BMKG Ungkap Penyebab Panas Terik dalam Beberapa Hari Terakhir

Jangan lupa untuk selalu jaga kesehatan tubuh, ya

Beberapa hari belakangan ini, suhu yang sangat panas mungkin dirasakan oleh penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya. Menurut hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), suhu maksimum terukur selama periode tanggal 22 - 29 September 2023 di beberapa wilayah Indonesia terjadi cukup tinggi dengan kisaran suhu antara 35 - 38.0 °C di siang hari. 

Cuaca panas yang ekstrem tentunya akan berdampak pada aktivitas masyarakat. Fenomena ini juga berpotensi menyebabkan beberapa penyakit berbahaya, seperti demam berdarah dengue (DBD). Lantas, apa yang menyebabkan suhu Jabodetabek sangat panas di siang hari?

Minimnya tingkat pertumbuhan awan

BMKG Ungkap Penyebab Panas Terik dalam Beberapa Hari Terakhirilustrasi panas terik (pexels.com/Khanh Lee)

Menurut penjelasan BMKG dalam sebuah keterangan pers pada Sabtu (30/19/2023), cuaca  panas terik dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer. Untuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek), cuaca panas didominasi oleh minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari.

Kondisi ini tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer. Ini menyebabkan suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik.

Seperti yang diketahui, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau. Sebagian wilayah lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November. Ini menyebabkan kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari.

Penyinaran Matahari relatif lebih intens di beberapa wilayah

BMKG Ungkap Penyebab Panas Terik dalam Beberapa Hari TerakhirIlustrasi Matahari (Pexels/Bradley Hook)

Di akhir September ini, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator. Itu artinya, sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator, termasuk wilayah Jawa hingga Nusa Tenggara, mendapatkan pengaruh dampak penyinaran Matahari yang relatif lebih intens. 

Hal tersebut membuat pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari.

Namun, BMKG juga menjelaskan bahwa fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis. Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar terhadap suhu terik di suatu wilayah.

 

Fenomena panas terik ini diperkirakan masih akan berlangsung dalam periode Oktober tahun ini. BMKG menghimbau kepada masyarakat untuk selalu menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan, khususnya bagi warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.

Baca Juga: Waspada Fenomena El Nino, Cegah DBD dengan Vaksinasi

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya