Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
freepik.com

Pernahkah kamu merasakan kesedihan yang begitu dalam hingga membuatmu sesak? Atau putus cinta membuat kamu kehilangan nafsu makan dan sulit tidur? Hati-hati, gejala tersebut adalah tanda gangguan psikosomatik.

Gangguan psikosomatik juga terjadi ketika kamu membaca berita tentang virus corona atau COVID-19, kemudian merasakan sakit sesuai gejalanya, padahal sebenarnya kondisi tubuh dalam keadaan normal. Hal ini diungkapkan oleh dr. Andri, Sp.KJ, FACLP, dokter di Klinik Psikosomatik RS Omni, melalui cuitannya di akun @mbahndi.

Psikosomatik terdiri dari dua kata, psyche (pikiran) dan soma (tubuh). Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan penyakit fisik yang disebabkan oleh kondisi psikologis seseorang. Bagaimana kondisi psikologis bisa mempengaruhi fisik kita?

Contoh sederhana yang bisa menggambarkannya adalah kecepatan detak jantung di kondisi tertentu. Saat merasa takut atau cemas, jantung kita akan berdebar-debar. Sebaliknya, ketika pikiran kita rileks, jantung berdetak dengan normal.

Serupa dengan contoh tersebut, psikosomatik timbul karena kondisi psikologis seseorang terganggu. Dilansir dari berbagai sumber, simak fakta-fakta gangguan psikosomatik yang harus kamu tahu!

1. Berawal dari gejala psikologis yang memicu keluhan fisik

apa.org

Psikosomatik biasanya berawal dari gejala psikologis, seperti stres, cemas, atau bahkan depresi. Terganggunya kesehatan mental kemudian memunculkan berbagai keluhan fisik. Mulai dari jantung berdebar-debar, gemetar, keringat dingin, sakit perut, sakit kepala, hingga sakit punggung.

Penyebabnya adalah peningkatan aktivitas sistem saraf dan pelepasan hormon adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah. Keduanya menyebabkan penurunan kinerja berbagai organ serta melemahkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, tubuh pun rentan terserang penyakit.

2. Banyak penyakit yang muncul akibat gangguan psikosomatik

readersdigest.ca

Bahaya akan timbul pada seseorang yang mengalami stres berkelanjutan. Hormon adrenalin yang terlalu banyak akan mengganggu proses yang ada di dalam tubuh. Tidak mengherankan jika akhirnya timbul berbagai masalah kesehatan.

Di antaranya adalah masalah pencernaan, gangguan tidur, peningkatan atau penurunan berat badan, serta penurunan konsentrasi dan daya ingat. Atau yang paling parah adalah peningkatan risiko penyakit jantung.

3. Anak-anak juga rentan mengalami gangguan psikosomatik

supermompreneur.com

Tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalami gangguan psikosomatik. Penyebab utamanya biasanya orang-orang terdekat, tak terkecuali orang tua. Masalah yang dialami beragam, mulai dari hubungan keluarga yang tidak baik, tuntutan yang terlalu besar pada anak, hingga kurangnya pemahaman kesehatan mental pada orang tua.

4. Gangguan psikosomatik seringkali salah penanganan

shutterstock.com

Pasien dengan gangguan psikosomatik sering mendapatkan penanganan yang kurang tepat. Saat berobat ke dokter umum, mereka akan mendapatkan perawatan layaknya pasien sakit fisik. Meski keluhan fisik mereda, hal ini bersifat sementara karena penyebab utama dari penyakit mereka tidak tertangani.

Dilansir dari doktersehat.com, diperkirakan sekitar 30 persen keluhan fisik yang ditangani dokter memiliki kaitan dengan masalah psikologis pasiennya. Para dokter harus lebih peka saat mendiagnosis pasiennya, apakah penyakit yang diderita murni karena gangguan fisik atau psikosomatik. 

5. Mengobati kondisi psikologis menjadi prioritas

allperfectstories.com

Jika seseorang mengalami gangguan psikosomatik, maka pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah konsultasi dengan psikiater. Mereka akan membantu pasien mendiagnosis penyakit dari berbagai aspek, seperti kapan keluhan dirasakan, tekanan yang sedang dialami, kepribadian pasien, dan lain sebagainya.

Pasien juga sebaiknya mendapatkan terapi psikologis untuk menemukan akar masalah yang dihadapinya. Ketika psikis pasien membaik, kondisi fisik pun akan mengikuti.

Menjaga kesehatan psikologis sama pentingnya dengan kesehatan jasmani. Maka dari itu, jangan sepelekan kesehatan mental kamu. Kalau memang kamu ragu apakah kamu benar sakit atau gangguan psikosomatik, minimal coba ukur suhu tubuh kamu agar tahu.

Cobalah untuk mengelola gangguan psikologis sedini mungkin, serta jangan ragu untuk konsultasi ketika kamu merasa butuh bantuan profesional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team