Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pelatih kepala ganda putri Indonesia, Eng Hian (dok. PP PBSI)
Pelatih kepala ganda putri Indonesia, Eng Hian (dok. PP PBSI)

Intinya sih...

  • PP PBSI buka suara soal perubahan mekanisme promosi dan degradasi atlet pelatnas
  • Atlet tak berprestasi bisa didepak kapan saja tanpa menunggu periode waktu tertentu
  • PBSI tidak akan membedakan atlet pelatnas dan profesional, semua harus memberikan prestasi untuk Indonesia
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PP PBSI buka suara menjelaskan alasan perubahan mekanisme sistem promosi dan degradasi untuk penghuni Pelatnas PBSI Cipayung. Mulai tahun ini, atlet yang tak berprestasi harus siap didepak kapan saja tanpa menunggu masa waktu enam bulan atau satu tahun seperti periode-periode sebelumnya.

Begitu pula dengan sistem promosi. PBSI bisa melakukan pemanggilan atlet dari klub dengan waktu yang lebih fleksibel dengan mekanisme baru ini. PBSI menegaskan tak akan membedakan atlet pelatnas dan profesional.

1. Tagih komitmen para atlet

Chico Aura Dwi Wardoyo kalah di babak 32 besar China Open 2024 (dok. PP PBSI)

PBSI menagih komitmen para atlet pelatnas untuk menyumbang prestasi atas nama Merah Putih. Terutama bagi para pemain senior.

Hal ini juga diungkapkan Wakil Ketua Umum l PBSI, Taufik Hidayat dalam pertemuannya dengan sederet pemain senior Indonesia.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) Pelatnas PBSI, Eng Hian mengatakan, pertemuan dlakukan untuk memberikan semangat dan mendengarkan usulan, kebutuhan serta keinginan para atlet. Harapannya, para atlet dapat menghuni pelatnas dengan nyaman dan berfokus untuk mencatatkan prestasi.

“Pemain senior ini mempunyai jangka waktu bermain yang tidak panjang, jadi mereka harus punya komitmen yang tinggi selama berada di Pelatnas dan memaksimalkan waktu yang ada untuk meraih prestasi terbaik,” kata Eng Hian dalam keterangan tertulis PP PBSI.

2. Tak mau membedakan atlet pelatnas dan non pelatnas

Ganda putra Indonesia, Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani mengunci tiket ke semifinal All England 2025 (dok.PP PBSI)

Eng Hian mengatakan, PBSI saat ini masih mengkaji lebih dalam soal mekanisme yang akan diberlakukan bagi para atlet yang ingin berkarier di luar pelatnas. PBSI berupaya untuk tak membedakan para atlet demi sama-sama membawa bulu tangkis Indonesia makin berprestasi di kancah internasional.

“Intinya kami tidak membedakan atlet tersebut berada di Pelatnas atau luar Pelatnas, yang terpenting mereka adalah atlet anggota PBSI yang membela dan mengharumkan nama Indonesia di kancah International,” kata Eng Hian.

3. Demi meningkatkan daya saing

Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti mengunci kemenangan perdana di All England 2025 (dok. PP PBSI)

Eng Hian menegaskan, para atlet bulu tangkis Indonesia akan dipantau performanya melalui capaian prestasi di turnamen BWF dan multi event. Progres secara fisik, teknik, dan data pendukung lain akan dijadikan pertimbangan untuk pelatih mengambil keputusan promosi dan degradasi.

PBSI berharap, cara ini bisa meningkatkan daya saing para atlet bulu tangkis baik di dalam maupun di luar pelatnas.

“Saya berharap kebijakan ini dapat meningkatkan daya saing atlet Indonesia di kancah internasional serta memastikan pelatnas diisi oleh pemain yang benar-benar layak,” kata Eng Hian.

Editorial Team