Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!

Pernah dialami banyak orang

"Ih gemas banget, jadi ingin cubit deh."

Pernahkah kalimat seperti itu lewat di benak kamu saat melihat bayi manusia atau bayi hewan? Ada dorongan dalam diri kamu untuk mencubit, menggigit, bahkan meremas sesuatu yang lucu dan mungil. Apa yang diawali dari rasa kegemasan berlanjut pada perilaku agresif.

Tak perlu khawatir, perilaku agresif ini muncul tanpa ada niatan untuk menyakiti. Perasaan ini juga dialami oleh banyak orang. Dilansir Neuroscience News, BrainFacts, dan NPR, berikut adalah fakta-fakta berbasis sains mengenai fenomena tersebut, cute aggression.

1. Terjadi karena ketidakmampuan menghadapi kelucuan yang berlebihan

Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!ilustrasi bayi (unsplash.com/Minnie Zhou)

Cute aggression atau agresi lucu adalah dorongan untuk meremas, mencubit, menggigit, dan meremukkan sesuatu yang lucu tanpa ada keinginan untuk menyakiti. Pikiran agresif terhadap sesuatu yang menggemaskan (misalnya bayi manusia dan bayi hewan) merupakan salah satu contoh ekspresi emosi positif yang 'dimorsif'.

Ekspresi dimorsif merupakan perasaan positif yang dapat menghasilkan tindakan yang berlawanan. Sebagai contoh, dalam episode terakhir anime aksi yang kamu sukai, tokoh favoritmu hampir kalah duel melawan musuh utama, the big bad. Namun, tiba-tiba tokoh ini melakukan comeback diiringi dengan lagu pembuka anime tersebut. Penuh dengan rasa hype dan kegembiraan, kamu menitikkan air mata. 

Terbayang, kan?

Nah, sama halnya dengan agresi lucu. Mereka yang mengalami hal tersebut tidak dapat menghadapi kelucuan ini sehingga muncul pikiran untuk melakukan 'serangan'. Menurut Ariana Aragón selaku asisten profesor di Clemson University, orang yang sering terdorong untuk mencubit pipi bayi sama dengan orang yang cenderung menangis saat pernikahan atau saat kelahiran bayi.

2. Dialami sebagian orang dewasa

Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!ilustrasi mengelus anjing (unsplash.com/JB Photography)

Katherine Stavropoulos, asisten profesor di University of California, Riverside menjelaskan bahwa sebagian orang dewasa pernah mengalami cute aggression. Baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa merasakan fenomena itu. Tentunya, agresi lucu ini hanya terlintas di pikiran mereka tanpa adanya tindakan menyakiti.

Orang-orang yang pernah mengalami agresi lucu merasa malu dan heran terhadap diri sendiri. Mereka berpikir bahwa perasaan tersebut aneh dan hanya diri mereka sendiri yang pernah berpikir seperti itu. Kenyataannya tidak demikian.

3. Sistem penghargaan dan sistem emosi otak menjadi penyebab

Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!ilustrasi model otak (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Studi oleh Katherine Stavropoulos dengan rekannya yang melibatkan 54 orang dewasa muda menunjukkan bahwa sistem penghargaan dan sistem emosi otak terlibat dalam cute aggression.

Ketika melihat makhluk lucu, aktivitas di sistem emosi otak semakin banyak. Di sisi lain, ketika merasakan agresi lucu, aktivitas di sistem penghargaan otaklah yang semakin banyak.

Kombinasi aktivitas sistem otak membuat kewalahan. Melihat hal ini, para peneliti menduga kombinasi tersebut menjadi penyebab otak memproduksi pikiran agresif. Munculnya perasaan negatif ini dapat membantu orang mengendalikan perasaan positif yang berlebihan.

Baca Juga: Wajah Imutnya Bikin Gemas, 10 Potret Masa Kecil Artis Sinetron

4. Bayi hewan mendapatkan respons cute aggression yang lebih kuat dibandingkan hewan dewasa

Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!ilustrasi anak kucing (unsplash.com/The Lucky Neko)

Dalam penelitian Katherine Stavropoulos, setiap partisipan diminta untuk melihat 32 gambar yang dibagi menjadi empat bagian. Terdapat bagian hewan dewasa yang diberi label 'kurang lucu', bagian bayi hewan yang diberi label 'lebih lucu', juga dua gambar bayi manusia yang sudah disunting. Gambar pertama disunting sedemikian rupa agar terlihat semakin lucu, sedangkan gambar kedua disunting untuk mengurangi detail yang membuat bayi itu terlihat lucu.

Hasilnya, bayi hewan mendapatkan respons cute aggression yang lebih kuat dibandingkan hewan dewasa. Berbeda dengan perbandingan antara bayi hewan dan bayi dewasa yang terlihat jelas, tidak ditemukan efek yang diharapkan untuk perbandingan kedua gambar bayi. 

"Kedua bayi manusia secara objektif terlihat lucu. Itulah masalahnya. Hewan dewasa dan bayi hewan sangat berbeda. Akan tetapi, gambar-gambar bayi itu telah disunting dengan sangat baik sehingga keduanya tetap terlihat lucu," kata Katherine Stavropoulos.

5. Lebih banyak penelitian lebih baik

Cute Aggression, Rasa Gemas yang Bikin Kamu Jadi Pengin Cubit!ilustrasi penelitian (pexels.com/Andrea Piacquadio

Tidak ingin berhenti sampai sini saja, Katherine Stavropoulos menunjukkan ketertarikannya untuk melakukan penelitian lanjutan terkait keadaan spesifik yang memiliki hubungan dengan agresi lucu.

Asisten profesor ini tertarik untuk membahas apakah menjadi orangtua dapat memengaruhi reaksi agresi terhadap bayi atau apakah seseorang yang memelihara anjing mengalami cute aggression terhadap hewan peliharaan lainnya.

Kesimpulannya, cute aggression itu normal dan dialami oleh banyak orang. Yang penting, kamu harus ingat untuk tidak merealisasikan aksi yang kemungkinan akan menyakiti. Boleh punya sikap gemas, asal tidak berlebihan!

Baca Juga: 9 Anak Balita Artis yang Mirip Banget dengan Orangtuanya, Bikin Gemas!

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya