang musuh menyerang Uni Soviet terlebih dahulu.
Pada 30 November 1939, Uni Soviet pun memulai invasinya ke Finlandia dengan mengklaim sebagai serangan balasan. Namun, banyak pihak internasional yang meragukan klaim tersebut. Saat itu, Pasukan Merah Uni Soviet dipimpin oleh Kliment Voroshilov, sedangkan pasukan Finlandia dipimpin Carl Gustaf Emil Mannerheim.
3. Perbandingan kekuatan militer, medan pertempuran, dan kondisi cuaca

Secara jumlah, Uni Soviet memiliki keunggulan yang besar dalam hal pasukan dan alat tempur. Sedangkan, Finlandia memiliki jumlah tentara yang jauh lebih sedikit dengan perlengkapan yang terbatas dan minim dukungan eksternal. Hal itulah yang membuat Kliment Voroshilov percaya diri bisa membawa Uni Soviet menang dengan mudah.
Namun, Finlandia memiliki sejumlah keunggulan, terutama pengetahuan medan tempur. Selain itu, mereka pun memiliki pengalaman bertempur di lingkungan bersalju. Dengan faktor-faktor tersebut, Motti Tactics yang diracik Emil Mannerheim dapat digunakan dengan mudah untuk memecah pasukan besar Uni Soviet.
Faktor cuaca juga mendukung keadaan Finlandia. Musim dingin dengan suhu ekstrem dan bersalju tebal memperlambat pasukan Uni Soviet. Namun, Finlandia cerdik memanfaatkan situasi. Mereka menggunakan ski dan pakaian kamuflase putih yang membantu mereka bermanuver dengan lebih baik di medan yang penuh salju tebal.
4. Pahlawan dari Finlandia dan Uni Soviet

Beberapa individu dari pihak Finlandia mendapat perhatian selama Winter War. Salah satunya ialah Simo Hayha, seorang penembak jitu yang dikabarkan menewaskan ratusan tentara Uni Soviet. Dengan senjata sniper yang kuno, ia menjadi figur penting dan legenda yang sering disebut dalam catatan perang ini.
Saat Finlandia berjaya, Uni Soviet sempat mengalami kesulitan. Mereka mengalami pelemahan struktural militer akibat pembersihan perwira sebelum Winter War. Pembersihan tersebut sangat melemahkan Uni Soviet dan membuat internal pasukan kacau.
Kekacauan tersebut membuat Uni Soviet sempat menelan kekalahan. Hal tersebut berbuntut kepada pemecatan Kliment Voroshilov sebagai pimpinan pasukan. Sebagai gantinya, Joseph Stalin pun menunjuk Simon Timoshenko sebagai pemimpin baru.
5. Akhir dari Winter War

Setelah beberapa kali kalah, Uni Soviet akhirnya memenangkan Winter War saat dipimpin Simon Timoshenko. Kendati demikian, kerugian besar yang tak sebanding harus mereka alami. Apalagi, mereka kehilangan lebih dari 125 ribu tentara akibat perang ini. Jumlah tersebut, delapan kali lebih banyak dibandingkan jumlah korban tewas dari pihak Finlandia.
Perang ini pun resmi berakhir pada 13 Maret 1940 setelah penandatanganan Perjanjian Perdamaian Moskow. Dalam perjanjian tersebut, Finlandia kehilangan sebagian wilayah timurnya, termasuk Karelia. Dampaknya, sekitar 400 ribu warga Finlandia harus direlokasi dari wilayah yang diserahkan kepada Uni Soviet.
Meski pada akhirnya kalah, Finlandia menunjukkan mentalitas pejuang. Winter War menjadi saksi dari kehebatan mereka. Di sisi lain, perang ini juga menjadi evaluasi besar bagi Uni Soviet dan Pasukan Merah untuk menghadapi Perang Dunia II, beberapa tahun setelah Winter War berkecamuk.