TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Carmelo Ezpeleta Beberkan Alasan Panjangnya Kalender MotoGP 2023

MotoGP harus bersaing dengan olahraga lain

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Jumlah 21 seri Grand Prix dalam Kalender MotoGP 2023 dinilai terlalu berlebihan. Terutama pada tur luar Eropa yang terlihat begitu padat. Dalam waktu sekitar dua bulan, ada tujuh balapan yang berlangsung mulai dari akhir September sampai pertengahan November.

Jadwal tersebut berdasarkan pada kalender provisional musim depan yang telah dirilis oleh Dorna. Tur luar Eropa dimulai dari India (24 September 2023), Jepang (1 Oktober 2023), Indonesia (15 Oktober 2023), Australia (22 Oktober 2023), Thailand (29 Oktober 2023), Malaysia (12 November 2023), dan Qatar (19 November 2023).

Jadwal yang padat menuai banyak protes. Kritikan pedas pun datang dari berbagai pihak, termasuk para petinggi pabrikan. Bos KTM, Stefan Pierer, misalnya, menyarankan agar maksimal jumlah balapan 18 seri saja setiap musimnya. Namun, bos Dorna Carmelo Ezpeleta punya alasan kuat tentang panjangnya kalender balap.

1. MotoGP bersaing dengan jadwal Formula 1

Carmelo Ezpeleta (motogp.com)

“Situasinya adalah kita bersaing dengan olahraga lain dan kami harus berkompromi saat membuat kalender GP,” kata Ezpeleta seperti dikutip Speedweek.

Ezpeleta mengacu pada kalender Formula 1. Selain itu, jumlah balapan yang bertambah memaksa Dorna mengatur jadwal dengan cara memulai musim lebih awal dan menyelesaikannya lebih lambat dibandingkan sebelum adanya pandemik COVID-19 saat MotoGP menghelat 19 seri.

Baca Juga: 5 Negara dengan Jumlah Juara Dunia Terbanyak di Berbagai Kelas MotoGP

2. MotoGP harus menjaga minat yang sedang bertumbuh

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Makin banyaknya jumlah seri MotoGP adalah sebuah kebutuhan karena seri balap lain meningkatkan jumlah balapannya. Formula 1 akan segera memiliki 24 seri balapan. Mau tak mau, MotoGP harus memperpanjang musim agar tak kalah pamor.

“Aku pribadi bisa hidup dengan hanya 15 balapan. Namun, kami perlu memperluas dan memperpanjang musim. Minat terhadap (penyelenggaraan) MotoGP tumbuh secara signifikan. Arab Saudi juga ingin menggelar Grand Prix sepeda motor,” beber bos kawakan berusia 76 tahun ini.

3. Masuknya Kazakhstan dalam kalender balap bukan tanpa alasan

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Selain Stefan Pierer, Hubert Trunkenpolz yang juga merupakan petinggi di pabrikan KTM mempertanyakan masuknya Kazakhstan dalam kalender balap. Ia heran karena Kazakhstan bukan pasar potensial seperti India.

“Tak ada penyelenggara (sirkuit) lain yang menyepakati tanggal GP di bulan Juli. Jika kami tak memasukkan Sirkuit Sokol, akan ada liburan musim panas selama lima minggu seperti pada 2022 ketika GP Finlandia dibatalkan,” ujar Ezpeleta dikutip Speedweek.

Ezpeleta menambahkan bahwa absen selama lima minggu bukan hal yang baik. MotoGP tak bisa menghilang terlalu lama dari dunia motorsport.

4. Jadwal padat September hingga November untuk menghindari bentrok dengan Formula 1

ilustrasi balap MotoGP (motogp.com)

Ezpeleta juga tahu adanya keluhan mengenai sedikitnya waktu libur selama dua bulan tur luar Eropa. Alasannya ada pada jadwal yang bentrok antara kalender MotoGP dan Formula 1.

Pada bulan Mei, ada tiga balapan Formula 1 yang digelar beruntun. Kondisi ini memaksa Dorna untuk memindahkan GP Italia di Mugello ke akhir pekan pertama bulan Juni dan GP Catalunya dipindahkan ke bulan September.

“Kami harus mempertimbangkan keinginan promotor yang tak ingin jadwalnya bersamaan dengan Formula 1. Selain itu, karena siaran TV, kami pun ingin sesedikit mungkin bentrok dengan Formula 1. Setidaknya tidak pada zona waktu yang sama,” ungkap Ezpeleta.

Baca Juga: Fans MotoGP Wajib Tahu! Ini 22 Buku tentang MotoGP Layak Koleksi

Verified Writer

Ryan Budiman

Hola... jadipunya.id

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya