potret Collin Veijer (instagram.com/collinveijerofficial)
Usai meraih pole position pertamanya, penampilan Collin Veijer masih belum konsisten. Ia sempat cedera dan pernah juga tak menuntaskan balapan. Kendati begitu, jika ia finis, ia melewati chequered flag di posisi poin.
Puncak penampilan Veijer baru terjadi di seri Malaysia. Saat sesi latihan di Sirkuit Sepang, ia sejatinya tampil biasa saja. Ia tak bisa mencatatkan namanya di daftar pembalap tercepat. Bahkan, Veijer harus mengikuti Q1 agar bisa melaju ke sesi kualifikasi Q2 dan memperebutkan posisi start 18 besar.
Namun, Veijer lalu tampil menggila. Ia menjadi yang tercepat di Q1 dan hampir merebut pole posiiton di Q2. Meski tak jadi polesitter, start dari urutan ke-2 di grid tetap memberikan kans besar bagi Veijer untuk bersaing di barisan depan.
Saat start balapan dimulai hari berikutnya, Veijer bisa memimpin balapan di putaran awal. Ia mengasapi para rider tangguh seperti Jaume Masia (Leopard Racing) dan Ayumu Sasaki (Liqui Moly Husqvarna Intact GP). Sayangnya, kemudian Veijer tersusul oleh Masia. Saling kejar dan ganti posisi pun terjadi di banyak putaran. Hebatnya, Veijer bisa terus bertahan untuk mengejar posisi terdepan.
Memasuki lap akhir, Veijer berada tepat di belakang rekan setimnya, Ayumu Sasaki. Pada tikungan terakhir sebelum garis finis, Veijer tak menyia-nyiakan kesempatan emas untuk mendahului Sasaki. Ia akhirnya sukses menang tipis dengan selisih 0,066 detik.
Kemenangan ini bersejarah. Pasalnya, setelah 23 tahun, akhirnya ada lagi pembalap asal Belanda yang bisa menang di ajang Grand Prix. Terkahir kali adalah Hans Spaan yang menang di kelas 125cc saat seri balap di Sirkuit Brno musim 1990.