TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tarik Ulur Vaksin Gratis Buat Relawan Olimpiade Tokyo 2020

Media dan sponsor asing akan jalani karantina ketat

Acara penyalaan obor Olimpiade menjelang pembukaan secara resmi Olimpiade Tokyo 2020 pada hari Kamis, 25 Maret 2021, waktu setempat. (Twitter.com/Tokyo2020)

Jakarta, IDN Times - Jepang tengah mempertimbangkan opsi untuk memberikan vaksin gratis kepada 70 ribu relawan yang bertugas di Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020. Menteri Olimpiade, Tamayo Marukawa, menyebutkan para pejabat telah setuju mengenai gagasan melakukan vaksinasi kepada para sukarelawan demi kelancaran event.

"Kami ingin mempertimbangkan secara menyeluruh, dengan pejabat lain terkait, masalah praktis mengenai apa yang dapat dilakukan untuk mewujudkan event yang aman dan terjamin," ujar Tamayo melansir dari Kyodo News.

Baca Juga: Peselancar Rio Waida Tambah 1 Wakil Indonesia di Olimpiade Tokyo

1. Pfizer jadi distributor vaksin Olimpiade Tokyo

Logo perusahaan farmasi Pfizer (www.fiercebiotech.com)

CEO Olimpiade Tokyo, Toshiro Muto, mengakui masalah keamanan terkait pandemi COVID-19 masih menjadi PR besar buat penyelenggara. Banyak relawan yang takut terpapar COVID-19 karena belum ada jaminan terkait vaksin demi melindungi mereka saat bekerja.

Statistik menunjukkan sudah 10 ribu relawan yang mundur dari Olimpiade Tokyo. Artinya, jumlah relawan Olimpiade Tokyo sekarang cuma 70 ribu.

Demi mengatasi masalah ini, penyelenggrara Olimpiade Tokyo telah bekerja sama dengan produsen vaksin Amerika Serikat, Pfizer Inc.

Nantinya, Pfizer akan memberi vaksinasi secara gratis kepada setiap pihak yang terlibat dalam Olimpiade Tokyo. Terkait relawan, statusnya masih dipertimbangkan oleh pihak penyelenggara Olimpiade Tokyo dan pemerintah Jepang.

2. Media dan sponsor asing dipasangkan GPS

Suasana kota Tokyo, Jepang (IDN Times/Anata)

Presiden Komite Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, Seiko Hashimoto, menyatakan media dan sponsor asing akan dipasangkan GPS sebagai alat untuk mengontrol aktivitasnya secara ketat.

Jadi, media dan sponsor asing tak bisa pergi ke tempat-tempat di luar dari yang diizinkan penyelenggara. Namun, penggunaan GPS hanya diterapkan ketika mereka menjalani masa karantina selama 14 hari usai masuk ke kawasan Jepang.

"Kami akan memastikan mereka tidak pergi ke tempat selain yang sudah terdaftar sebelumnya. Maka dari itu, kami menggunakan GPS dan sarana lain untuk mengontrol aktivitas mereka secara ketat," ujar Hashimoto.

Baca Juga: Olimpiade Tokyo 2020 Berpotensi Lahirkan Varian Baru COVID-19

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya