Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hiu (pixabay.com/Fgyongyver)
ilustrasi hiu (pixabay.com/Fgyongyver)

Intinya sih...

  • Keasaman air laut meningkat akibat penyerapan karbon dioksida dari atmosfer, mengurangi ketersediaan ion karbonat bagi organisme laut.

  • Rata-rata pH lautan global saat ini berada di angka 8,1 dan diprediksi turun menjadi 7,3 pada tahun 2300, mempengaruhi gigi hiu dan ekosistemnya.

  • Gigi hiu rentan terhadap korosi akibat asidifikasi laut yang menyebabkan retakan, lubang, dan ketidakrataan permukaan serta berdampak pada ekosistem laut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pernah terpikir apakah hiu suatu hari nanti akan membutuhkan gigi palsu? Kedengarannya aneh, tetapi penelitian terbaru menunjukkan kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Hiu dikenal memiliki gigi yang tajam, kuat, dan terus-menerus tumbuh kembali untuk menggantikan gigi yang tanggal. Mereka memiliki sistem regenerasi yang menjadi kunci kelangsungan hidup mereka.

Namun, studi terbaru mengungkapkan bahwa meski tersusun dari mineral yang sangat kuat, gigi hiu ternyata rentan terhadap korosi akibat pengasaman laut yang kian meningkat imbas emisi karbon manusia. Temuan ini diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science pada Agustus 2025.

1. Adanya peningkatan keasaman laut

Lautan selama ini berperan sebagai penyerap karbon yang sangat efektif, menyerap sekitar 30 persen karbon dioksida (CO2) yang dilepaskan ke atmosfer. Namun, semakin tinggi kadar CO2 di udara, semakin banyak pula yang larut ke dalam air laut.

Gas ini kemudian bereaksi dengan air laut dan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen sekaligus menurunkan pH, sehingga memicu pengasaman laut. Kondisi ini juga mengurangi ketersediaan ion karbonat yang sangat penting bagi organisme laut untuk membangun cangkang dan kerangka mereka. Akibatnya, ekosistem laut mulai terganggu, mulai dari kerang, bulu babi, karang, hingga plankton.

2. Penelitian kondisi pH laut dan gigi hiu

ilustrasi hiu macan (unsplash.com/Jeremy Lanfranchi)

Saat ini, rata-rata pH lautan global berada di angka 8,1. Angka ini kurang lebih sama dengan tingkat keasaman soda kue. Namun, para ilmuwan memprediksi bahwa pada tahun 2300, pH laut bisa turun menjadi 7,3, atau hampir 10 kali lebih asam dibandingkan kondisi sekarang.

Untuk mengetahui bagaimana perubahan ini berdampak pada gigi hiu di masa depan, para peneliti mengumpulkan lebih dari 600 gigi hiu karang sirip hitam (Carcharhinus melanopterus) yang terlepas secara alami. Gigi ini dikumpulkan dari akuarium Sealife Oberhausen di Jerman.

3. Uji ketahanan gigi hiu dalam kondisi asam

Hiu karang sirip hitam merupakan bagian penting dari ekosistem terumbu karang tropis, dan barisan gigi mereka yang berlapis-lapis selalu bersentuhan langsung dengan air laut. Karena menggunakan sistem pernapasan pasif, hiu ini harus berenang dengan mulut terbuka agar air kaya oksigen dapat terus melewati insangnya.

Untuk menguji bagaimana gigi hiu bereaksi terhadap kondisi laut yang semakin asam, para peneliti kemudian menginkubasi 16 gigi terbaik yang terlepas secara alami ke dalam dua tangki berisi air laut buatan. Satu dengan pH 8,2 (kondisi normal) dan satu lagi dengan pH 7,3, yang menyerupai kondisi lautan masa depan.

4. Dampak asidifikasi pada struktur gigi hiu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gigi hiu yang diinkubasi dalam kondisi lebih asam mengalami peningkatan signifikan dalam jumlah retakan dan lubang. Seluruh bagian gigi terdampak, mulai dari korosi pada mahkota, degradasi akar, hingga hilangnya detail halus pada gerigi tajamnya.

Menariknya, para peneliti juga mencatat adanya peningkatan rata-rata pada lingkar gigi, terutama pada pH lebih rendah. Namun, hal ini bukan berarti gigi membesar, melainkan mencerminkan bertambahnya ketidakrataan permukaan.

Irregularitas ini secara teori memang bisa meningkatkan efisiensi potongan karena gerigi dasarnya adalah ketidakrataan, tetapi justru membuat gigi lebih rapuh dan mudah patah.

5. Bisa berdampak pada ekosistem laut

ilustrasi hiu karang sirip putih (flickr.com/divindk)

Temuan ini membawa implikasi besar bagi hiu dan banyak hewan laut lainnya yang sudah lebih dulu terancam oleh penangkapan berlebihan. Asidifikasi laut bisa memperlambat laju pertumbuhan sekaligus meningkatkan kebutuhan nutrisi hiu yang akan semakin sulit dipenuhi bila gigi mereka rapuh dan mudah patah.

Lebih jauh lagi, jenis hiu lain berpotensi mengalami penurunan tingkat penetasan telur maupun sensitivitas kemosensorik dalam kondisi laut yang lebih asam. Tak hanya gigi, sisik dermal denticles yang menutupi tubuh hiu yang berfungsi layaknya pelindung juga berisiko terkikis.

Jika perlindungan ini melemah, hiu bukan hanya lebih rentan terhadap kerusakan fisik, tetapi juga bisa kehilangan sebagian kemampuan berenangnya.

6. Keterbatasan penelitian

Secara keseluruhan, studi ini menyoroti betapa luas, tak terduga, dan sulit diprediksi dampak perubahan iklim terhadap kehidupan laut. Ini menjadi pengingat bahwa dampak perubahan iklim menjalar melalui seluruh jaring makanan dan ekosistem.

Meski demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan, terutama karena menggunakan gigi yang sudah terlepas dari hiu. Kondisi pada gigi yang masih hidup mungkin memberikan hasil berbeda. Selain itu, dampak keseluruhan asidifikasi juga belum sepenuhnya jelas. Ini karena beberapa elasmobranch, kelompok ikan bertulang rawan seperti hiu, skate, dan pari, memiliki kemampuan menjaga keseimbangan pH darah meskipun kondisi laut berubah.

Para ilmuwan masih memiliki waktu hingga tahun 2300 untuk memperjelas detail-detail ini sembari mengamati bagaimana hiu beradaptasi dengan lautan yang semakin asam.

Studi tentang gigi hiu ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim bisa muncul dari sisi yang tidak terduga, bahkan pada bagian tubuh yang tampak sekuat enamel hiu. Jika lautan terus mengasam, bukan hanya gigitan hiu yang terancam, tetapi juga keseimbangan ekosistem laut yang mereka jaga.

Referensi

Baum, Maximilian, Timo Haussecker, Oliver Walenciak, Steffen Köhler, Christopher R. Bridges, and Sebastian Fraune. “Simulated Ocean Acidification Affects Shark Tooth Morphology.” Frontiers in Marine Science 12 (August 27, 2025).

Editorial Team