TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Riset: Ini 7 Faktor Terbesar Penyebab Perceraian di Dunia

Data diambil secara rata-rata

freepik.com

Perceraian adalah ketakutan setiap pasangan yang telah berumah tangga maupun ingin menuju ke jenjang tersebut. Penelitian menyatakan bahwa faktor penyebab terbesar perceraian adalah kondisi ekonomi. Namun sebelum menyentuh masalah di faktor tersebut, ternyata ada beberapa faktor lain yang mampu melatarbelakangi terjadinya perceraian.

Beberapa faktor penyebab perceraian tersebut diketahui sebagai faktor terbesar yang diambil dari hasil rata-rata di berbagai penjuru dunia. Dilansir dari sciencealert, inilah 7 di antaranya!

1. Menikah di usia remaja ataupun lebih dari 32 tahun, meskipun tidak selalu

huffingtonpost.com

Waktu terbaik untuk menikah menurut penelitian ternyata memang saat kamu dan dia merasa sama-sama sudah siap, baik secara fisik maupun batin. Menurut penelitian Nicholas Wolfinger, setelah usia 32 tahun, jika menikah, risiko perceraian meningkat 5 persen setiap tahunnya. Selain itu makin besar jarak usia di antara pasangan, makin tinggi pula risiko perceraiannya.

2. Suami di keluarga tersebut gak bekerja full-time atau gak bekerja sama sekali, apalagi jika budaya lingkungannya menuntut sebaliknya

parfaitemamancinglante.com

Sebuah penelitian Harvard di tahun 2016 menemukan bahwa suami yang gak bekerja memiliki risiko perceraian lebih tinggi dari kondisi ekonomi keluarga yang di bawah rata-rata. Status bekerja istri diketahui gak berpengaruh besar pada risiko perceraian. Penelitian menggarisbawahi bahwa stereotip lingkungan yang mengharuskan pria di keluarga untuk bekerja itulah penyebab utama risiko perceraian tersebut.

Baca juga: Secara Ilmiah, Kapan Usia Terbaik untuk Menikah?

3. Semakin rendah tingkat pendidikan, semakin besar risiko perceraian

together.guide

Sebuah penelitian yang dilakukan sejak tahun 1979 oleh National Longitudinal Survey of Youth menemukan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin kecil risiko perceraiannya ketika ia berumah tangga. Secara gak langsung, rendahnya tingkat pendidikan sering berdampak pada rendahnya pendapatan dan rendahnya perkembangan karakter jika disesuaikan dengan perkembangan zaman. Inilah yang memicu tingginya tingkat perceraian pada para pasangan tersebut.

4. Sering merendahkan atau meremehkan pasanganmu

inspiringwomen.co.za

John Gottman, seorang psikolog dari University of Washington dan founder dari Gottman Institute, menyatakan bahwa ada beberapa kebiasaan dalam hubungan yang disebut "empat penyebab utama bencana hubungan", antara lain:

  1. Sering menganggap pasanganmu lebih "rendah" darimu.
  2. Men-cap kebiasaan pasanganmu sebagai karakter dirinya.
  3. Playing victim atau selalu merasa sebagai korban dalam situasi yang sulit.
  4. Selalu menyetop percakapan atau menghindari diskusi.

5. Terlalu gegap gempita berlebihan sebagai pasangan baru menikah

besthealthmag.ca

Kalau kamu gak berpelukan dan berciuman sebagai pasangan baru menikah, itu tanda bermasalah. Namun kalau kamu juga harus terus selalu bersama, itu juga bisa jadi masalah. Psikolog Ted Huston menyatakan dalam penelitiannya di tahun 2001 bahwa pasangan yang bercerai setelah 7 tahun atau lebih, mayoritas sangat susah "dipisahkan" di tahun-tahun pertamanya, bahkan oleh kondisi yang mendesak.

Aviva Patz juga meneliti bahwa pasangan yang intensitas kebersamaannya terlalu berlebihan di awal, akan lebih susah mempertahankannya seiring berjalannya waktu. Karena begitu intensitasnya sedikit saja berkurang, akan menimbulkan banyak asumsi, yang menimbulkan konflik hingga berujung cerai. Jadi, jalani dengan santai dan senang secukupnya.

Temukan intensitas kesibukan positif yang sebanding, yang bisa membangun diri masing-masing. Sehingga ketika ada waktu bersama, kalian akan sangat menghargainya, bukan sekadar sebagai sesuatu yang biasa dijalani. Ini salah satu kunci hubungan sehat bisa bertahan lama.

6. Terlalu sering kabur dalam perdebatan atau konflik

focusonthefamily.com

Ketika pasanganmu mencoba membicarakan sesuatu denganmu, apakah kamu diam dan gak mau mendengarkan atau kabur begitu saja? Kalau iya, itu tanda hubungan yang gak sehat.

Penelitian yang dipublikasi dalam Journal of Marriage and Family tahun 2013 menyebutkan bahwa kebiasaan "kabur dari konflik" akan meningkatkan risiko perceraian jadi sangat tinggi. Menurut penelitian Communication Monographs tahun 2014, gak ada pasangan yang bahagia dengan adanya kebiasaan ini.

Baca Juga: Ini Definisi Pernikahan Sukses Secara Ilmiah yang Perlu Kamu Tahu!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya