Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
MotoGP (pexels.com/Wayne Lee)
MotoGP (pexels.com/Wayne Lee)

Aleix Espargaro pensiun sebagai pembalap reguler MotoGP. Pada penghujung musim 2024, pembalap asal Spanyol kelahiran Granollers, 30 Juli 1989, itu menggantung baju balapnya. Kini ia beralih profesi sebagai test rider Honda.

Aleix punya rekam jejak panjang. Jika menilik lika-liku perjuangannya menembus ketatnya persaingan, Aleix punya kisah yang cukup menarik. Seperti pengakuannya sendiri, ia bukan pembalap paling bertalenta, tetapi ia paling bekerja keras.

Memulai karier balap Grand Prix di kelas 125cc pada 2005, Aleix baru bisa mengaspal di kelas MotoGP sejak 2010. Dari sini, ia mengalami pasang surut kehidupan. Sempat ingin pensiun dini, ia lalu berbalik menjadi salah satu kampiun yang diperhitungkan.

Aleix menutup karier dengan 3 kemenangan Grand Prix, 7 pole position, dan total 12 podium. Ranking kejuaraan terbaiknya adalah peringkat ke-4 klasemen akhir. Sepanjang kariernya, ia total melakoni 339 balapan di semua kelas. Bagaimana kilas balik karier Aleix Espargaro di MotoGP? Simak ulasannya berikut ini!

1. Berproses di ajang Grand Prix dengan penuh perjuangan

Sedari kecil, Aleix Espargaro sudah familiar dengan balapan. Bagaimana tidak, kakak dari Pol Espargaro ini lahir dan tinggal di tempat yang dekat dengan Sirkuit Catalunya. Jarak lintasan hanya 5 kilometer dari tempat ia bertumbuh.

Setelah mengaspal dalam berbagai kompetisi junior, pada 2005 Aleix debut semusim penuh di ajang Grand Prix kelas 125cc menunggangi Honda. Di motornya ia menempelkan nomor 41 sebagai bentuk penghomatan kepada runner-up kejuaraan kelas 125cc musim 2000 dan 2001 asal Jepang, Youichi Ui. Youichi inilah yang menjadi inspirasi selama Aleix debut di ajang Grand Prix.

Pada pertengahan musim 2006, Aleix naik ke kelas 250cc sebagai pembalap pengganti (replacement). Dari sini, ia meneruskan kariernya sebagai pembalap kelas intermediate hingga 2009. Meski penuh perjuangan, ia bisa finis sepuluh besar pada beberapa kesempatan.

Pada musim 2009 pula, Aleix pertama kali merasakan ketatnya persaingan di kelas MotoGP sebagai pembala pengganti (substitute). Aleix menggantikan Mika Kallio untuk tim Pramac Ducati di Sirkuit Indianapolis, Misano, Sepang, dan Valencia. Pengalaman itu mengantarkannya menjadi pembalap reguler kelas premier semusim penuh pada 2010 bersama tim yang sama.

Sayangnya, ia tak bertahan lama. Pada 2011, Aleix kembali menjadi pembalap kelas intermediate yang berganti nama menjadi Moto2. Namun, ia tak putus semangat meski turun kelas. Justru pada musim inilah Aleix pertama kalinya merasakan podium. Ia finis P3 di Sirkuit Catalunya.

Lantaran tampil cukup kompetitif, pada 2012 Aleix kembali promosi ke kelas MotoGP. Kali ini bersama Aspar Team selama dua musim.

Pada 2014, Aleix berseragam tim Forward Racing dan sejauh itu menjalani musim terbaiknya. Aleix Espargaro adalah salah satu pembalap paling mumpuni yang mengendarai motor kategori CRT atau open class. Ia meraih podium kelas MotoGP pertamanya saat finis runner-up di Sirkuit Aragon. Selain itu, ia juga merebut pole position di Belanda.

2. Merajut reputasi sebagai pembalap yang jago mengembangkan motor

Salah satu impian pembalap adalah bisa beraksi bersama tim pabrikan. Aleix Espargaro sejatinya mewujudkan impian ini. Hanya saja, pabrikan yang ia bela termasuk ‘bau kencur’ di MotoGP.

Pada 2015, Suzuki kembali beraksi di MotoGP setelah hiatus. Mereka membutuhkan pembalap yang punya kemampuan untuk mengembangkan motor. Aleix terpilih untuk membela pabrikan yang identik dengan warna biru ini.

Aleix pertama kali mencoba motor Suzuki pada akhir 2014. Itu jadi salah satu momen terbaiknya di MotoGP. Ia lalu berlaga untuk Suzuki dua musim penuh pada 2015 dan 2016. Sayangnya, hasilnya tanpa podium dengan finis terbaiknya adalah P4 di GP Jepang 2016.

Meski tak bisa memberikan podium bagi Suzuki, reputasi Aleix Espargaro justru makin terbangun. Ia seolah menjadi spesialis bagi pabrikan yang ingin mengembangkan motornya. Pada 2017, Aleix direkrut Aprilia untuk menjadi pembalapnya. Sama dengan Suzuki, Aprilia baru kembali ke MotoGP setelah hiatus panjang.

Bersama Aprilia, Aleix tampil biasa saja. Dengan motor baru yang kurang kompetitif, ia langganan bersaing di barisan tengah atau belakang. Ini menjadi salah satu episode karier yang membuatnya frustrasi.

Puncaknya, Aleix sempat berpikir untuk pensiun jelang musim 2020. Ia terlalu lelah mengikuti jadwal balap yang padat tanpa hasil yang selalu bisa dibanggakan. Bertarung di atas motor yang kurang kompetitif menambah rasa frustrasinya.

Namun, Aprilia berbenah. Bergabungnya Massimo Rivola membuat pabrikan Noale punya arah yang lebih jelas. Sejak mencoba debut RS-GP 2020 berkonfigurasi mesin V4 90 derajat dengan sayap aerodinamika terbaru, Aleix merasa Aprilia bisa memberikan hasil berharga.

Aleix pun memperbaiki sisi mentalnya. Sebagai pembalap yang hobi bersepeda, ia sering membawa sepedanya saat tur balap ke berbagai negara. Ia tak segan mengayuh sepedanya di dalam atau di luar lintasan. Bersepeda jadi sarana healing terbaik bagi Aleix.

Pada 2021, Aleix mulai memetik buah manis dari perjuangannya mengembangkan RS-GP. Ia merebut satu podium ke-3 di seri Inggris. Di Sirkuit Silverstone itu ia mempersembahkan podium pertama bagi Aprilia.

3. Musim 2022 yang paling membuahkan hasil

Hasil baik musim 2021 menularkan semangat baru bagi Aleix Espargaro dan tim Aprilia. Memasuki musim 2022, Aleix tampil makin kompetitif di atas RS-GP. Ia akhirnya bisa memanen rentetan hasil membahagiakan.

Pada musim 2022 ini, Aleix Espargaro dan Aprilia bertransformasi dari underdog menjadi topdog. Di seri Argentina, Aleix mempersembahkan kemenangan pertama bagi pabrikan Noale pada era MotoGP. Aleix juga finis P3 lima kali di Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, dan Aragon.

Aleix Espargaro bahkan sempat menjadi pemuncak klasemen sementara. Usai menang di Argentina yang merupakan seri ketiga dalam kalender balap, ia mengemas poin tertinggi. Sepanjang musim Aleix bisa tampil konsisten dengan hampir selalu finis balapan. Hanya pada seri pamungkas di seri Valencia ia gagal finis lantaran RS-GP mengalami gangguan teknis.

Kendati posisi klasemennya tergerus, Aleix berada pada peta perebutan gelar hingga beberapa seri terakhir. Ia bersaing dengan Fabio Quartararo (Yamaha) dan Francesco Bagnaia (Ducati). Pada akhir musim, Aleix menempati peringkat ke-4 klasemen akhir. Ini hasil klasemen terbaik sepanjang kariernya di ajang Grand Prix.

Hasil apik Aleix pun mengantarkan Aprilia ke era baru. Pabrikan Noale berhasil keluar dari status sebagai tim konsesi MotoGP. Aprilia kini sejajar dengan pabrikan mapan sekelas Ducati.

Pada 2023, Aprilia mencapai milestone baru di MotoGP. Saat itu Aleix Espargaro dan Maverick Vinales finis P1 dan P2 bersamaan di seri Catalunya. Pertama kalinya dalam sejarah, Aprilia bisa menyapu bersih posisi kampiun dan runner-up.

4. Aleix Espargaro mengakhiri karier dengan penuh kepuasan

Setelah berkarier sebagai pembalap reguler selama 2 dekade, Aleix Espargaro merasa cukup puas. Pada seri Catalunya musim 2024, Pembalap yang ekspresif dan biasa bicara blak-blakan ini menyatakan pensiun pada penghujung musim.

Aleix sengaja mengumumkan keputusannya di Catalunya karena tempat ini sangat berkesan baginya. Selain banyak hal yang menyenangkan, ada juga kisah memilukan yang terjadi di lintasan ini. Pada musim 2022, misalnya, ia melakukan kesalahan rookie. Selebrasi prematur karena mengira balapan telah usai membuatnya kehilangan posisi runner-up dan harus puas finis P5.

Namun, Sirkuit Catalunya adalah tempat dari segudang memori indah bagi Aleix Espargaro. Di sinilah ia merebut podium pertamanya di kelas Moto2 2011. Lintasan ini pula tempat di mana ia pernah merebut pole position bersama Suzuki. Bersama Aprilia, Aleix juga pernah menang sprint dan main race di sini. Layaknya sudah digariskan dalam takdirnya, Aleix menuntaskan balapan terakhirnya di Sirkuit Catalunya yang menghelat seri pamungkas musim 2024.

“Sangat luar biasa bisa berpamitan kepada semua fan di sini di Catalunya, dengan temanku yang menjadi juara dunia, terakhir kalinya bersama Aprilia dengan nilai 10/10. Inilah mengapa aku bilang aku adalah orang yang sungguh, sangat beruntung, paling beruntung,” kata Aleix seperti dilansir Motorsport.

Aleix Espargaro bakal dikenal sebagai seorang pejuang. Selain banyak prestasinya yang lain, ia juga menjadi pembalap pertama era MotoGP yang bisa merebut pole position dengan tiga motor berbeda: Forward Yamaha (2014), Suzuki (2015), dan Aprilia (2022). Kini. ia bakal melakoni peran baru sebagai test rider bersama Honda. Bravo, Il Capitano!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team