potret superbulan yang cerah (commons.wikimedia.org/PEAK99)
Sebenarnya, fenomena cold moon ini bukan sesuatu yang baru, apalagi aneh, bagi para ahli atau pengamat astronomi. Justru, ini merupakan bagian fenomena tahunan yang masih berkaitan dengan supermoon alias superbulan. Sebab, cold moon merupakan bagian dari superbulan yang rutin terjadi sekitar 3—4 kali dalam kalender Masehi.
Dilansir BBC Sky at Night Magazine, cold moon adalah fenomena superbulan terakhir yang dapat kita amati pada 2025 ini. Meski jadi bagian dari fenomena tahunan, tidak setiap tahun kita bisa melihat cold moon karena kemunculan superbulan setiap tahunnya selalu terjadi pada bulan-bulan yang berbeda. Artinya, cold moon bisa dibilang merupakan fenomena superbulan yang khusus terjadi pada bulan Desember.
Lalu, sebenarnya apa, sih, fenomena superbulan yang dari tadi disinggung? Singkatnya, orbit Bulan pada Bumi itu tidak melingkar sempurna sehingga ada titik terdekat dan terjauh. Menurut NASA, superbulan terjadi ketika arah orbit Bulan berada pada titik terdekatnya dengan Bumi atau biasa disebut titik perigee. Pada titik tersebut, jarak antara Bumi dengan Bulan kurang lebih jadi sekitar 363.300 km, sementara kalau Bulan sedang ada pada titik terjauh alias apogee jaraknya jadi sekitar 405.500 km.
Nah, kalau titik terdekat itu terjadi tepat ketika fase Bulan purnama dimulai, pada saat itulah superbulan akan muncul. Karena itu, superbulan sebenarnya masih jadi bagian dari Bulan purnama. Hanya saja, ukurannya jadi lebih besar. Ketika superbulan terjadi, Bulan akan terlihat sekitar 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih cerah dari Bulan purnama biasa.