5 Momen Paling Kontroversial dari Michael Schumacher, Super Panas!

Menjelang seri pamungkas di sirkuit Adelaide, Australia, Schumacher yang membela Benetton hanya unggul satu poin saja dari pembalap Williams, Damon Hill. Schumacher sebenarnya memulai balapan dengan cukup baik dan memimpin hingga lap ke-34. Namun, pada lap selanjutnya ia menabrak dinding dan menyebabkan kerusakan pada mobilnya. Hal itupun langsung dimanfaatkan Hill untuk mengejarnya.

Ketika Hill berhasil mendekat, Schumacher memotong jalurnya dan menyebabkan mereka bertabrakan. Keduanya pun tak dapat melanjutkan balapan, sehingga gelar juara menjadi milik Schumacher. Namun, semua orang mengkritik kelakuan Schumacher yang menutup jalur Hill dan menyebutnya tak punya sikap sportif.

Sama seperti di musim 1994, kali ini pada seri penutup di sirkuit Jerez. Schumacher yang kali ini membela Ferrari unggul satu poin dari pembalap Williams, Jacques Villeneuve. Memimpin jalannya lomba, akhirnya Schumacher berhasil dikejar Villeneuve pada lap ke-48.

Seperti di GP Australia 1994, Schumacher juga mencoba menutup jalur Villeneuve, hal itu menyebabkannya keluar lintasan dan tak melanjutkan balapan. Nasib baik dialami Villeneuve, tak seperti Hill yang mengalami kerusakan mobil. Villeneuve tak merasakan masalah berarti.

Meskipun pada akhirnya finis di posisi ketiga akibat disalip duo McLaren, Mika Hakkinen dan David Coulthard, namun itu semua sudah cukup untuk membuatnya menyabet gelar juara dunia. Schumacher pun didiskualifikasi dari kejuaraan musim 1997 oleh FIA akibat perbuatannya tersebut.

Pada musim 2006, Michael Schumacher menghadapi persaingan sengit dari Fernando Alonso dalam perebutan gelar juara dunia. Memasuki GP Monaco yang terkenal sulit dalam melewati pembalap lain, maka sesi kualifikasi menjadi sangat penting untuk mengamankan kemenangan. Hal itulah yang coba dilakukan Schumacher pada saat itu.

Namun, yang dilakukan Schumacher cukup kontroversial. Setelah mencatat waktu tercepat, ia dengan sengaja menabrakan mobilnya pada sisi lintasan agar sesi kualifikasi dihentikan dan tak ada pembalap lain yang merebut pole position. Sayangnya hal itu diketahui FIA dan ia harus rela memulai balapan dari posisi paling belakang.

Pada musim 1994, Benetton memunculkan kontroversi besar akibat penggunaan traction control system ilegal yang memberikan keuntungan besar pada timnya dengan lebih cepat saat melakukan pit stop. Hal itu diketahui pada GP Brazil, saat itu Ayrton Senna yang memimpin balapan memasuki pit stop lebih dulu diikuti oleh Schumacher.

Namun, Benetton melakukan pit stop lebih cepat yang membuat Schumacher unggul atas Senna. Hal itupun membuat FIA melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap beberapa tim yang menggunakan perangkat ilegal tersebut. Tak hanya Benetton saja, namun McLaren juga dijatuhi denda akibat kasus serupa.

Memasuki GP Belgia, persaingan memperebutkan juara dunia mengerucut pada Michael Schumacher dan Mika Hakkinen. Hakkinen yang merupakan juara pada dua musim sebelumnya ingin meraih gelar ketiganya.

Schumacher memimpin dari lap ke-13 hingga 34, namun ban yang mulai habis membuat Hakkinen kian mendekat. Pada lap ke-40, Hakkinen mempunyai kesempatan menyalip Schumacher, namun pembalap Jerman itu melakukan blok yang berbahaya sehingga membuat Hakkinen menyentuh rumput pada kecepatan 300 km/jam, dan mengakibatkan kerusakan kecil pada mobilnya.

Meskipun akhirnya Hakkinen mampu memenangi balapan, namun tindakan Schumacher itu juga menuai kontroversi karena dapat menyebabkan kecelakaan fatal.

Meskipun sempat mengalami beberapa kontroversi dan sempat berselisih dengan para rivalnya. Namun, soal skill membalap tak usah meragukan juara dunia tujuh kali ini.