Menyelesaikan balapan di posisi tiga besar jadi kebanggaan para pembalap MotoGP. Tapi, hal ini tidak lantas jadi jaminan pembalap tersebut bisa menyegel gelar juara dunia di akhir musim. Masih ada banyak faktor yang dapat menjegal meski punya jumlah podium lebih banyak.
Realitas demikian dirasakan lima pembalap MotoGP berikut ini. Mereka sering peroleh hasil baik saat balapan. Namun, gelar juara dunia kelas utama tak kunjung mampir dalam lemari gelar. Siapa saja mereka? Simak ulasannya ya!
Selama 13 musim mengarungi ketatnya kompetisi di kelas utama bersama Honda, Dani Pedrosa tak pernah sekalipun menggapai gelar juara. 112 podium yang telah diperoleh mengantarkan pembalap Spanyol itu meraih tiga kali runner-up di klasemen akhir pada 2007, 2010 dan 2012.
Hasil demikian membuat Pedrosa kerap dijuluki sebagai Mr. Runner Up. Kini, ia tak lagi berkompetisi di kelas utama MotoGP. Pedrosa berperan sebagai test rider di Red Bull KTM Factory Racing.
Andrea Dovizioso ada di daftar kedua pembalap tanpa gelar juara sepanjang karier yang sering finis tiga besar. Hingga musim 2020 lalu total Dovi sudah 62 kali berada di podium.
Rinciannya, 15 kali memenangi balapan, 21 kali sebagai runner-up dan 26 kali selesaikan lomba di posisi ketiga. Posisi terbaiknya di klasemen akhir adalah runner-up tiga kali beruntun pada 2017 hingga 2019 bersama Ducati.
Musim depan, Andrea Dovizioso bakal menepi sebentar dari riunya MotoGP. Ia menolak sejumlah tawaran sebagai test rider dan lebih memilih cuti sementara dari kompetisi.
Delapan tahun berkiprah di MotoGP, Max Biaggi belum pernah meraih puncak tertinggi sebagai juara dunia sampai musim 2005 yang jadi akhir perjalanannya di kelas utama. Pembalap berkebangsaan Italia itu tercatat sudah 58 kali menjejaki podium dengan 13 diantaranya diraih setelah memenangi balapan.
Prestasi tertingginya ialah tiga kali runner-up. Posisi tersebut didapatkannya pada 1998 bersama Marlboro Team Kanemoto dan dua kali beruntun di musim 2001 serta 2002 ketika memperkuat Marlboro Yamaha Team.
Di awal debutnya pada 1979 Randy Mamola langsung terjun pada dua kelas sekaligus, yakni kelas utama 500cc dan 250cc. Hasilnya, pembalap asal Amerika Serikat tersebut finis di posisi kedelapan pada klasemen kelas utama serta keempat di kelas 250cc.
Setelahnya, Mamola lebih fokus terjun ke kelas 500cc. Hingga penghujung kariernya pada 1992 ia telah 53 kali finis di deretan tiga besar. Selain itu, Mamola juga meraih empat kali runner-up pada 1980, 1981, 1984 dan 1987.
Loris Capirossi termasuk salah satu pembalap yang terlama berkiprah di semua kelas MotoGP. Total 22 musim dia habiskan untuk mengarungi ketatnya persaingan dari kelas 125cc hingga kelas tertinggi MotoGP.
Selama perjalanan panjangnya di kompetisi sudah tiga gelar juara dikoleksi Capirossi masing dua kali di kelas 125cc dan satu saat berlaga di kelas 250cc. Tapi, ia tak pernah merasakan gelar juara dunia di kelas tertinggi.
Prestasi tertinggi Capirex, julukan Capirossi, di kelas premier adalah dua kali tuntaskan musim di posisi ketiga pada 2001 dan 2006. 42 kali podium dan sembilan kemenangan melengkapi cerita panjang Capirossi di kelas utama MotoGP.
Kelima pembalap tadi sudah merasakan betapa sengitnya bersaing dengan pembalap-pembalap lainnya dalam kejuaraan. Mereka sudah berulang naik podium tapi tak cukup untuk mengunci gelar juara dunia di penghujung musim.
Walau begitu, usaha dan kerja keras mereka layak diapresiasi. Sebab, ada tenaga, waktu bahkan nyawa yang dipertaruhkan saat mereka berkarier di ajang balap.