Keanekaragaman Hayati Jadi Aspek Penting dalam Program Keberlanjutan

Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menanam pohon

Keanekaragaman hayati nyatanya memiliki dampak terhadap mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif. Ini menjadi salah topik utama dalam sesi diskusi AstraZeneca di Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 pada Jumat (15/9/2023).

Acara ini diselenggarakan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) serta Kadin Indonesia.

AstraZeneca dan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) adalah Knowledge Partners ISF 2023 yang dihadiri oleh 2000 peserta dari 41 negara di Jakarta pada tanggal 7-8 September 2023.

Pohon bisa menjadi solusi untuk mengurangi CO2

Keanekaragaman Hayati Jadi Aspek Penting dalam Program Keberlanjutanilustrasi pohon (unsplash.com/Jan Huber)

Nani Hendiarti, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutana Kemenko Marves, menyebutkan bahwa pohon merupakan solusi alami untuk mengurangi CO2 dari udara dan penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Untuk mendukung solusi ini, Kemenko Marves telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan AstraZenca untuk menjalankan program AZ Forest. Program ini memiliki komitmen untuk menanam 20 juta pohon di kawasan DAS Citarum.

Harapannya, program ini bisa memberikan dampak positif terhadap ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal dan pakar ekologi untuk melakukan reboisasi dalam skala besar.

"Dengan adanya pohon, diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dan udara di DAS Citarum yang sebelumnya telah tercemar akibat emisi pabrik dan sampah yang menghambat jalur sungai," ucap Nani. 

Net Zero menjadi goal utama

Keanekaragaman Hayati Jadi Aspek Penting dalam Program Keberlanjutanilustrasi alam (Pexels/Artem Bali)

Nani menambahkan bahwa ini menjadi salah satu cara untuk pertumbuhan dan keberlanjutan. Harapannya ini akan membuka jalan bagi Indonesia demi mencapai visi Indonesia Emas di tahun 2045.

Selain itu, ada beberapa cara yang direncanakan untuk mencapai goal nol bersih (net zero) berbasis ilmu pengetahuan pada tahun 2045.

Salah satu caranya adalah dengan mengurangi emisi absolut gas rumah kaca (GRK) Lingkup tiga. Ini termasuk sebesar 90% dari tahun dasar, tahun 2019, dan menghilangkan emisi sisa (tidak lebih dari 10% dari jejak GRK tahun 2019).

"Forum ini (ISF 2023) diharapkan menjadi tempat bagi para katalis di bidang sustainability untuk bertemu dan bertukar pikiran, menghadirkan solusi untuk mendorong upaya dekarbonisasi, transisi ekonomi hijau, serta konservasi ekosistem lingkungan dan keanekaragaman hayati," ucap Nani. 

 

Menciptakan lingkungan keberlanjutan yang hijau merupakan hal penting bagi kita semua. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menciptakan keanekaragaman hayati. 

Baca Juga: #TeenSpace: Ini 5 Cara Anak Muda Lawan Climate Change

Topik:

  • Fatkhur Rozi

Berita Terkini Lainnya