Anak-anak sedang berlatih jemparingan di salah satu klub panahan tradisional di Bali. (dok. pribadi/Ari Budiadnyana)
Olahraga memanah, baik tradisional maupun modern, sama-sama melatih dan meningkatkan konsentrasi. Hal ini yang membuat anak-anak dan remaja, terutama di Bali, mulai menyukai panahan tradisional atau jemparingan ini. Ajik Anom menceritakan bahwa beberapa anak-anak di klubnya setelah rutin melakukan olahraga ini menjadi lebih fokus, baik dalam pelajaran maupun dalam kegiatan lainnya.
Menurut penuturan Ajik Anom, selain melatih konsentrasi, ada beberapa anak, terutama yang sudah remaja, datang ke klubnya karena keinginannya untuk melestarikan budaya. "Anak-anak itu cerita kalau mereka memiliki keinginan untuk melestarikan budaya, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan seni, seperti menari atau menabuh gamelan. Ya, mereka dengar ada panahan tradisional, mereka langsung berkeinginan untuk bergabung," ujar Ajik Anom yang saat ini sedang mempersiapkan atlet jemparingan-nya berlaga di Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (Fornas 2021) yang akan digelar Juli 2022 mendatang di Sumatera Selatan.
Ajik Anom berharap agar jemparingan ini makin dikenal dan makin banyak anak-anak serta remaja menekuni olahraga tradisional yang sarat akan filosofi. Makin banyak anak-anak dan remaja yang menggemarinya, otomatis warisan budaya leluhur ini tidak akan punah, bahkan bisa berkembang. Mereka juga akan mampu berprestasi untuk mengharumkan nama daerahnya.