Tanggal 24 Maret 1991 merupakan hari penting bagi publik Brasil. Autodromo Jose Carlos Pace dipadati oleh penonton yang menyaksikan aksi para pembalap saling beradu cepat di lintasan. Saat itu, tak terlihat awan mendung menggelayut di area sirkuit.
Ayrton Senna punya peluang bagus untuk meraih kemenangan pada balapan tersebut. Itu karena dirinya memulai balapan dari pole position. Senna langsung tancap gas memimpin balapan begitu lampu start berwarna hijau menyala.
Lap balapan terus bertambah, tetapi Senna tetap kokoh di posisi pertama. Ia memimpin dengan keunggulan 3,243 detik atas Riccardo Patrese yang kala itu memperkuat Williams pada lap 27. Dari balik kemudi mobil McLaren MP4/6, Senna terus melesat meninggalkan rivalnya.
Namun, masalah muncul pada fase akhir balapan. Senna mengalami masalah girboks yang membuat mobilnya berada pada gir keenam. Keunggulannya atas Patrese terpangkas dari 40 detik menjadi 9,6 detik. Sementara itu, rintik hujan yang telah turun sejak pertengahan balapan tak menunjukkan tanda reda.
Masalah girboks memaksa Senna bekerja keras demi menyelesaikan balapan sebagai pemenang. Pada awal lap 71, Senna memiliki keunggulan 3,6 detik atas Patrese. Pada saat bersamaan, hujan deras mengguyur sirkuit. Senna mengangkat jari telunjuk seperti memberi isyarat perihal kondisi cuaca yang sedang terjadi. Namun, balapan tak berhenti lantaran itu adalah lap terakhir.
Senna terus mengemudikan mobilnya hingga bendera finis berkibar tepat di hadapannya. Ia sukses merampungkan balapan dengan kemenangan. Sorak sorai penonton bergema menyambut keberhasilan Senna yang mampu naik podium tertinggi di hadapan publik negaranya sendiri.