12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidup

Produk kebersihan ternyata menciptakan polutan bagi alam

Peringatan akan kerusakan lingkungan sudah berulang kali dilontarkan kepada umat manusia selama beberapa dekade terakhir. Menurut penelitian tahun 2018 yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, umat manusia bertanggung jawab (atau terlibat dalam) pemusnahan sekitar 50 persen tanaman dan 83 persen hewan. Meski begitu, keberadaan manusia bukanlah akar dari permasalahannya.

Kerusakan ini disebabkan karena tindakan dan keputusan yang diambil manusia sejak awal peradaban. Banyak di antaranya yang tidak memperhitungkan konsekuensi dan dampaknya terhadap lingkungan di masa depan. Mulai dari pencemaran laut yang mengancam kehidupan organisme laut hingga eksploitasi sumber daya alam secara sembarangan.

Untuk mengurangi atau bahkan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh manusia terhadap Bumi dan penghuninya, sangat penting bagi kita untuk mengidentifikasi dampak terburuk yang ditimbulkan manusia terhadap alam. Nah, berikut ini adalah beberapa perilaku manusia yang membahayakan alam dan makhluk hidup.

1. Kepunahan mamalia di sebuah pulau akibat perubahan iklim yang disebabkan manusia

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk HidupBramble cay melomys di tahun 2016 dinyatakan punah di pulau Bramble, yang merupakan habitat endemiknya, dan kemungkinan juga punah secara global akibat perubahan iklim sebagai penyebab utamanya. (commons.wikimedia.org/Department of Environment and Heritage Protection/Ian Bell)

Di ujung utara Great Barrier Reef Australia terdapat sebuah pulau kecil bernama Bramble Cay. Pulau ini terkenal dengan keberadaan mamalia bernama Bramble Cay Melomy. Hewan ini lebih kecil dari telapak tangan orang dewasa dan memiliki bulu berwarna coklat kemerahan.

Bramble Cay Melomy adalah hewan pengerat yang lebih menawan daripada tikus rumah pada umumnya. Sayangnya, hewan ini juga merupakan spesies yang tidak akan pernah bisa kamu lihat lagi di dunia. Hewan ini menjadi mamalia pertama yang punah akibat perubahan iklim, sebagaimana yang dijelaskan National Geographic.

Pulau Bramble Cay terbuat dari karang, batu, dan pasir. Namun, pulau ini diterjang banjir besar akibat kenaikan permukaan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. Derasnya air laut mampu menghanyutkan tumbuhan, merusak keindahan alam, bahkan menenggelamkan hewan kecil di pulau tersebut.

Sejak 2004, pulau ini telah kehilangan sembilan persepuluh vegetasinya akibat banjir. Hilangnya sumber makanan utama dan kehancuran habitat Bramble Cay Melomy membuat populasi mereka menurun. Terakhir kali mamalia ini terlihat pada tahun 2009. Mereka ditemukan bersembunyi di bawah sampan.

Ilmuwan Australia mengonfirmasi bahwa kepunahan Bramble Cay Melomy terjadi pada 2016. Mereka mencatat bahwa dampak perubahan iklim akibat ulah manusia adalah alasan yang paling nyata mengapa mereka punah.

2. Perburuan berlebihan yang dilakukan manusia membuat burung dodo punah

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupkerangka burung Dodo di museum di Toronto (commons.wikimedia.org/NotFromSerbia)

Burung dodo adalah spesies burung yang tidak bisa terbang. Burung ini juga merupakan endemik Mauritius, sebuah negara kepulauan kecil di bawah Kepulauan Mascarenhas (atau Mascarenes) di Samudera Hindia. Burung berbulu putih dan tidak bisa terbang ini terakhir kali terlihat masih hidup pada akhir abad ke-17.

American Museum of Natural History merangkum bahwa sejak pertama kali tentara Belanda menemukan burung dodo pada 1600-an, populasi burung ini mengalami penurunan selama 80 tahun. Hal ini disebabkan karena habitat aslinya yang dirusak. Perburuan yang dilakukan oleh manusia (penjajah Eropa) dan hewan-hewan yang mereka bawa di kapal, seperti kucing, anjing, babi, dan hewan pengerat juga berkontribusi terhadapnya.

Disisi lain, berdasarkan data iklim selama 8.000 tahun, burung dodo sebenarnya adalah salah satu dari banyak spesies di Madagaskar dan Mascarene yang mampu bertahan dari kekeringan besar yang berulang selama ribuan tahun. Studi 2020 yang diterbitkan di Science juga menyatakan bahwa peningkatan aktivitas manusia secara besar-besaran memperburuk kelangsungan hidup burung dodo. Padahal, populasi mereka memang sudah terancam oleh tekanan iklim yang parah.

3. Manusia meninggalkan sampah di luar angkasa

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupilustrasi sampah ruang angkasa oleh ESA/ESOC (commons.wikimedia.org/European Space Agency)

Eksplorasi ruang angkasa selalu menjadi hal yang menarik bagi umat manusia. Kemajuan dalam ilmu antariksa juga memberikan banyak manfaat bagi umat manusia, seperti peningkatan respons terhadap bencana, pengembangan teknologi dan infrastruktur, prakiraan cuaca yang lebih baik, dan peningkatan produksi pertanian.

Sayangnya, mengirim peralatan ini ke luar angkasa juga secara tidak sengaja meninggalkan barang-barang rongsokan. Barang-barang rongsok ini mungkin akan tetap ada di luar angkasa selama berabad-abad atau bahkan ribuan tahun.

Natural History Museum mendefinisikan bahwa sampah luar angkasa terdiri dari bagian roket yang terlepas hingga satelit yang dinonaktifkan. Satelit yang tak terpakai ini mengambang di orbit terendah Bumi, yaitu kurang lebih 160 km di atas planet kita. Bagian-bagian dan partikel-partikel ini sudah tidak berguna lagi atau muncul secara tidak sengaja. Misalnya serpihan cat, mur dan baut yang terlepas dari roket.

Dikutip National Geographic, puing-puing luar angkasa dapat bergerak dengan kecepatan lebih dari 22.300 mph. Kecepatan ini bisa menyebabkan kerusakan yang besar meskipun hanya dari sebuah potongan kecil benda logam. Berdasarkan perkiraan baru-baru ini, setidaknya ada 3.000 satelit yang sudah mati, 34.000 serpihan berukuran kurang dari 10 sentimeter, dan banyaknya potongan-potongan kecil yang terbang mengelilingi Bumi dengan kecepatan yang sangat tinggi.

4. Banyak kelomang (kepiting hermit) mati karena terjebak di dalam botol plastik

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupkelomang di pantai Thailand (commons.wikimedia.org/Rushen)

Bagi sebagian orang, hanya membuang sampah plastik berukuran kecil mungkin tidak menimbulkan dampak yang signifikan. Sayangnya, ini bukan masalah besar atau kecilnya suatu sampah. Pasalnya, pembuangan limbah yang tidak bertanggung jawab dapat menimbulkan dampak ekologis yang mengancam makhluk hidup lain.

Sejumlah besar organisme di ekosistem laut mati karena sampah plastik. Yang bikin miris, sampah plastik ini bahkan menjerat leher burung laut dan penyu, ditemukan di perut ikan paus, dan bahkan tersangkut di punggung kelomang atau kepiting hermit.

Selain itu, banyak kelomang yang terjerat di dalam botol plastik. Nah, karena tidak bisa keluar, kelomang ini akhirnya mati kelaparan. Lebih buruk lagi, setelah kelomang ini mati, tubuhnya melepaskan sinyal kimia yang secara tidak sengaja menarik kelomang lain untuk masuk ke perangkap maut yang sama.

