Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bintang neutron (commons.wikimedia.org/Spaceengine)
ilustrasi bintang neutron (commons.wikimedia.org/Spaceengine)

Intinya sih...

  • Akhir semesta datang lebih cepat dari yang diperhitungkan

  • Radiasi Hawking yang diperhitungkan ulang

  • Radiasi Hawking juga berlaku pada objek lain

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tanda kiamat menurut ilmuwan kini mendapatkan sudut pandang baru dari penelitian kosmologi modern. Sejumlah ilmuwan Belanda menemukan bahwa alam semesta mungkin lenyap jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya. Walaupun begitu, perlu dicatat bahwa “cepat” dalam skala kosmik berarti masih miliaran triliun tahun di masa depan.

Studi ini memperkirakan sisa-sisa terakhir bintang bisa menghilang dalam kurun 10^78 tahun. Ini adalah angka 1 diikuti 78 angka nol. Meski sulit dibayangkan, angka ini tetap jauh lebih singkat dibanding perhitungan lama yang menempatkan akhir alam semesta, yaitu 10^1100 tahun.

Temuan ini, yang dipublikasikan di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, seakan memberi kita kilasan serius tentang kemungkinan “titik akhir” dari semesta.

1. Akhir semesta datang lebih cepat dari yang diperhitungkan

Para peneliti menghitung akhir alam semesta menggunakan pertimbangan radiasi mirip Hawking. Ini terjadi sekitar 10^78 tahun. Itulah rentang waktu yang dibutuhkan bintang katai putih, objek langit paling abadi, untuk benar-benar lenyap melalui proses radiasi tersebut.

Sebelumnya, perkiraan tanpa memperhitungkan radiasi Hawking menyebutkan angka jauh lebih besar, yakni sekitar 10^1100 tahun.

“Akhir sejati alam semesta akan datang jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan, meski tetap akan memakan waktu yang sangat panjang,” tulis penulis utama studi tersebut, Heino Falcke

2. Radiasi Hawking yang diperhitungkan ulang

Ilustrasi bintang neutron yang sangat kencang (unsplash.com/NASA Hubble Space Telescope)

Perhitungan ini disusun berlandaskan reinterpretasi terhadap konsep radiasi Hawking. Pada tahun 1975, fisikawan Stephen Hawking mengemukakan gagasan yang bertentangan dengan prediksi teori relativitas Einstein. Gagasan tersebut menyebutkan bahwa partikel dan radiasi ternyata bisa lolos dari tarikan lubang hitam.

Mekanismenya terjadi di tepi lubang hitam, ketika dua partikel sementara terbentuk. Sebelum keduanya sempat bersatu kembali, satu partikel akan tersedot masuk, sementara partikel lain melarikan diri. Proses inilah yang menghasilkan radiasi Hawking dan secara perlahan membuat lubang hitam “menguap” menjadi radiasi dan partikel.

Konsep ini jelas bertabrakan dengan pandangan Einstein, yang menyatakan bahwa lubang hitam hanya bisa bertambah besar, bukan menyusut.

3. Radiasi Hawking juga berlaku pada objek lain

Para peneliti menemukan bahwa proses radiasi Hawking secara prinsip juga berlaku pada objek lain yang memiliki medan gravitasi, tidak hanya lubang hitam. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu “penguapan” sebuah objek hanya bergantung pada kerapatannya.

Mengejutkannya, bintang neutron dan lubang hitam bermassa bintang membutuhkan waktu yang sama untuk meluruh, yakni sekitar 10^67 tahun. Temuan ini bertentangan dengan dugaan awal karena seharusnya medan gravitasi yang lebih kuat pada lubang hitam membuatnya lebih cepat menguap.

Namun, seperti dijelaskan oleh Michael Wondrak, peneliti pascadoktoral sekaligus rekan penulis studi, lubang hitam tidak memiliki permukaan sehingga sebagian radiasi yang dihasilkannya justru terserap kembali. Proses ini memperlambat laju peluruhan mereka, menyamakan kecepatannya dengan bintang neutron.

Perhitungan baru ini menunjukkan bahwa tanda kiamat menurut ilmuwan bisa datang jauh lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, meski tetap dalam rentang waktu yang hampir tak terbayangkan. Studi ini sekaligus membuka kembali perdebatan tentang batas teori relativitas dan radiasi Hawking. Semakin banyak kita memahami, semakin jelas bahwa akhir alam semesta masih menyimpan banyak misteri.

Referensi

Falcke, Heino, Michael F. Wondrak, and Walter D. Van Suijlekom. “An Upper Limit to the Lifetime of Stellar Remnants From Gravitational Pair Production.” Journal of Cosmology and Astroparticle Physics 2025, no. 05 (May 1, 2025): 023.

Editorial Team