Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi janin dari hasil USG (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi janin dari hasil USG (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Intinya sih...

  • Tantangan kehamilan di lingkungan mikrogravitasi

  • Ancaman radiasi kosmik

  • Kerusakan mikro dengan dampak besar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Film tentang ekspedisi luar angkasa seperti Star Trek atau Interstellar memang seru untuk dinikmati. Selain membawa visual yang menawan, film bertema luar angkasa juga kerap memantik pertanyaan menarik seputar kehidupan di luar sana, mulai dari apakah ada kehidupan di planet selain bumi hingga pertanyaan seputar apakah manusia akan bisa berkoloni di planet lain.

Seiring ambisi manusia menjejakkan kaki di Mars semakin mendekati kenyataan, muncul pertanyaan yang jauh lebih mendalam: bagaimana jika ada kehidupan baru yang dimulai di tengah perjalanan luar angkasa?

Perjalanan pulang-pergi ke Planet Merah memakan waktu bertahun-tahun. Ini waktu yang cukup lama untuk sebuah kehamilan berlangsung dari awal hingga akhir. Namun, mampukah janin terbentuk dan tumbuh dengan sehat di luar Bumi? Dan seperti apa nasib seorang bayi yang lahir ribuan kilometer dari rumah asal umat manusia?

1. Tantangan kehamilan di lingkungan mikrogravitasi

ilustrasi pesawat Luar Angkasa (pexels.com/SpaceX)

Mikrogravitasi adalah keadaan hampir tanpa bobot yang dialami selama penerbangan luar angkasa. Aspek ini mungkin membuat proses pembuahan terasa lebih rumit secara fisik, namun kemungkinan besar tidak terlalu mengganggu kelanjutan kehamilan setelah embrio berhasil menempel di rahim.

Tantangan sesungguhnya justru muncul saat persalinan dan merawat bayi di kondisi tanpa gravitasi. Di luar angkasa, cairan akan melayang-layang, begitu pula tubuh manusia. Tanpa tarikan gravitasi seperti di Bumi, segala hal yang biasanya terbantu dari gravitasi, akan menjadi jauh lebih rumit dan berantakan.

2. Ancaman radiasi kosmik

Di luar pelukan pelindung Bumi, ancaman yang lebih berbahaya mengintai, yaitu radiasi kosmik. Ini merupakan partikel inti atom telanjang yang melaju hampir secepat cahaya. Partikel ini dapat menembus tubuh manusia dan menyebabkan kerusakan sel yang serius.

Di Bumi, kita aman berkat atmosfer tebal dan medan magnet planet yang menyelimuti kita seperti perisai raksasa. Namun di ruang angkasa, perlindungan itu lenyap yang membuat setiap calon ibu (dan janin yang dikandungnya) terpapar langsung pada hujan partikel mematikan tersebut.

3. Kerusakan mikro dengan dampak besar

ilustrasi bumi dari luar angkasa (unsplash.com/@nasa)

Ketika sinar kosmik menembus tubuh manusia, ia bisa menghantam sebuah atom, melepaskan elektron-elektronnya, lalu menghantam inti atom tersebut hingga proton dan neutronnya tercerabut. Hasilnya, inti itu berubah menjadi unsur atau isotop lain.

Kerusakan yang ditimbulkan bersifat sangat lokal. Mungkin hanya sel atau bagian sel tertentu yang hancur, sementara jaringan di sekitarnya tetap utuh. Namun jika partikel ini mengenai DNA, ia bisa memicu mutasi yang meningkatkan risiko kanker dan memberikan ancaman yang semakin serius dalam perjalanan panjang menuju Mars.

4. Masa paling rentan

Dalam beberapa minggu pertama kehamilan, sel-sel embrio akan membelah dengan cepat, bergerak, dan mulai membentuk jaringan serta struktur awal. Kelangsungan hidup di tahap ini sangat krusial, karena bulan pertama setelah pembuahan adalah masa paling rentan.

Satu hantaman sinar kosmik berenergi tinggi pada periode ini bisa berakibat fatal bagi embrio. Untungnya, ukurannya yang masih sangat kecil membuat peluang terkena langsung relatif rendah. Jika pun terjadi, kemungkinan besar akan berujung pada keguguran yang tidak terdeteksi.

5. Risiko yang berubah seiring kehamilan

Ilustrasi foto perkembangan janin (freepik.com/prostooleh)

Memasuki trimester kedua, risiko yang dihadapi berubah. Begitu sirkulasi plasenta terbentuk sempurna, pertumbuhan janin dan rahim berlangsung cepat. Ukuran yang membesar ini menjadi “sasaran” yang lebih mudah bagi sinar kosmik.

Hantaman pada otot rahim dapat memicu kontraksi dan berisiko menyebabkan persalinan prematur. Meski perawatan intensif bayi baru lahir terus berkembang, semakin dini kelahiran terjadi, semakin besar pula potensi komplikasi, apalagi jika semuanya berlangsung di luar Bumi.

6. Tantangan setelah kelahiran

Di Bumi, kehamilan dan persalinan sudah memiliki risiko tersendiri. Di ruang angkasa, semua risiko itu membesar, meski tidak selalu mustahil diatasi. Namun, tantangan tidak berhenti setelah bayi lahir. Tumbuh di lingkungan mikrogravitasi bisa mengganggu refleks postural dan koordinasi, keterampilan dasar yang membantu bayi mengangkat kepala, duduk, merangkak, hingga berjalan.

Tanpa rasa “atas” dan “bawah” yang dipandu gravitasi, perkembangan ini mungkin berlangsung dengan cara yang sangat berbeda.

Risiko radiasi juga tetap mengintai. Otak bayi terus berkembang setelah lahir. Paparan sinar kosmik jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan permanen yang memengaruhi kognisi, ingatan, perilaku, serta kesehatan jangka panjang.

Jadi, mungkinkah bayi lahir di luar angkasa? Secara teori, iya. Namun, sampai kita mampu melindungi embrio dari radiasi dan memastikan bayi dapat tumbuh dengan aman di lingkungan mikrogravitasi, kehamilan di ruang angkasa tetaplah eksperimen berisiko tinggi.

Referensi

"Floating babies, cosmic radiation and zero-gravity birth: what space pregnancy might actually involve". Diakses pada Agustus 2025. The Conversation.
Holden, Arun V. “Spaceborne and Spaceborn: Physiological Aspects of Pregnancy and Birth During Interplanetary Flight.” Experimental Physiology, June 27, 2025.
Durante, Marco, and Francis A. Cucinotta. “Heavy Ion Carcinogenesis and Human Space Exploration.” Nature Reviews. Cancer 8, no. 6 (May 2, 2008): 465–72.

Editorial Team