Red Bull membuat keputusan berani dengan melakukan swap seat pembalap mereka, Liam Lawson, dengan Yuki Tsunoda pada GP Jepang 2025 nanti. Keputusan ini diambil setelah performa buruk pembalap asal Selandia Baru ini pada dua race terakhir. Situasi ini kembali menguatkan anggapan jika kursi kedua di Red Bull merupakan posisi terkutuk bagi siapa pun yang mendudukinya.
Sepanjang sejarahnya, Red Bull kerap mengalami kesulitan dalam mempertahankan pembalap di posisi ini. Dari Daniel Ricciardo hingga Liam Lawson, banyak nama yang silih berganti karena gagal menyesuaikan diri dengan dinamika tim yang lebih berpihak pada Max Verstappen. Benarkah kursi kedua Red Bull memang penuh tekanan atau ada faktor lain yang menyebabkan fenomena ini terus berulang?