Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Kyudo, Seni Bela Diri Panahan asal Jepang

potret seorang praktisi Kyudo dalam sebuah turnamen (commons.wikimedia.org/Pierre-Yves Beaudouin )

Jepang terkenal dengan berbagai macam seni bela diri populer (martial arts) yang berasal dan dikembangkan dari negara tersebut. Mereka punya seni bela diri tangan kosong seperti jujutsu, judo, aikido, dan karate. Mereka juga punya seni bela diri menggunakan teknik senjata seperti kendo, iaido, kyudo.

Kyudo merupakan seni bela diri yang unik. Ia menggunakan teknik panahan dari Jepang yang namanya bisa jadi belum cukup populer di luar Jepang.

Teknik memanah sendiri merupakan salah satu teknik militer paling tua yang digunakan manusia dalam peperangan jarak jauh. Pada era kejayaan para samurai masa lalu, teknik memanah merupakan salah satu teknik senjata yang wajib dimiliki para prajurit pilihan.

Pada era modern ini, banyak orang yang masih tertarik untuk berlatih kyudo sebagai olahraga bela diri maupun untuk pengembangan sisi spiritual. Ingin tahu lebih lanjut mengenai seni bela diri panahan kyudo? Simak lima fakta kyudo, seni bela diri panahan asal Jepang.

1. Memiliki akar dari teknik perang samurai masa lalu

Dilansir Japan-talk, secara harfiah, kyudo memiliki arti way of the bow, yang merupakan seni memanah Jepang. Teknik-teknik dalam kyudo memiliki kekhasan filosofi, aturan, dan peralatan tersendiri.

Selain itu, teknik memanah kyudo merupakan seni bela diri yang memiliki akar kuat dari era kejayaan para samurai Jepang pada masa lalu. Sejumlah literasi menyebutkan, teknik memanah kyudo muncul pada abad ke-12 pada era feodal Jepang dan terinspirasi oleh teknik-teknik perang para samurai dan ritualnya.

Pada era kejayaan para samurai masa lalu, berbagai teknik penggunaan senjata, termasuk ilmu memanah, merupakan teknik berbahaya untuk menaklukkan musuh di medan perang. Selain memanah dalam posisi statis, para prajurit samurai pilihan juga memiliki kemampuan memanah dari atas pelana kuda yang sedang berlari kencang, yang disebut yabusame. Saat ini, yabusame  masih sering ditampilkan dalam ekshibisi atau festival di Jepang.

Seiring perjalanan waktu, era samurai sendiri berakhir ketika Kaisar Meiji (1852—1912) memodernisasi Jepang dalam sebuah periode yang dikenal sebagai Restorasi Meiji. Dalam perkembangan dunia modern saat ini, banyak orang berlatih kyudo untuk fokus pada kebugaran fisik dan pembinaan mental, seperti pembangunan karakter, etika, dan spiritual tanpa menghilangkan esensi dasar bela dirinya.

2. Menggunakan busur asimetris yang panjang

Seorang praktisi kyudo Jepang pada masa lalu sedang berlatih membidik sasaran. (commons.wikimedia.org/ Norges Kyudoforbund)

Dilansir Japan-talk, berbeda dengan teknik panahan barat yang menggunakan busur simetris, seni panahan kyudo menggunakan busur asimetris dan panjang (sekitar 2 m) yang dalam bahasa Jepang disebut yumi. Catatan sejarah mengindikasikan orang-orang Jepang telah menggunakan busur-busur asimetris panjang sejak abad ke-3 SM.

Secara tradisional, busur-busur tersebut dibuat dari bambu dengan aksesori kayu dan kulit. Meski pada masa modern ini material karbon telah digunakan sebagai bahan pembuat busur, sebagian besar praktisi kyudo masih memilih busur tradisional yang terbuat dari bambu.

Anak panah dalam kyudo dikenal dengan nama ya, yang terdiri atas dua bentuk berdasarkan bulu yang digunakan, yaitu haya yang biasanya merupakan anak panah yang dilesatkan pertama kali, akan berputar searah jarum jam ketika dilesatkan dari busurnya. Anak panah kedua dikenal dengan nama otoya yang berputar belawanan dengan arah jarum jam ketika dilesatkan dari busurnya.

3. Kyudo menggunakan sistem grading serupa dengan kurikulum bela diri Jepang lainnya

Lukisan tinta dari abad ke-19 menggambarkan seorang pemanah Jepang sedang membidik berbagai macam target (commons.wikimedia.org/Library of Congress)

Dalam pelatihannya, kyudo juga mengenal sistem jenjang (grading) yang serupa dengan kurikulum bela diri Jepang lainnya. Tiap jenjang dilalui dengan evaluasi dan ujian kenaikan tingkat.

Dilansir situs International Kyudo Federation, secara umum, jenjang praktisi kyudo atau kyudoka terbagi atas tingkatan kyu, yang dimulai dari kyu-5 hingga kyu-1 dan tingkatan lanjut atau dan, yang dimulai dari dan-1 (shodan) hingga dan-10 (judan). Dalam bela diri Jepang seperti aikido, karate, dan judo tingkatan dan ditandai dengan pemakaian sabuk (obi) berwarna hitam.

Setelah kyudoka mencapai tingkatan dan-5 , dimungkinkan untuk mendapatkan gelar shogo, yang merupakan gelar dan pengakuan resmi yang diberikan kepada para kyudoka yang menunjukkan kemahiran yang dihasilkan dari pelatihan intensif. Mereka juga telah menunjukkan prestasi luar biasa di kyudo. Terdapat tiga tingkatan dalam shogo, yaitu hanshi (master), kyoshi (teacher), danrenshi (instructor).

4. Seni bela diri yang bertransformasi

ilustrasi memanah dengan busur standar/recurve (pexels.com/Kampus Production)
ilustrasi memanah dengan busur standar/recurve (pexels.com/Kampus Production)

Kyudo merupakan seni bela diri yang bertransformasi dari teknik pertempuran. Dilansir situs International Kyudo Federation dalamThe History of Kyudo, setelah senjata api diperkenalkan di Jepang, era peperangan yang menggunakan busur dan panah telah berakhir.

Perubahan tersebut juga memengaruhi kurikulum pelatihan kyudo, salah satunya ketika Perang Dunia (PD) II pecah. Menteri Pendidikan Jepang mengeluarkan Kyudo dari kurikulum pendidikan karena dianggap sudah tidak dapat digunakan dalam peperangan nyata.

Setelah PD II berakhir, semua pelatihan bela diri dilarang di semua sekolah Jepang. Namun, pada 1951, pelatihan kyudo diperbolehkan kembali untuk digelar di sekolah-sekolah.

Pada 1967, Kyudo dimasukkan kembali sebagai kurikulum sekolah menengah di Jepang sebagai bagian dari pendidikan jasmani. Pelatihan kyudo modern lebih fokus pada pembangunan fisik, moral, etika, dan karakter seseorang. Kyudo modern juga memiliki arti sebuah filosofi atau "jalan" yang sejatinya lebih luas dan lebih dalam daripada sekadar teknik untuk pertempuran.

5. Merupakan olah raga bela diri yang dipertandingkan

Para Kyudoka di turnamen Kyudo World Cup Paris 2014 sedang berkompetisi. (commons.wikimedia.org/Pierre-Yves Beaudouin)

Kyudo merupakan salah satu olah raga bela diri yang mengandung unsur kompetisi dan dipertandingkan. Catatan sejarah mengenai kompetisi memanah di Jepang telah ada sejak masa lalu.

Web-Japan pernah melaporkan sebuah kompetisi yang disebut toshiya selama periode Edo (1603—1867) di Sanjusangendo (aula utama Rengeo-in, sebuah kuil di Kyoto). Para peserta berkompetisi dengan teknik memanah kyudo untuk membuktikan siapa yang memiliki kekuatan fisik dan mental terbaik.

Di tempat yang sama hingga hari ini, tiap tahunnya digelar Omato National Archery Competitionsebuah kompetisi memanah khusus laki-laki dan perempuan Jepang yang telah memasuki usia 20 tahun. Selanjutnya sejumlah turnamen dan kompetisi Kyudo internasional di bawah naungan International Kyudo Federation juga rutin digelar, baik di Jepang maupun di luar Jepang.

Meski belum sepopuler bela diri modern Jepang lainnya, kyudo sebagai salah satu seni bela diri yang memiliki akar dari era kejayaan para samurai masa lalu mulai diminati banyak orang. Ini terbukti dari sekitar 26 anggota negara yang tergabung dalam InternationalKyudoFederation.

Sejumlah kompetisi maupun seminar kyudo secara rutin digelar, baik di Jepang maupun di luar Jepang. Kamu mungkin tertarik untuk mengikutinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Jumawan Syahrudin
EditorJumawan Syahrudin
Follow Us