awan (pexels.com/Stanislav Kondratiev)
Jumlah tetesan air dalam awan sebenarnya bergantung pada keberadaan inti kondensasi, yakni partikel mikroskopis, seperti debu, abu, atau polutan yang menjadi tempat menempelnya uap air. Di wilayah urban yang penuh polusi, konsentrasi inti kondensasi lebih tinggi sehingga jumlah tetesan air dalam awan juga lebih banyak. Sebaliknya, di daerah yang jauh dari aktivitas manusia, seperti samudra atau wilayah kutub, jumlah awan bisa lebih sedikit karena partikel ini sangat langka.
Meski memiliki lebih banyak tetesan, awan di daerah padat polusi tetap tidak bisa disentuh atau dipegang. Penambahan partikel hanya meningkatkan reflektivitas awan atau kemampuannya memantulkan cahaya, bukan membuatnya lebih padat atau keras. Jadi, walau tampak lebih tebal, awan tetap terdiri dari partikel-partikel yang sangat ringan dan tersebar, tidak cukup padat untuk disentuh secara nyata.
Secara ilmiah, jawaban dari apakah awan bisa dipegang adalah tidak. Meski tampak nyata seakan menggoda untuk disentuh, awan hanyalah kumpulan tetesan air atau kristal es mikroskopis yang tersebar di atmosfer. Awan tidak memiliki kepadatan yang memungkinkan interaksi fisik secara langsung, seperti halnya seperti saat kita menyentuh benda padat. Jadi, meski awan terlihat memikat di langit biru, menyentuhnya tetap menjadi hal yang tidak mungkin dilakukan.
Referensi
“Can You Touch Clouds?”. WeatherWorks. Diakses Juli 2025.
“What Are Clouds? (Grades K–4)”. NASA. Diakses Juli 2025.
“What Does It Feel Like to Touch a Cloud?”. Kids News. Diakses Juli 2025.
“What Would It Feel Like to Touch a Cloud?”. Colorado Arts & Sciences Magazine. Diakses Juli 2025.
“What Would It Feel Like to Touch a Cloud?”. The Washington Post KidsPost. Diakses Juli 2025.