Empati tak lain adalah aspek penting dalam proses perkembangan kognitif manusia. Empati memungkinkan kita untuk memahami emosi orang lain, yang tentunya merupakan unsur penting dalam sebuah interaksi.
Hubungan antara empati dan reaksi menguap ditemukan oleh beberapa ahli psikologi dari Leeds University di Inggris. Peneliti ini mencoba membandingkan kemampuan empati mahasiswa psikologi dan mahasiswa teknik diikuti dengan reaksi masing-masing ketika melihat seseorang menguap.
Hasilnya, mahasiswa psikologi memiliki kemampuan empati lebih tinggi karena memiliki skor lebih tinggi dalam tes emosi, serta lebih mudah tertular untuk menguap. Dari hasil ini juga, banyak yang menyimpulkan bahwa orang yang lebih mudah tertular menguap merupakan orang yang baik, sementara orang yang tidak mudah tertular dapat berpotensi menjadi psikopat.
Namun, sepertinya hal tersebut juga belum tentu benar. Dilansir dari Psychology Today, diketahui bahwa tidak semua orang mudah tertular untuk menguap, dan hanya sekitar separuh orang dewasa yang mudah tertular untuk menguap. Terlebih lagi, juga diketahui fakta lainnya bahwa ternyata seiring pertambahan usia, seseorang akan semakin sulit tertular untuk menguap. Sehingga asumsi keterkaitan antara empati dan reaksi menguap menjadi diragukan.
Sepertinya memang masih butuh penelitian lebih lanjut untuk mengungkap misteri menularnya menguap. Meski sepele juga bukan berarti gak penting, apalagi mengingat sifat menular dari menguap cuma bisa dirasakan manusia dan binatang simpanse. Tentu bikin jadi penasaran dong jawaban pasti yang menyebabkannya menular di kita. Ngomong-ngomong, selama membaca artikel ini kamu ikutan menguap juga gak?