TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Prediksi Ilmuwan, 5 Penyebab Kerusakan dan Kematian Bumi di Masa Depan

Planet juga punya masa 'kedaluwarsa'

ilustrasi kerusakan Bumi (wallpaperflare.com)

Dilansir BBC Earth, Bumi yang saat ini sedang kita tinggali bisa saja mengalami akhir kehidupan dalam jangka waktu yang cepat. Planet ini berusia cukup tua, yakni 4,5 miliar tahun dengan gejolak dan peristiwa alam yang menghasilkan cikal bakal kehidupan pada 3,5 miliar tahun lalu.

Mars terbukti menjadi planet yang "mati" akibat kehilangan medan magnetnya di zaman purba. Mungkin di masa depan, Bumi bisa mengalami hal yang sama dengan planet merah itu.

Tentu saja semua planet dan bintang di alam semesta ini akan mati. Namun, kapan itu terjadi? Well, ilmuwan hanya bisa melakukan kalkulasi dan prediksi mengenai kondisi Bumi di masa depan.

Namun, menurut studi dan penelitian, setidaknya ada beberapa hal yang bisa menyebabkan kerusakan dan kematian Bumi. Bahkan, beberapa di antaranya mungkin tidak disadari oleh banyak orang. Apa saja, ya? Yuk, disimak!

1. Polusi yang tak terkendali

Polusi tak terkendali jadi penyebab kerusakan alam. (iqair.com)

Polusi jelas menjadi musuh bagi alam dan Bumi. Saking parahnya, ada 9 dari 10 orang di dunia ini menghirup udara yang tercemar polusi, dilansir Badan Kesehatan Dunia (WHO). Industri, kendaraan bermotor, sampah, limbah kimia, dan bahkan cahaya sudah menjadi sumber dari polusi (polutan) yang ada di seluruh dunia.

Lalu, bagaimana dampaknya terhadap Bumi? Ternyata, polusi dapat membunuh planet ini secara perlahan. Menurut National Geographic, polusi yang terdiri dari nitrogen oksida dan sulfur dioksida bisa bercampur dengan uap air. Hasilnya adalah hujan asam yang akan merusak dan membunuh tanaman atau hutan di seluruh dunia. Jika tanaman musnah, maka kehidupan biologis lainnya juga akan musnah.

Baca Juga: 6 Fakta Addax, Antelop Indah yang Terancam Punah di Alam Liar

2. Produk buatan manusia yang bisa menyebabkan penipisan lapisan ozon

Citra dari lapisan ozon di Bumi. (acs.org)

Secara sederhana, ozon adalah lapisan gas yang melindungi Bumi dari berbagai macam radiasi dan panas dari area luar. Lapisan ozon tersebut terletak di bagian stratosfer, yakni lapisan kedua dari atmosfer Bumi. Sayangnya, lapisan ozon sedang mengalami penipisan dan itu diakibatkan oleh produk buatan manusia.

United States Environmental Protection Agency menjelaskan bahwa senyawa atom klorin dan bromin yang bersentuhan langsung dengan bagian stratosfer akan merusak lapisan ozon. Produk yang mengandung senyawa perusak itu adalah freon di lemari pendingin dan pendingin ruangan. Produk-produk yang menggunakan listrik juga turut andil dalam menyumbang penipisan ozon.

Seperti yang kita ketahui, penggunaan listrik yang tak dibatasi akan menghasilkan emisi karbon yang bisa merusak lapisan ozon. Namun, kabar baiknya adalah lapisan udara itu bisa memperbaiki dirinya sendiri. NASA melansir kabar bahwa lapisan ozon semakin membaik dalam beberapa tahun belakangan. Ditambah pandemik COVID-19, polusi berkurang dan berdampak baik terhadapnya.

3. Efek rumah kaca

ilustrasi panas akibat efek rumah kaca (numerama.com)

Efek rumah kaca adalah sebuah istilah yang digunakan oleh ilmuwan untuk menggambarkan kondisi planet Bumi yang memerangkap atau mengurung panas dari Matahari. Laman British Geological Survey mencatat bahwa kegiatan antropogenik yang dilakukan manusia bisa berdampak besar bagi efek rumah kaca.

Aktivitas antropogenik adalah kegiatan yang berdampak pada kerusakan dan pencemaran alam. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut dalam kurun waktu yang lama, Bumi akan terus menyerap panas dan radiasi Matahari, sehingga suhu akan naik dan pada satu titik akan menyebabkan kematian bagi planet ini.

4. Perubahan posisi, orbit, dan kemiringan Bumi terhadap Matahari

Ilustrasi perubahan posisi Bumi terhadap Matahari. (wikimedia.org)

Sebuah artikel sains yang diterbitkan dalam Discover Magazine pada 2021 mengungkap bahwa perubahan posisi dan pergerakan Bumi bisa mengubah cuaca atau iklim secara ekstrem. Contohnya ada pada bukti-bukti zaman es yang terjadi tiap beberapa juta tahun. Saat ini, sebagian ilmuwan percaya bahwa Bumi akan mengalami hal yang sama di masa depan.

Jika memang saat ini kita berada di era interglasial (era di antara dua zaman es), maka di masa depan Bumi bisa kembali membeku dan tidak diketahui separah apa dampaknya. Akan tetapi, kemungkinan besar manusia masih bisa bertahan di zaman es tersebut. Kecuali jika hal itu diiringi dengan kematian Matahari.

Prinsipnya, jika Matahari mati, maka semua planet di tata surya kita juga akan mati, termasuk Bumi. Beruntungnya, ilmuwan meyakini bahwa Matahari masih bisa bertahan selama miliaran tahun ke depan, dilansir dalam laman Space.

Baca Juga: Jika Manusia Punah, 7 Hewan Ini Diprediksi Menguasai Dunia

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya