Pemenang Medali Perunggu dari Kejuaraan Bobsleigh Eropa, pada Olimpiade Musim Dingin 1984 di Trebevic, Yugoslavia. (commons.wikimedia.org/Panitia Penyelenggara Olimpiade Musim Dingin XVI, Yugoslavia/Ivan Terzić)
Angin berganti, giliran pada Olimpiade Musim Panas 1984 di Los Angeles, Amerika Serikat, menjadi pusat perhatian karena diboikot Uni Soviet. Pada awal tahun itu, atlet dunia justru berkumpul di Sarajevo, Yugoslavia, untuk Olimpiade Musim Dingin 1984. Olimpiade Sarajevo ini berlangsung tanpa hambatan. Namun, tidak ada seorang pun yang menyangka bahwa 8 tahun berselang, negara Yugoslavia mengalami kehancuran akibat peperangan.
Uni Soviet memimpin perolehan medali di Olimpiade Musim Dingin 1984 dengan 25 medali, sementara Republik Demokratik Jerman, atau yang dikenal sebagai Jerman Timur, memenangi medali emas terbanyak dengan 9 medali dan total perolehan medali sebanyak 24. Amerika Serikat berada di urutan kelima dalam perolehan 8 medali. Di sisi lain, Finlandia memperoleh 13 medali dan Norwegia 9 medali.
Setelah menjadi tuan rumah Olimpiade, Yugoslavia mengalami gempuran perang. Di tengah ketegangan ekonomi di Yugoslavia, negara Slovenia dan Kroasia memisahkan diri. Hal ini menyebabkan negara-negara lain melakukan hal yang sama dan diikuti oleh perang saudara dan kampanye pembersihan etnis Serbia. Pada 2003, beberapa wilayah Yugoslavia berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro, sebagaimana yang dikutip Britannica.
Memang tak ada yang tahu nasib suatu negara di kemudian hari. Di samping kesuksesan suatu negara menjadi tuan rumah Olimpiade, siapa sangka di kemudian hari, negara ini menghilang dari peta karena peristiwa sejarah yang terjadi. Nah, pada 2024 ini, Prancis sedang disorot dunia karena menjadi tuan rumah Olimpiade. Apakah Olimpiade Paris 2024 bakal punya kisah uniknya sendiri?