Setelah tim Proba-3 berhasil mencapai penyelarasan milimeter pertama di dunia untuk pesawat ruang angkasa, mereka ingin melihat penyelesaian kalibrasi instrumen dan gambar pertama korona Matahari yang diproses.
Meneliti korona Matahari merupakan tugas yang sangat menantang. Korona Matahari ratusan kali lebih redup daripada permukaan Matahari, artinya para ilmuwan harus menggunakan metode pengamatan khusus. Di Bumi, para ilmuwan memanfaatkan gerhana matahari untuk mengamati korona. Bagi Proba-3, kedua pesawat ruang angkasa tersebut pada dasarnya mensimulasikan fenomena alam tersebut.
Korona adalah lapisan terluar atmosfer Matahari. Meskipun jauh lebih redup daripada permukaan Matahari, korona dapat mencapai suhu 3,6 juta derajat Fahrenheit (dua juta derajat Celsius). Sedangkan permukaan Matahari sekitar 500 kali lebih dingin.
Meskipun hal ini menjadi misteri bagi para ilmuwan, pengamatan terbaru menggunakan Nuclear Spectroscopic Telescope Array (NuSTAR) menunjukkan bahwa korona lebih panas akibat nanoflares. Dengan mempelajari berbagai wilayah Matahari, para ilmuwan dapat memahami lebih baik tentang flare yang mampu memberikan dampak besar pada masyarakat kita yang sangat bergantung pada teknologi elektronik.