TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Sains Self Deprecating Joke, Humor Merendahkan Diri

Melukai diri untuk membuat orang lain tertawa

ilustrasi orang tertawa (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Berbagai jenis gurauan kita lontarkan saat sedang berbincang dengan kawan. Baik jokes receh maupun dark jokes kita gunakan untuk memecahkan rasa canggung. Namun, ada kalanya jokes tersebut malah memperburuk suasana.

Biasanya, suasana makin buruk apabila kita mengucapkan dark jokes dan humor merendahkan diri (self deprecating jokes) pada saat yang tidak tepat. Meskipun begitu, keduanya punya nilai positif juga, lho!

Kita sudah memahami seluk-beluk mengenai dark jokesLantas, bagaimana dengan self deprecating jokes? Yuk, simak lima faktanya!

1. Mengapa kita melakukannya?

ilustrasi orang tertawa (pexels.com/Keira Burton)

Sebelum memahami alasan mengapa kita menggunakan self deprecating jokes, perlu dipahami terlebih dahulu terkait alasan mengapa kita merendahkan diri. Melansir verywellmindkita tidak ingin memberikan kesan angkuh terhadap lawan bicara. Maka dari itu, kita malah meremehkan nilai positif diri kita atau bahkan menghina diri sendiri agar terlihat rendah hati.

Nah, self deprecating jokes adalah bentuk refleks yang kita gunakan untuk menyangkal nilai positif kita sendiri. Situs Universitas Arcadia menjelaskan bahwa humor ini merupakan cara otak kita untuk memantau lingkungan sosial, melihat sejauh mana diri kita diterima versus sejauh mana kita ditolak orang lain. Sikap kritis pada diri sendiri ini bersifat bias, sehingga kita merasa tidak layak dipuji. 

Baca Juga: Mengapa Seseorang Bisa Suka Dark Joke? Ini Penjelasan Ilmiahnya

2. Humor merendahkan diri juga punya kelebihan

ilustrasi kegembiraan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam penelitian berjudul 'Is the use of humor associated with anger management? The assessment of individual differences in humor styles in Spain' oleh Jorge Torres-Marín dan rekan-rekannya, disebutkan bahwa self deprecating jokes punya kelebihan.

Ya, meskipun sering dikaitkan dengan efek psikologis yang negatif, studi ini justru membuktikan sebaliknya. Mereka yang cenderung menggunakan self deprecating jokes menunjukkan tingkat kesejahteraan emosional yang lebih besar.

Menurut Dr. Arnie Cann selaku psikolog dan peneliti humor, semuanya tergantung konteks. Self deprecating jokes memang punya kelebihan dan kekurangan.

Namun, dampak positif dan negatif tersebut bergantung pada bagaimana cara kita menggunakan lelucon tersebut. Kesadaran kita atas dampak positif yang diberikan oleh humor dipercaya dapat mengarah pada kesejahteraan diri.

3. Self deprecating jokes dapat menciptakan hubungan yang positif

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/fauxels)

Sikap humble memang dapat membantu hubungan sosial. Namun, bagaimana ceritanya kalau kita terlalu merendahkan diri?

Well, mengutip Sekolah Pascasarjana Bisnis Stanford, self deprecating jokes memanusiakan pemimpin dan menciptakan hubungan antara pemimpin dan karyawan. Selain itu, jokes macam ini juga mendorong karyawan untuk berpikir bahwa pemimpin itu jauh lebih hebat daripada yang terlihat di permukaan.

Dengan kata lain, pembeberan kelemahan diri sendiri dengan cara humoris menjadi jembatan agar orang lain merasa nyaman untuk menurunkan kewaspadaannya terhadap diri kita. Namun, jangan sampai karyawan yang melakukan self deprecating jokes. Sebab, keahlian mereka dalam bekerja nantinya akan dipertanyakan.

Self deprecating jokes juga menjadi cara untuk mengasihi diri sendiri. Cindy Lamothe, penulis yang sering membuat artikel kesehatan dan psikologi berpendapat melalui situs Shondaland,

"Pada akhirnya, ejekan diri harus menjadi cara untuk mengakui kekurangan dan keterbatasan diri melalui lensa rasa kasih sayang terhadap diri sendiri yang lebih lembut. Tindakan mengolok-olok diri sendiri merupakan pengakuan bahwa kita bukanlah manusia yang sempurna."

4. Di balik kelebihan, tetap ada kekurangan

ilustrasi kemarahan (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Segala hal yang berlebihan tentunya tidak baik. Self deprecating jokes pun demikian. Masih berdasarkan studi Jorge Torres-Marín dan rekan-rekannya, self deprecating jokes dikaitkan dengan kecenderungan yang lebih besar untuk menekan kemarahan.

Penekanan ini bukan berarti kemarahan yang ditujukan kepada orang lain dikurangi atau dikendalikan, melainkan pemicu yang menimbulkan reaksi marah tersebut disembunyikan atau tidak dinyatakan secara eksplisit. Oleh sebab itu, sebaiknya self deprecating jokes tidak digunakan untuk menyembunyikan kecemasan terhadap diri sendiri (insecurity).

Baca Juga: Kamu Suka Guyonan Receh? Ini 5 Fakta Berbasis Ilmiahnya

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya