Tarian Perang yang Hiasi Pertandingan PON XX Papua
Budaya Papua harus dijaga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jayapura, IDN Times - Bak serdadu perang, sekelompok orang dengan pakaian tradisional, bergerak lincah mengikuti irama musik yang keluar dari tifa dan kerang tiup. Mereka begitu kompak bersorak-sorai, sambil sesekali berjingkrak, layaknya membakar semangat dalam drama kolosal.
Badan dilumuri cat dengan motif khas. Mereka juga menggunakan baju adat lengkap plus aksesoris, seperti akar dan daun yang diikat pada pinggang, manik-manik kalung, hingga gelang, termasuk ikat kepala khas suku-suku di Papua.
Yang paling menonjol, tentu senjata panah dan tombak yang dipergunakan dalam atraksinya. Mereka dengan piawai menggerakannya dan selaras dengan alunan lagu, seakan bakal menerkam musuhnya.
Baca Juga: Penutupan PON XX Papua 2021: Masyarakat Harus Tahan Diri
1. Ritual khusus perang di Ifar Besar
Itu merupakan ritual khusus yang acap kali dilakukan Suku Sentani untuk menggambarkan semangat sebelum berperang. Biasanya, tarian tersebut dilakukan sebagai budaya dan kebiasaan untuk memberikan semangat orang-orang yang tampil di medan laga.
Namun, tenang saja, tarian itu dilakukan Sanggar Hilare, Kampung Ifar Besar, bukan untuk segera berperang. Mereka melakukan tarian rakyat untuk menyambut dan menghibur kontingen Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang datang ke GOR HMS Toware, Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura.
Baca Juga: Emas Sepak Bola PON yang Begitu Emosional untuk Papua