Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Chris Paul, Pemain yang Selalu Membuat Timnya Menjadi Lebih Baik

Chris Paul (nba.com)

Chris Paul kembali membuktikan bahwa dirinya masih belum habis meskipun sudah memasuki usia 36 tahun. Pemain yang akrab dipanggil CP3 tersebut masih mampu membawa Phoenix Suns merajai Wilayah Barat NBA.

Padahal, sebelum kedatangan Paul, Suns berkutat di papan bawah dan kerap kali menjadi juru kunci. Namun, ketika Paul datang, mereka mampu menginjak partai final sebelum dikalahkan Milwaukee Bucks pada 2021.

Hal itu membuktikan betapa besarnya dampak Paul terhadap timnya saat ini. Menariknya, itu bukan kali pertama Paul mampu membuat tim yang dibelanya menjadi lebih baik. Ia juga melakukan hal yang sama kepada tim yang ia bela sebelumnya.

1. Awal kariernya di NBA bersama New Orleans Hornets

Chris Paul (nba.com)

Chris Paul menjalani masa kuliahnya di Wake Forest University. Kampus yang juga mengorbitkan nama Tim Duncan. Paul hanya memiliki tinggi 1,83 meter. Cukup kecil untuk ukuran pemain NBA. Namun, ia mampu membuktikan kualitasnya selama 2 tahun di Wake Forest.

Hal itu membuat New Orleans Hornets kemudian memilihnya di urutan keempat pada NBA Draft 2005. Keputusan Hornets tersebut rupanya tak salah. Paul sukses meraih gelar Rookie of the Year dengan torehan 16,1 poin, 7,8 assist, dan 5,1 rebound per game.

Pada musim ketiganya, Paul sudah berhasil masuk All-Star. Kala itu, ia tampil solid dengan raihan 21,1 poin, 11,6 assist (tertinggi saat itu), dan 4 rebound per game. Dengan catatan tersebut, ia bahkan dianggap layak mendapat gelar MVP.

Hornets pada musim tersebut dibawanya menduduki peringkat kedua Wilayah Barat. Paul kembali mampu membawa Hornets yang tak banyak diperkuat pemain bintang melaju ke babak playoff, lecuali pada 2009/2010 ketika ia cedera.

2. Bawa Los Angeles Clippers jadi pesaing juara

Chris Paul (nba.com)

Pada 2011, Chris Paul sebenarnya hampir menjalin kontrak dengan Los Angeles Lakers. Namun, NBA yang saat itu merupakan pemilik Hornets tak merestui hal tersebut. Paul gagal menciptakan duet maut dengan Kobe Bryant.

Tak berselang lama, Paul kemudian benar-benar pindah ke Los Angeles. Namun, kali itu ia bermain bersama Los Angeles Clippers. Sebelumnya, Clippers tak pernah masuk ke playoff sejak 2005/2006, ketika mereka finis di peringkat keenam Wilayah Barat.

Selebihnya, Clippers lebih sering berkutat di papan bawah. Namun, semenjak kedatangan Paul, Clippers selalu sukses menembus babak playoff. Bahkan, mereka menjadi salah satu kandidat kuat peraih cincin juara.

Apalagi saat itu Clippers juga punya Blake Griffin yang sedang dalam performa terbaiknya. Namun, mereka tak pernah melaju hingga partai final. Cedera yang dialami Paul dan Griffin sering kali membuat asa Clippers terhenti sebelum menggapai puncak.

3. Duetnya bersama James Harden di Houston Rockets

Chris Paul dan James Harden (nba.com)

Pada 2017, Chris Paul ditukar ke Houston Rockets dan berduet dengan James Harden. Pada musim pertamanya, mereka mampu membawa Rockets memuncaki Wilayah Barat dengan rekor 65-17. Harden juga dinobatkan sebagai MVP pada akhir musim.

Bahkan, pada musim tersebut, Paul untuk kali pertama berhasil mencapai babak final Wilayah Barat. Rockets berjumpa dengan Golden State Warriors. Sempat memimpin 3-2, mereka harus kehilangan Paul yang mengalami cedera hamstring.

Hal itu pun sukses dimanfaatkan Warriors dengan membalikkan keadaan pada dua game tersisa. Semusim berselang, Rockets kembali dijegal Warriors. Mereka kala itu harus takluk 2-4 pada babak semifinal Wilayah Barat. Itu juga menjadi musim terakhir Paul bersama Rockets.

4. Membuktikan dirinya masih tangguh ketika membela Oklahoma City Thunder

Chris Paul (nba.com)

Pada 2019, Rockets memutuskan menukar Chris Paul ke Oklahoma City Thunder demi mendapatkan Russell Westbrook. Kali itu, Paul dipaksa memimpin para pemain muda Thunder. Bahkan, banyak yang menganggap Thunder akan kesulitan dan tak lolos ke playoff.

Selain kehilangan Westbrook, Thunder juga ditinggal Paul George yang pindah ke Los Angeles Clippers. Namun, dengan segala keterbatasan tersebut, Thunder nyatanya masih mampu finis kelima di Wilayah Barat. Paul menunjukkan dirinya mampu membawa para pemain muda tersebut tampil lebih baik.

Pada babak playoff, Thunder harus terhenti pada babak pertama dari Houston Rockets. Meski begitu, Thunder mampu membuat Rockets bermain hingga tujuh game. Hal ini membuktikan bahwa Chris Paul masih belum habis.

5. Mengincar gelar juara pertamanya bersama Phoenix Suns

Chris Paul (nba.com)

Semusim berselang, Paul memilih bergabung dengan Phoenix Suns. Kedatangan Paul terbukti mampu mengubah Suns yang sudah 10 musim tak masuk babak playoff menjadi tim tangguh. Mereka mampu berada di urutan kedua di Wilayah Barat dengan rekor 51-21.

Suns kemudian menumbangkan juara bertahan, Los Angeles Lakers, pada babak pertama playoff. Mereka juga mengalahkan Denver Nuggets dan Los Angeles Clippers untuk menantang Milwaukee Bucks di partai final. Ini menjadi final pertama CP3 di NBA.

Meski sempat unggul dua game lebih dahulu, penampilan luar biasa dari Giannis Antetokounmpo berhasil membuat Bucks keluar sebagai pemenang lewat drama enam game. Hal itu juga mengubur impian Paul untuk merasakan gelar juara pertamanya.

Pada 2021/2022 ini, asa juara tersebut kembali muncul. Suns saat ini masih memuncaki Wilayah Barat. Kombinasi Paul dan Devin Booker makin menakutkan. Melihat prestasi musim lalu yang mampu membawa Suns menggapai babak final, akankah Chris Paul bisa memberikan gelar juara bagi Suns?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Genady Althaf
EditorGenady Althaf
Follow Us