Menurut laporan National Resources Defense Council, para ilmuwan menemukan sisa-sisa dan cangkang 526 kelomang di dalam botol plastik. Menurut para ilmuwan, lebih dari 500.000 kelomang dari Kepulauan Cocos di Samudera Hindia dan Pulau Henderson di Samudera Pasifik Selatan telah mati akibat terjebak dalam sampah plastik. 

5. Tenaga listrik menimbulkan banyak risiko dan bahaya terhadap lingkungan sekitar

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk HidupIlustrasi instalasi listrik di perumahan (IDN Times/Umi Kalsum)

Akan sangat sulit jika hidup tanpa listrik, terutama dengan ketergantungan kita sekarang ini. Lantaran, banyaknya inovasi dan teknologi saat ini yang sangat bergantung pada tenaga listrik. Namun, seiring dengan kemajuan masyarakat, listrik juga mempunyai dampak yang buruk, lho, terhadap alam.

Dilansir World Nuclear Association, penggunaan segala bentuk energi primer untuk menghasilkan listrik demi menopang kebutuhan sehari-hari ternyata menimbulkan masalah lingkungan dan beberapa risiko lainnya. Meskipun hampir setiap komponen sistem ketenagalistrikan mempunyai potensi dampak lingkungan, tingkat keparahannya tergantung dari bagaimana listrik diproduksi. Beberapa dampaknya seperti pelepasan polutan ke perairan, terciptanya produk limbah padat yang berpotensi beracun, emisi gas rumah kaca, dan menipisnya sumber daya lahan dan air untuk memenuhi fungsi penting pembangkit listrik.

Selain itu, struktur listrik untuk menjangkau berbagai lokasi pun dapat menimbulkan bahaya bagi satwa liar. Seperti yang dilaporkan Science Daily, banyak spesies burung sering kali tersengat kabel listrik. Masalahnya, kebanyakan burung yang tersengat listrik ini merupakan spesies burung langka. Burung juga rawan menabrak kabel listrik saat terbang, yang juga membahayakan nyawa mereka.

6. Kematian terumbu karang

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupterumbu karang yang memutih (commons.wikimedia.org/National Marine Sanctuaries/Wendy Cover/NOAA)

Terumbu karang terbentuk dari ratusan atau bahkan ribuan polip dan menyimpan kalsium karbonat di bawah tubuhnya. Struktur keras yang dihasilkan ini berfungsi seperti surga bagi kehidupan laut, serta titik jangkar bagi ekosistem laut. Terumbu karang menyediakan perlindungan bagi berbagai tanaman dan hewan di bawah air.

Terumbu karang juga memungkinkan daur ulang nutrisi dan menopang kehidupan banyak organisme. Itu sebabnya, akan menjadi masalah besar jika hampir seluruh terumbu karang di dunia tiba-tiba mati. Berdasarkan temuan para ahli, hal ini bisa saja terjadi sebelum abad ke-22 tiba.

Alga penghasil nutrisi yang disebut zooxanthellae tumbuh subur di terumbu karang. Nutrisi ini sekaligus menjaga terumbu dan memberinya warna. Namun, sistem yang saling menguntungkan ini akan terganggu ketika suhu air meningkat melampaui ketahanan terumbu karang terhadap suhu air.

Di sisi lain, peningkatan suhu air terjadi karena meningkatnya karbon dioksida yang diserap lautan dari atmosfer. Hal ini menyebabkan karang mengeluarkan zooxanthellae mereka, yang mengubah karang menjadi putih. Nah, peristiwa inilah yang disebut pemutihan, dan ini bisa membunuh terumbu karang.

Terumbu karang di seluruh dunia terus terancam keberlangsungan hidupnya karena meningkatnya suhu laut, berbagai jenis polutan yang dibuang ke laut, dan penangkapan ikan yang merusak terumbu karang itu sendiri. Patut dicatat bahwa semua hal ini berkaitan dengan aktivitas manusia. Jika kita semua terus membiarkan hal ini tidak terkendali, dunia akan kehilangan hingga 90 persen terumbu karangnya dalam dua dekade mendatang.

Baca Juga: 6 Ikan Invasif yang Berbahaya bagi Ekosistem Indonesia, Merugikan!

7. Pesta yang menyebabkan kebakaran hutan seluas 23.000 hektare

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupkebakaran Caldor seluas lebih dari 220.000 hektare di wilayah El Dorado, Amador, dan Alpine di California pada 2021 (commons.wikimedia.org/National Interagency Fire Center/Acacia England, Dinas Kehutanan AS)

Penting untuk dipahami bahwa kebakaran hutan, secara umum, tidak selalu berdampak buruk bagi alam. Faktanya, kebakaran hutan akibat sambaran petir dan kejadian alam lainnya, justru sangat penting bagi spesies tertentu untuk berkembang karena manfaat yang diberikannya.

Kebakaran hutan yang disebabkan oleh alam dapat membantu mengendalikan populasi serangga dan mengekang penyebaran penyakit pada tanaman. Panas yang dihasilkan juga dibutuhkan oleh kerucut pohon tertentu untuk menyebarkan benihnya. Selain itu, kebakaran hutan juga menyebabkan pohon-pohon dan semak-semak mati, sehingga membuka jalan bagi pohon-pohon baru untuk tumbuh menggantikannya.

Namun, karena perubahan iklim yang cepat, kawasan hutan jadi semakin rentan terhadap kebakaran. Kebakaran hutan inilah yang lebih merusak dan sulit dikendalikan.  Ada pula masalah kebakaran hutan yang disebabkan oleh manusia. Kebakaran ini dipicu oleh aktivitas berbahaya.

Pada 2020, sebuah keluarga mengadakan pesta gender reveal di Taman Peternakan El Dorado di Pegunungan San Bernardino. Sayangnya, perayaan tersebut menggunakan kembang api yang menghasilkan asap dan secara tidak sengaja membakar rumput kering. Api dengan cepat menyebar akibat panas ekstrem dan angin yang kencang.

Selama 23 hari, kebakaran ini menghanguskan hampir 23.000 hektare hutan. Ini memaksa penduduk sekitar untuk mengungsi, menyebabkan 13 orang terluka, serta 1 orang meninggal, seperti yang dilaporkan InciWeb.

8. Tumpahan minyak di perairan berpotensi membunuh jutaan satwa liar

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hiduppenyelamatan dan rehabilitasi penyu oleh Dr. Brian Stacy, dokter hewan NOAA, yang terdampak akibat tumpahan minyak di Teluk Meksiko (commons.wikimedia.org/NOAA)

Tumpahan minyak terjadi ketika anjungan minyak rusak atau mengalami kebocoran. Dampak langsung dan jangka panjang dari kejadian tersebut terhadap lingkungan sangatlah menghancurkan. Matinya banyak flora dan fauna, masuknya polutan ke dalam air laut yang memengaruhi kualitas air, dan terganggunya tingkat pH atau salinitas air yang berdampak buruk terhadap lingkungan.

Menurut Statista, tumpahan minyak jauh lebih sering terjadi pada 1970-an, yaitu sekitar 20 kasus setiap tahunnya, dibandingkan pada tahun 2010-an, 1 hingga 2 kasus per tahun. Meskipun lebih jarang terjadi, tumpahan minyak ke laut sangatlah berbahaya. Bahkan, dampaknya bertahan selama lebih dari 1 dekade, lho.

Pada 2010, anjungan pengeboran BP Deepwater Horizon di Teluk Meksiko meledak. Kilang minyak ini mengalami kebocoran lebih dari 130 juta galon minyak. Bencana ini menjadi tumpahan minyak terbesar di perairan Amerika Serikat dan salah satu bencana lingkungan paling mengerikan di dunia.

Masalahnya, minyak ini tumpah di teluk dengan keanekaragaman hayati yang sangat besar dan beragam selama hampir 3 bulan lamanya. Hal ini tentunya berpotensi menyebabkan kematian jutaan organisme laut. Sekitar satu dekade setelah tumpahan minyak tersebut, dampaknya masih terlihat pada populasi lumba-lumba, burung laut, penyu, dan spesies lainnya yang masih hidup. Misalnya, lumba-lumba hidung botol tercatat memiliki masalah paru-paru, jantung, dan reproduksi yang lebih tinggi, serta lebih rentan mengalami stres.

9. Produk kebersihan diri yang mengandung microbeads

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupilustrasi skincare pada malam hari (pexels.com/cottonbro studio)

Mikroplastik dari produk skincare (microbeads) dapat menimbulkan dampak yang sangat negatif terhadap lingkungan. Microbeads yang sangat kecil ini bisa lolos dari filter air limbah, lalu mereka menuju ke laut dan termakan oleh organisme laut. Kebanyakan organisme laut ini pun mati akibat polutan tersebut.

Perdebatan seputar polusi mikroplastik, khususnya yang terdapat dalam pembersih tangan, pasta gigi, dan pembersih wajah, sebenarnya sudah dilakukan selama beberapa dekade terakhir. Masalah polusi mikroplastik ini diangkat pertama kali oleh para ilmuwan pada 1970-an. Dikutip ScienceDirect, produk-produk kebersihan pribadi tersebut sebelumnya dianggap hanya sebagai polutan kecil, karena konsumen jarang menggunakannya.

Namun, segalanya berubah pada 2000-an. Pasalnya, semakin banyak orang yang mulai menggunakan produk pembersih ke dalam rutinitas sehari-hari. Selain itu, produk pembersih wajah mengandung lebih dari 300.000 microbeads, sebagaimana yang ditulis The Guardian. Hal ini pun menjadi perhatian serius.

Nah, ada cara, nih, supaya kamu masih bisa menikmati produk kebersihan pribadi sekaligus meminimalisir kerusakan pada lingkungan. Kamu cukup periksa labelnya sebelum membeli pembersih wajah, pasta gigi, atau pembersih tangan. Ingat, hindari produk yang mengandung komponen nilon, polietilen (PE), polietilen tereftalat (PET), polimetil metakrilat (PMMA), polipropilen (PP), atau polytetrafluoroethylene (PTFE).

10. Polusi cahaya membunuh burung dan serangga

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hiduppemandangan malam hari Saint Jean de Maurienne yang diambil menggunakan mode Astrofotografi ponsel Pixel 5 (commons.wikimedia.org/Alexmodesto73)

Banyaknya cahaya buatan, baik di daerah perkotaan yang padat penduduknya atau dari kendaraan yang keluar pada malam hari, ternyata memiliki dampak yang sangat merugikan, lho, baik pada populasi burung maupun serangga. Cahaya buatan yang berlebihan pada malam hari dapat membuat banyak spesies burung yang bermigrasi pada malam hari mengalami disorientasi. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di The Condor menyatakan bahwa hingga 1 miliar burung di Amerika Serikat mati setiap tahunnya karena menabrak bangunan.

Beberapa spesies burung bahkan tertarik dengan cahaya tersebut. Hal ini tentu saja mengganggu pola migrasi burung. Ketika burung mengalami disorientasi, mereka akan mati kelaparan dan menjadi sasaran bagi predator.

Beberapa burung laut yang aktif di malam hari tertarik pada cahaya mercusuar, lampu di anjungan minyak, dan bangunan lain dengan penerangan buatan, mereka seringkali kelelahan saat mengudara. Oleh sebab itu, mereka dapat dengan mudah diincar pemangsaan atau mati kelaparan.

Di samping itu, lampu malam berdampak negatif terhadap perilaku serangga di malam hari. Hal ini menurunkan tingkat reproduksi sekaligus meningkatkan kemungkinan predator menemukan dan memakannya. Misalnya, sebuah penelitian di Inggris yang diterbitkan dalam Science Advances mengungkapkan bahwa lampu jalan akan menghambat ngengat nokturnal bertelur, sekaligus menjadikan mereka sasaran empuk bagi kelelawar dan burung. Menariknya, lampu jalan juga memengaruhi selera makan ulat yang lahir di bawahnya, sehingga membuat populasinya menyusut.

11. Perusakan habitat satwa liar berdampak pada manusia sendiri

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hiduppenggundulan hutan di Kalimantan Tengah, 8 Juni 2013 (commons.wikimedia.org/IndoMet in the Heart of Borneo)

Perambahan yang terjadi terus menerus terhadap habitat alami dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya peningkatan interaksi manusia dengan berbagai satwa liar. Ini menyebabkan peningkatan tajam terhadap penyakit zoonosis, penyakit yang berasal dari hewan. Menurut World Development, pada 2017 sekitar tiga perempat penyakit menular baru diklasifikasikan sebagai penyakit zoonosis.

Kelelawar secara umum dianggap sebagai sumber virus mematikan. Berbagai macam penyakit akibat virus, termasuk SARS, Mers, Ebola, dan COVID-19, dikaitkan dengan kelelawar. Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, para peneliti mencatat bahwa 137 virus pada kelelawar, 61 di antaranya bersifat zoonosis.

Para ahli menyebut bahwa kemampuan kelelawar yang bisa terbang menjadi alasan utama mengapa banyak sekali virus zoonosis berkembang biak di dalam tubuh kelelawar. Lantaran kelelawar mengeluarkan banyak energi untuk terbang, hal ini tentunya meningkatkan suhu tubuhnya hingga 40 derajat Celsius. Virus yang dapat bertahan hidup di lingkungan yang tidak bersahabat ini, tentunya cukup kuat untuk bertahan hidup pada suhu standar tubuh manusia atau sekitar 38 derajat Celsius.

12. Zona mati akibat ulah manusia

12 Perilaku Manusia yang Merusak Alam dan Makhluk Hidupikan mati di zona mati (commons.wikimedia.org/Lamiot)

Zona mati adalah sebuah wilayah yang dihindari oleh organisme hidup. Itu sebabnya, hanya sedikit atau bahkan tidak ada kehidupan di tempat tersebut. Dilansir US National Oceanic and Atmospheric Administration, zona mati itu bersifat hipoksia, artinya hanya sedikit sekali oksigen yang ada di dalam air.

Meskipun fenomena ini bisa terjadi secara alami, namun bisa juga disebabkan oleh manusia. Secara khusus, kelebihan nutrisi dari lahan pertanian dan instalasi pengolahan limbah yang masuk ke perairan, merangsang pertumbuhan alga secara berlebihan. Pada akhirnya, alga tersebut membusuk dan tenggelam. Alga yang tenggelam ini akan mengambil oksigen dari ekosistem laut dan membuat organisme lain kehilangan oksigen. Beberapa biota laut cukup cepat (dan beruntung) untuk dapat berpindah ke daerah lain yang memiliki cukup oksigen, tapi banyak juga yang mati.

Ada beberapa contoh zona mati di seluruh dunia, seperti daerah hipoksia di Laut Baltik, Laut Hitam, Danau Erie, dan Teluk Chesapeake. Salah satu zona mati terbesar terjadi di Teluk Meksiko. Zona mati di Teluk Meksiko ini disebabkan oleh kelebihan pasokan nitrogen dan fosfor yang mengalir dari sumber air limbah di sepanjang Sungai Mississippi.

Tindakan umat manusia sangat berdampak pada kehidupan makhluk hidup lainnya. Tidak hanya saat ini, namun selama beberapa dekade mendatang. Oleh sebab itu, seharusnya kita lebih peduli dan menjaga alam, dimulai dari yang kecil-kecil dulu, ya.

Baca Juga: 5 Fakta Pencemaran Air yang Sangat Mengancam, Bisa Sebabkan Krisis!

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya