Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lewis Hamilton Ungkap Mimpinya di Formula 1 sebelum Pensiun

Lewis Hamilton (formula1.com)

Penampilan Lewis Hamilton di Formula 1 pada 2023 bisa dibilang kurang bagus. Peraih gelar juara dunia 7 kali ini gagal meraih 1 pun kemenangan karena hanya meraih 6 podium dari 22 balapan yang digelar musim ini. Meski mengalami penurunan performa dibanding musim lalu, ia tetap disodori perpanjangan kontrak oleh Mercedes hingga 2025, yang disetujuinya pada akhir Agustus 2023.

Dengan perpanjangan kontrak tersebut, ini menandakan bahwa Hamilton masih memiliki ambisi di Formula 1. Pembalap berusia 38 tahun ini baru-baru ini mengungkapkan salah satu mimpinya di Formula 1 sebelum pensiun dari dunia balap yang membesarkan namanya. Kira-kira, apa mimpi Hamilton ini?

1. Lewis Hamilton bermimpi membalap di Afrika selain meraih juara dunia ke-8

Lewis Hamilton saat memenangi GP Turki sekaligus mengunci gelar juara dunia pada 2020. (formula1.com)

Salah satu ambisi terbesar Lewis Hamilton ketika menandatangani pembaharuan kontrak bersama Mercedes, yaitu mengincar juara dunia kedelapan. Pembalap asal Inggris ini optimistis bahwa tim yang telah memberikannya enam juara dunia pembalap ini mampu memenuhi ambisinya meski pesaing terberat mereka, Red Bull, bakal mempersulit langkahnya. Ia yakin bahwa mobil W15 akan lebih kompetitif pada 2024 mendatang.

Selain itu, Hamilton juga memiliki mimpi lain yang tak kalah penting untuk diwujudkannya. Dirinya memiliki mimpi suatu saat bisa membalap di Afrika sebelum pensiun dari Formula 1. Hal ini diungkapkannya saat GP Abu Dhabi pada November 2023 lalu di depan para pendukungnya saat jumpa fans.

"Saya bekerja di belakang layar untuk membawa Afrika Selatan ikut serta dalam balapan. Itu seperti sebuah mimpi bagi saya. Saya harus bertahan hingga mereka bisa mengikuti balapan itu," ungkapnya dilansir The Mirror.

2. Lewis Hamilton ingin membalap di Sirkuit Kyalami yang terakhir kali diadakan pada 1993

Lewis Hamilton (formula1.com)
Lewis Hamilton (formula1.com)

Sirkuit yang dimaksud Lewis Hamilton adalah Sirkuit Kyalami yang berada di Afrika Selatan. Kyalami sendiri telah menjadi tuan rumah balapan Formula 1 sebanyak 21 kali, yang terakhir kali digelar 30 tahun lalu pada 1993. Ia pertama kali menyatakan minatnya untuk mengaspal di sirkuit itu saat diwawancarai BBC pada 2015.

"Saya sangat ingin melihat balapan kembali di Afrika Selatan. Masyarakat di sana sangat antusias dengan olahraga dan mencintai otomotif. Rasanya luar biasa jika bisa balapan di sana, antusiasmenya pasti akan sangat besar. Ada basis penggemar yang kuat dan menurut saya, Grand Prix ini (Afrika Selatan) adalah salah satu hal penting yang harus ditambahkan ke kalender Formula 1.

"Ini adalah pertama kalinya orang kulit hitam Afrika Selatan memiliki sosok yang dapat mereka hubungkan dalam olahraga ini. Saya merasa sangat terhormat bisa berada di garis depan perubahan tersebut."

Selain prestasinya, Hamilton juga dikenal sebagai salah satu pembalap yang berkomitmen untuk menciptakan komunitas Formula 1 yang lebih inklusif. Selain mendukung keberagaman dan kesetaraan di dalam olahraga, ia juga ingin lebih menjangkau penggemar di seluruh dunia, termasuk Afrika. Salah satu usahanya yaitu mendirikan program Ignite. Ini bertujuan memberikan dukungan dan bimbingan kepada anak-anak muda dari latar belakang yang kurang beruntung untuk mengejar karier di dunia balap.

3. Keinginan Lewis Hamilton terhalang karena konflik kepentingan di luar Formula 1

Jody Scheckter (kanan) saat memberikan Pole Position Award kepada Charles Leclerc di GP Italia pada 2019. (twitter.com/F1)

Lewis Hamilton sebenarnya hampir saja dapat mewujudkan mimpinya mengaspal di Afrika. Namun, negosiasi untuk menggelar balapan di Sirkuit Kyalami gagal karena ketidaksesuaian politik dan personal. Otoritas Formula 1 saat itu tidak mendukung penyelenggaraan balapan di Afrika Selatan karena hubungan politik negara tersebut dengan Rusia yang menginvasi Ukraina pada 2022.

Selain itu, penyelenggara Sirkuit Kyalami juga dianggap serakah dan menuntut bayaran yang lebih tinggi dari yang disepakati sebelumnya. Berdasarkan laporan Planet F1, mantan pembalap juara dunia Formula 1 asal Afrika Selatan, Jody Scheckter, pada 2022 telah bernegosiasi untuk menggelar GP Afrika Selatan melalui keponakannya. Setelah awalnya menyelesaikan kesepakatan sebesar 500 ribu dolar AS (Rp7,7 miliar), pihak penyelenggara tiba-tiba meminta 2 juta dolar AS (Rp30.9 miliar) dan menginginkan kendali penuh atas balapan.

Meskipun belum ada kepastian apakah GP Afrika Selatan akan kembali ke kalender Formula 1, hal ini tidak akan mudah. Formula 1 harus memperoleh persetujuan dari pemerintah Afrika Selatan jika ingin mengadakan balapan di negara tersebut. Selain itu, Sirkuit Kyalami harus direnovasi terlebih dahulu agar memenuhi standar Formula 1, di mana hal tersebut membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Selain ambisinya untuk meraih gelar juara dunia kedelapan, Lewis Hamilton juga memiliki mimpi untuk membalap di Afrika. Mimpi ini tidak hanya penting baginya secara pribadi, tetapi juga penting bagi komunitas Formula 1 secara keseluruhan. Hanya waktu yang akan menjawab apakah mimpi Hamilton akan terwujud sebelum ia gantung helm atau tidak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Widyo Andana Pradiptha
EditorWidyo Andana Pradiptha
Follow Us