Di malam yang sunyi, ketika cahaya bulan hanya menjadi selimut tipis di langit, bintang-bintang bertaburan seperti lampu-lampu kecil yang menggantung di kanvas gelap semesta. Sejak ribuan tahun lalu, manusia memandang titik-titik cahaya itu dengan rasa kagum, menebak cerita di antara rasi-rasi dan menemukan cara untuk membaca arahnya. Bagi para pelaut kuno, bintang adalah kompas yang setia, membimbing kapal melintasi samudra luas.
Namun, manusia bukan satu-satunya yang meminjam cahaya bintang untuk menemukan jalan. Burung penyanyi yang bermigrasi di malam hari, singa laut yang menjelajahi perairan, bahkan kumbang kotoran mungil dan ngengat yang rapuh juga punya rahasia yang sama, mereka mengikuti arah yang ditulis di langit saat matahari tak bisa dijadikan acuan.