Christian Horner (kiri) berbicara bersama penasihat tim motorsport Red Bull, Helmut Marko. (kanan). (twitter.com/F1)
Keresahan beberapa tim Formula 1 mengenai hubungan Red Bull dan AlphaTauri berkaitan dengan aturan klasifikasi suku cadang pada mobil F1. Salah satu masalah utama hubungan mereka adalah seputar transferable components (TRC), yaitu suku cadang yang dapat dibeli dan dijual di kalangan tim. Namun, ada batasan ketat tentang seberapa banyak mobil yang dapat menggunakan TRC.
Red Bull dan AlphaTauri secara historis memiliki hubungan yang erat. AlphaTauri sering menggunakan suku cadang yang dirancang Red Bull, meski kedua tim memiliki markas yang berbeda. Red Bull sendiri bermarkas di Milton Keynes, Inggris, sedangkan AlphaTauri berbasis di Faenza, Italia.
Mengapa para tim Formula 1 mengkhawatirkan hubungan Red Bull dan AlphaTauri? Ada dua faktor. Pertama, Red Bull merupakan perusahaan induk AlphaTauri. Keduanya berada di bawah kendali Helmut Marko sebagai penasihat tim motorsport Red Bull. Kedua, mereka kerap kali berbagi banyak sumber daya, seperti pembalap, mekanik, komponen, dan lainnya. Hal ini membuat kedua tim terlihat sangat dekat dan saling terintegrasi.
Kedekatan ini menimbulkan indikasi, mereka dapat mengembangkan dua set TRC yang berbeda. Satu untuk Red Bull dan satu lagi untuk AlphaTauri. Dengan kata lain, Red Bull dapat menggunakan AlphaTauri sebagai "laboratorium" untuk menguji komponen baru. Sebaliknya, AlphaTauri dapat menggunakan komponen bagus milik Red Bull. Hal ini memberikan keuntungan yang tidak adil karena mereka dapat mengembangkan dua set suku cadang dengan biaya yang lebih rendah.
FIA selaku badan pengatur balapan menyadari kekhawatiran ini dan memantau situasi dengan saksama. Mereka tentu akan mengambil tindakan jika terdapat tim yang melanggar regulasi pertukaran komponen. Apakah drama Pink Mercedes akan terjadi kepada Red Bull dan AlphaTauri pada tahun mendatang? Menarik untuk melihat perkembangan isu ini.