Debut pasangan ganda campuran baru Indonesia, Tontowi Ahmad/Apriyani Rahayu di Indonesia Masters 2020 (IDN Times/Reynaldy Wiranata)
Walau tak banyak, Indonesia setidaknya menjaga tradisi medali emas Olimpiade dari cabang bulu tangkis, terhitung sejak era Rudy Hartono. Sejatinya, Indonesia meraih 2 medali emas dari ajang Olimpiade 1972 di Munich, Jerman. Kala itu, Rudy Hartono meraih emas di nomor tunggal putra, sementara duet Ade Chandra/Christian Hadinata meraihnya di nomor ganda putra.
Sayang, tragedi kemudian terjadi. Sekelompok teroris yang merupakan warga Palestina, menyandera dan membunuh 11 atlet Israel, pada 5 September 1972. Atas aksi berdarah ini, sejumlah atlet kemudian mundur dari ajang ini dan beberapa negara menarik atletnya dari Munich. Oleh sebab itu, Komite Olimpiade Indonesia memilih tak memasukkan raihan 2 medali emas di ajang ini dalam hitungan.
Walau begitu, bulu tangkis konsisten menyumbang emas, setidaknya sejak era Susy Susanti. Susy dan sang suami, Alan Budikusuma, mengoleksi 2 medali emas dari Olimpiade 1992, dilanjutkan oleh ganda putra Rexy Mainaky/Ricky Subagja pada Olimpiade Atlanta, 4 tahun berselang.
Setelahnya, Indonesia masih rutin mengejar emas tiap 4 tahun yakni pada Olimpiade 2000 melalui pasangan Tony Gunawan/Candra Wijaya, Olimpiade 2004 melalui Taufik Hidayat, Olimpiade 2008 lewat Markis Kido/Hendra Setiawan, namun kemudian puasa medali emas pada ajang Olimpiade 2012 di London, Inggris.
Sampai kemudian, Tontowi Ahmad bersama Liliyana Natsir, pasangan ganda campuran legendaris dunia dan Indonesia, mengembalikan tradisi emas dari bulu tangkis di Olimpiade pada ajang Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil.