Kontestasi MotoGP 2024 menjadi salah satu contoh risiko balapan sprint yang memengaruhi perebutan gelar juara. Francesco Bagnaia menorehkan sebelas kemenangan grand prix sepanjang musim lalu. Jumlah tersebut lebih banyak ketimbang Jorge Martin yang hanya mengantongi tiga kemenangan.
Jika mengacu pada total poin yang dikumpulkan dalam balapan grand prix, Bagnaia memiliki poin yang lebih banyak daripada Martin. Pembalap Ducati Lenovo Team itu mengantongi 370 poin. Di sisi lain, Martin mengoleksi 337 poin dari 20 balapan grand prix. Apabila kejuaraan tak memakai format balapan sprint, maka Bagnaia menjadi juara dunia pada 2024.
Akan tetapi, MotoGP tak seperti sebelum musim 2023. Balapan sprint masuk dalam penghitungan poin di klasemen. Bagnaia dan Martin sama-sama mengoleksi tujuh kemenangan dalam balapan tersebut. Akan tetapi, Bagnaia lebih sering gagal memperoleh poin. Ia gagal mendulang poin dalam lima balapan sprint, sedangkan Martin hanya dua kali. Martin mengantongi 171 poin, sedangkan Bagnaia meraih 128 poin. Jika poin balapan sprint dan grand prix digabung, Martin memiliki keunggulan 10 poin atas Bagnaia.
Balapan sprint memang menambah kuantitas balapan dalam satu kalender balap MotoGP. Namun, risiko tetap membayangi pembalap apabila mereka mengalami insiden dalam sesi balapan tersebut. Pendekatan yang lebih hati-hati menjadi pilihan agar peluang mendulang lebih banyak poin tetap terbuka meski minim aksi saat balapan.