Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

F1 2023 Paksa Pembalap Capai Batas Fisik di Tengah Cuaca Panas Qatar

Logan Sargeant harus dibantu kru setelah keluar dari mobil akibat kelelahan. (twitter.com/WilliamsRacing)
Logan Sargeant harus dibantu kru setelah keluar dari mobil akibat kelelahan. (twitter.com/WilliamsRacing)

Para pembalap Formula 1 dipaksa mencapai batas fisik mereka di Grand Prix Qatar, Senin (9/10/2023) dini hari tadi. Akibatnya, banyak pembalap yang mengeluh dehidrasi, kelelahan akibat panas, bahkan muntah-muntah. Balapan ini diadakan dalam suhu lebih dari 32 derajat celsius dan kelembapan tinggi. Itu menjadikan salah satu balapan yang paling menantang secara fisik pada 2023.

Dilansir BBC, beberapa pembalap muntah di dalam helm saat balapan berlangsung. Salah satunya Esteban Ocon yang mengaku muntah pada lap ke-15 akibat panas dan pengap yang ia rasakan selama balapan. Untungnya, ia berhasil menyelesaikan balapan dan finis di urutan keenam.

1. Cuaca yang lembap dan panas membuat balapan menjadi lebih sulit

Momen saat pit crew Aston Martin mengguyur air ke kokpit Fernando Alonso saat pit stop. (twitter.com/F1)
Momen saat pit crew Aston Martin mengguyur air ke kokpit Fernando Alonso saat pit stop. (twitter.com/F1)

Cuaca yang panas membuat para pembalap kesulitan bernapas dan tetap terhidrasi. Mereka juga harus menghadapi tantangan tambahan saat mengemudi dengan helm dan baju terusan yang ketat. Saking panasnya, George Russell dan Yuki Tsunoda sampai membuka kaca helm mereka saat balapan berlangsung, tetapi hal itu justru menyebabkan butiran pasir masuk ke mata.

Meski para pembalap memiliki air yang tersedia melalui tabung yang mengalir dari botol minuman ke helm mereka, suhu yang tinggi membuat air berubah menjadi hangat. Fernando Alonso melalui radio meminta timnya untuk mengguyurnya dengan air saat pit stop. The Times melaporkan, suhu kokpit mobil F1 di GP Qatar mencapai lebih dari 50 derajat celsius selama balapan.

2. Dengan cuaca yang tak bersahabat, para pembalap mencapai batas mereka

Max Verstappen seusai balapan GP Qatar. (twitter.com/F1)
Max Verstappen seusai balapan GP Qatar. (twitter.com/F1)

Sejumlah pembalap mencapai batas fisik mereka selama balapan. Logan Sargeant harus undur diri dari balapan pada lap ke-40 karena sudah tidak kuat menjalani balapan dan harus dipapah saat keluar dari kokpit. Alex Albon dan Lance Stroll dilaporkan membutuhkan perawatan medis setelah balapan karena tidak dapat mengatasi kondisi tersebut.

George Russell mengungkapkan, ini adalah balapan yang brutal dan merupakan balapan yang paling menguras tenaga yang pernah ia alami. Max Verstappen yang memenangi seri GP Qatar kali ini juga mengeluhkan kondisi cuaca yang ekstrem. Ia mengatakan, kondisinya terlalu ekstrem dan merasa balapan kali ini tidak ada hubungannya dengan kebugaran para pembalap.

3. Balapan F1 di Qatar mesti didiskusikan ulang

Suasana starting grid sebelum balapan GP Qatar musim 2023. (twitter.com/F1)
Suasana starting grid sebelum balapan GP Qatar musim 2023. (twitter.com/F1)

GP Qatar kali ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah F1 harus mengadakan balapan kembali di Sirkuit Losail dalam kondisi ekstrem seperti itu. Beberapa pembalap berpendapat, hal itu terlalu berbahaya. Sementara, yang lain mengatakan, hal itu merupakan bagian dari tantangan motorsport. Dilansir The Athletic, Charles Leclerc mengungkapkan, hal ini harus didiskusikan karena beberapa pembalap merasa sangat kelelahan.

Di satu sisi, keputusan FIA untuk membatasi durasi stint menjadi hanya 18 lap karena masalah keamanan ban justru memperparah situasi. Itu berarti para pembalap harus bekerja lebih keras dari biasanya. Di sisi lain, beberapa pembalap mengungkapkan kelegaannya, GP Qatar musim depan telah dijadwalkan pada akhir musim balap F1, tepatnya pada 1 Desember 2024.

Balapan seri GP Qatar kali ini menjadi balapan yang menguras tenaga bagi para pembalap Formula 1. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang apakah F1 harus berlomba dalam kondisi ekstrem seperti itu. Jelas para pembalap mencapai batas kemampuan tubuh mereka dan penting untuk menemukan keseimbangan antara mendorong para pembalap hingga batas kemampuan mereka dan menjaga mereka tetap aman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us