Serigala Purba Dihidupkan Lagi Setelah Punah, Apa Bisa?

- Serigala purba yang dikenal sebagai dire wolf kembali berjejak di dunia nyata setelah lebih dari 10.000 tahun lenyap.
- Colossal Biosciences menghidupkan kembali spesies punah tersebut melalui teknologi de-extinction dengan berhasil memetakan keseluruhan genom dire wolf.
- Hanya 20 suntingan genetik yang dilakukan pada DNA serigala modern untuk menciptakan hewan yang disebut "serigala purba" versi Colossal.
Setelah lenyap dari muka Bumi selama lebih dari 10.000 tahun, serigala purba yang dikenal sebagai dire wolf kini diklaim telah kembali berjejak di dunia nyata. Perusahaan bioteknologi Colossal Biosciences mengumumkan bahwa mereka berhasil menghidupkan kembali spesies punah tersebut melalui teknologi de-extinction.
"Pada 1 Oktober 2024, untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, Colossal berhasil mengembalikan spesies yang telah musnah,' demikian pernyataan resmi mereka di situs perusahaan.
Namun, seiring dengan sensasi kabar ini, apakah ini adalah klaim yang benar? Dan apa dampaknya bagi sains, etika, dan ekosistem kita?
1. Serigala purba bertubuh besar

Serigala purba yang dimaksud adalah Aenocyon dirus, atau lebih dikenal sebagai dire wolf. Ini merupakan makhluk legendaris yang sempat menjadi inspirasi dalam serial HBO “Game of Thrones.”
Dalam kenyataannya, serigala ini pernah menjadi predator puncak di Amerika Utara ribuan tahun silam. Dibandingkan kerabat modernnya, yaitu serigala abu-abu (gray wolf), dire wolf memiliki tubuh lebih besar, kepala lebih lebar, bulu yang tebal, serta rahang yang jauh lebih kuat.
Tiga individu dire wolf hasil rekayasa kini hidup di lahan seluas 2.000 hektare di lokasi yang dirahasiakan. Area tersebut dikelilingi pagar setinggi tiga meter standar kebun binatang dan dilengkapi sistem keamanan ketat
Colossal memastikan bahwa fasilitas ini telah mendapat sertifikasi dari American Humane Society dan terdaftar secara resmi di Departemen Pertanian Amerika Serikat.
2. Hanya mirip secara fisik
Walau tampak seperti versi besar dari serigala abu-abu (Canis lupus), secara evolusioner dire wolf justru bukan kerabat dekat. Studi DNA purba yang dirilis pada 2021 membuktikan bahwa Aenocyon dirus dan serigala abu-abu terakhir berbagi nenek moyang sekitar enam juta tahun lalu.
Bahkan, hewan lain seperti jackal, anjing liar Afrika, dan dhole dari Asia memiliki hubungan genetik yang lebih dekat dengan serigala abu-abu dibanding dire wolf.
Kemiripan fisik yang menyesatkan ini disebabkan oleh konvergensi evolusioner. Ini merupakan proses evolusi di mana spesies berbeda berkembang memiliki bentuk tubuh serupa karena menempati lingkungan yang mirip.
3. Banyak perbedaan genetik

Colossal Biosciences menyatakan bahwa mereka telah berhasil memetakan keseluruhan genom dire wolf. Ini merupakan langkah penting dalam proses rekayasa genetika untuk menghidupkan kembali spesies punah.
Dilansir New Scientist, Beth Shapiro dari tim Colossal menyatakan belum bisa merinci jumlah perbedaan genetik yang ada. Ia menyebutkan bahwa DNA dire wolf dan serigala abu-abu memiliki kemiripan sebesar 99,5 persen.
Kedengarannya kecil, tetapi dalam konteks genom serigala yang mencakup sekitar 2,4 miliar pasangan basa, perbedaan 0,5 persen berarti jutaan bagian kode genetik yang tak sama.
Ini membuka kemungkinan adanya perbedaan besar dalam karakter biologis, perilaku, hingga kemampuan adaptasi. Aspek-aspek tersebut belum bisa sepenuhnya diprediksi dari tampilan luar saja.
4. Tidak membangun seluruh genom serigala purba
Keberhasilan menghidupkan kembali dire wolf ini bukan berarti tim ilmuwan membangun ulang seluruh genom spesies yang telah punah. Justru sebaliknya, hanya 20 suntingan genetik yang dilakukan pada DNA serigala modern untuk menciptakan hewan yang disebut “serigala purba” versi Colossal.
Lima dari perubahan tersebut ditujukan untuk menghasilkan warna bulu terang, berdasarkan mutasi yang sudah diketahui pada serigala abu-abu. Sisanya berasal langsung dari DNA dire wolf dan ditujukan untuk mengubah ukuran tubuh, struktur otot, serta bentuk telinga.
5. Bukan seutuhnya serigala purba

Lantas, apakah hewan hasil rekayasa ini benar-benar dire wolf? Jawabannya bergantung pada cara kita mendefinisikan sebuah spesies. Beth Shapiro dari Colossal menjelaskan bahwa konsep spesies itu sendiri merupakan konstruksi manusia.
"Semua orang bisa berbeda pendapat," ujarnya kepada New Scientist.
Ia menambahkan bahwa timnya memilih menggunakan morphological species concept. Itu artinya, jika hewan itu terlihat seperti dire wolf, maka mereka menganggapnya dire wolf.
Namun dari perspektif filogenetik (hubungan evolusioner), banyak ahli mungkin tidak setuju dan akan menganggap makhluk ini lebih sebagai ‘serigala modifikasi’ ketimbang kebangkitan dari spesies yang telah punah.
6. Menggunakan teknologi CRISPR
Proyek ambisius ini tidak mungkin terwujud tanpa teknologi penyuntingan gen modern seperti CRISPR. Dengan CRISPR-Cas9, ilmuwan dapat menyisipkan, menghapus, atau mengganti bagian spesifik dari DNA dengan presisi tinggi.
Dalam kasus dire wolf, teknologi ini digunakan untuk memodifikasi genom serigala abu-abu agar menyerupai karakteristik genetik spesies purba yang telah punah.
Meskipun hasil akhirnya belum sepenuhnya identik dengan Aenocyon dirus asli, penggunaan CRISPR memungkinkan penciptaan organisme dengan penampilan dan sebagian fungsi biologis yang mendekati versi aslinya.
Ini tentunya menjadi langkah yang memicu perdebatan antara harapan ilmiah dan etika ekologis.
Klaim bahwa serigala purba telah “dihidupkan kembali” tentu menggugah imajinasi, namun juga menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ini benar-benar kebangkitan spesies yang telah punah, atau sekadar rekayasa ulang yang menyerupai bentuk aslinya? Teknologi seperti CRISPR memang membuka kemungkinan luar biasa dalam bioteknologi dan konservasi, tetapi juga membawa tantangan etika dan ilmiah yang belum sepenuhnya terjawab.
Referensi
"No, the dire wolf has not been brought back from extinction". Diakses pada April 2025. New Scientist.
Perri, Angela R., Kieren J. Mitchell, Alice Mouton, Sandra Álvarez-Carretero, Ardern Hulme-Beaman, James Haile, Alexandra Jamieson, et al. “Dire Wolves Were the Last of an Ancient New World Canid Lineage.” Nature 591, no. 7848 (January 13, 2021).
"Direwolf". Diakses pada April 2025. Colossal.