TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dunia Tanpa Kucing, Ini 5 Skenario Buruk yang Mungkin Terjadi

Menghilangnya kucing dapat timbulkan kekacauan di dunia?

ilustrasi kucing (pexels.com/cats coming)

Kucing merupakan salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Hewan ini masuk ke dalam famili Felidae, yakni mamalia pemakan daging atau karnivor. Istilah 'kucing' sebenarnya bisa merujuk pada kucing besar seperti macan, harimau, singa, dan lain sebagainya. Namun, kita lebih sering menggunakannya untuk menyebut kucing domestik atau rumahan.

Mengingat mereka adalah salah satu hewan dengan populasi terbanyak, pernahkah kamu berpikir apa jadinya jika kucing tiba-tiba hilang atau punah? Berikut ini lima skenario terburuk yang mungkin terjadi!

1. Populasi tikus akan melonjak tajam

ilustrasi tikus (pexels.com/Alex Mice)

Kucing merupakan salah satu predator utama tikus. Menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada tahun 2013, kucing membunuh sekiranya 6,2 hingga 22,3 miliar mamalia kecil, utamanya tikus, setiap tahun.

Jika kucing hilang dari muka Bumi, bisa dipastikan populasi tikus akan melonjak tajam dalam kurun waktu yang singkat. Tentu ini bukanlah pertanda yang baik. Seperti yang diketahui, hewan pengerat itu membawa banyak kerugian bagi manusia dan lingkungan sekitar. Lalu, apa jadinya jika tikus benar-benar kehilangan predatornya dan menguasai dunia? Yuk, simak pada poin berikutnya!

Baca Juga: 7 Kucing Liar Asal Indonesia yang Kian Terancam

2. Rusaknya tatanan ekosistem yang ada

ilustrasi burung laut (Dok. AIG Conservation via independent.co.uk)

Meningkatnya populasi tikus secara massal dapat merusak tatanan ekosistem yang ada. Tidak hanya satu, tetapi bisa merambah ke banyak ekosistem.

Beberapa mangsa tikus, seperti burung laut dan kadal diperkirakan akan memiliki persentase kepunahan yang tinggi. Jika kedua hewan tersebut punah, hal ini tentu bisa menciptakan ketidakseimbangan ekosistem lain yang ada keterkaitannya dengan mereka.

3. Gagalnya panen secara besar-besaran

ilustrasi gagalnya panen (Dok. AP/Nanti Harnik)

Bukan rahasia lagi jika tikus terkenal sebagai hama di perkebunan dan persawahan. Jika tikus kehilangan predatornya, yaitu kucing, tak menutup kemungkinan hasil panen akan terkena dampaknya secara massal dan berkelanjutan.

Bayangkan apabila hal ini terjadi, seluruh dunia akan kekurangan bahan makanan pokok seperti padi, gandum, jagung, dan lain sebagainya. Ini juga akan berimbas pada industri yang memainkan sektor tersebut.

4. Manusia akan mudah terserang penyakit

ilustrasi orang sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Seperti diketahui, tikus membawa banyak patogen di tubuhnya. Meningkatnya jumlah populasi hewan pengerat ini akan membuat penyebaran penyakit yang dibawanya semakin cepat.

Salah satu patogen menular yang paling terkenal dari tikus adalah Yersinia petis, yakni bakteri yang menyebabkan penyakit pes. Selain itu, urin, kotoran, dan gigitan tikus juga berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti keterangan Center for Disease Control and Prevention (CDC). Beberapa penyakit lain yang disebabkan oleh tikus di antaranya hantavirus, leptopirosis, lymphochitic chorio-meningitis (LCM), infeksi bakteri Tularenia, serta Salmonella.

Baca Juga: 5 Manfaat Sterilisasi pada Kucing, Bikin Kucing Hidup Sejahtera!

Verified Writer

Mutiara Ananda

I write what I read, I read what I wrote.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya