Sepanjang sejarah Formula 1 telah banyak pembalap hebat yang bermunculan. Tujuan mereka hanya satu, yakni menjadi juara dunia. Sayang tak semua pembalap tersebut dapat merasakan manisnya menjadi juara dunia.
Ketatnya persaingan serta mobil yang kalah cepat membuat mereka kesulitan memenangkan gelar juara dunia. Padahal, mereka telah berkali-kali memenangkan balapan. Berikut sepuluh pembalap Formula 1 terhebat yang tak pernah menjadi juara dunia.
Selama kariernya, Stirling Moss telah meraih 16 kemenangan dari 66 kali balapan. Jumlah kemenangan terbanyak seorang pembalap yang tak pernah meraih gelar juara dunia hingga saat ini. Moss mengakhiri musim sebagai runner up empat kali dan peringkat ketiga tiga kali.
Kesempatan terdekatnya meraih gelar juara dunia adalah di musim 1958. Saat itu ia hanya tertinggal satu poin dari Mike Hawthorn. Hingga saat ini Stirling Moss dianggap sebagai pembalap terbaik yang tak pernah merasakan gelar juara dunia.
Ronnie Peterson merupakan pembalap asal Swedia tersukses di ajang Formula 1. Dalam sembilan tahun kariernya, ia telah memenangkan 10 balapan. Peterson juga mengakhiri musim sebagai runner up sebanyak dua kali.
Selama membalap, ia telah membela March, Tyrrel, dan Lotus. Sayangnya, Peterson harus kehilangan nyawanya pada tahun 1978 saat membalap di sirkuit Monza, Italia. Padahal, saat itu ia bersaing sengit dalam perebutan juara dunia dengan pembalap asal Amerika Serikat, Mario Andretti.
Jacky Ickx merupakan pembalap bertalenta asal Belgia. Hal itu dibuktikannya dengan raihan 8 kemenangan dan 25 podium miliknya. Kesempatan meraih gelar juara dunia yang paling dekat bagi Ickx adalah pada musim 1970.
Kala itu ia yang membela Ferrari hanya tertinggal lima poin dari Jochen Rindt yang meninggal dunia ketika musim tersebut menyisakan tiga seri lagi. Setelah itu prestasi terbaiknya adalah mengakhiri musim di peringkat keempat.
Carlos Reutemann pernah menjadi pembalap yang cukup hebat pada masanya. Total ia telah meraih 12 kemenangan dalam sepuluh musim kariernya di ajang Formula 1. Reutemann juga meraih peringkat ketiga di akhir musim dengan tiga tim berbeda, yakni Brabham, Ferrari, dan Williams.
Tahun 1981 menjadi peluang terbaiknya untuk meraih gelar juara dunia. Saat itu ia unggul satu poin dari Nelson Piquet dengan menyisakan satu seri lagi. Sayang pada race tersebut ia finis di peringkat delapan, sedangkan Piquet kelima. Ia pun harus melepas gelar juara dunia yang sudah ada di depan matanya.
Hanya enam musim berkompetisi di Formula 1, Gilles Villeneuve mampu membuktikan bahwa ia merupakan pembalap hebat. Mengawali kariernya bersama McLaren, ia kemudian meraih sukses ketika membela Ferrari.
Tahun 1979 kesempatan meraih gelar juara dunia digagalkan rekan setimnya, Jody Scheckter, dengan keunggulan empat poin. Sayang nasib tragis menimpanya saat sesi kualifikasi GP Belgia tahun 1982. Kala itu ia mengalami kecelakaan fatal yang membuatnya kehilangan nyawa.
Rekan satu tim Gilles Villeneuve di Ferrari, Didier Pironi, unggul sembilan poin pada musim 1982 setelah sebelas seri meskipun ia tidak tampil pada GP Belgia untuk menghormati kematian Villeneuve.
Sayangnya, ketika memasuki GP Jerman, ia mengalami kecelakaan hebat pada sesi kualifikasi. Ketika itu menabrak bagian belakang mobil Alain Prost sehingga membuat mobilnya terbang sebelum membentur tanah dengan keras. Kedua kakinya mengalami cedera hebat yang membuat kariernya di Formula 1 berakhir.
Barrichello telah melakoni 322 kali balapan dengan 11 kemenangan dan 68 podium. Sayang ia tak pernah meraih gelar juara dunia. Pembalap asal Brazil ini sering dianggap sebagai pembalap kedua di belakang Michael Schumacher kala keduanya membela Ferrari.
Bersama Ferrari, Barrichello dua kali meraih runner up di klasemen akhir dan sekali di peringkat ketiga. Ia juga membantu Ferrari mendominasi Formula 1 sejak musim 2000 hingga 2005. Di akhir karienya, Barrichello sempat sekali merebut peringkat ketiga kala membela Brawn GP di musim 2009.
Dengan 13 kemenangan, David Coutlhard hanya kalah dari Stirling Moss sebagai peraih kemenangan terbanyak tanpa gelar juara dunia. Meskipun begitu, ia telah berkarier selama 15 tahun di ajang Formula 1.
Sempat bertengger di peringkat ketiga kala membela Williams musim 1995, Coulthard kemudian ditarik McLaren dan tampil perkasa bersama rekan satu timnya, Mika Hakkinen. Ia meraih 12 kemenangan bersama McLaren selama sembilan musim sebelum mengakhiri kariernya bersama Red Bull.
Karier Gerhard Berger di ajang Formula 1 terbilang panjang. Ia telah melakoni 210 balapan selama 14 musim. Ia juga meraih sepuluh kemenangan dan tambahan 48 podium.
Selama kariernya itu, Berger membela banyak tim hebat, seperti Benetton, Ferrari, dan McLaren. Prestasi terbaiknya adalah peringkat ketiga pada klasemen akhir tahun 1994 dan 1998. Bahkan, bersama McLaren, Berger sukses memberikan gelar juara dunia konstruktor pada musim 1990 dan 1991 kala berduet dengan Ayrton Senna.
Terakhir ada nama pembalap asal Australia, Mark Webber. Mengawali karier bersama Minardi, Jaguar, dan Williams, Webber baru menemukan performa terbaiknya kala membela Red Bull. Saat itu tim asal Austria tersebut tengah mendominasi Formula 1.
Bersama Red Bull, ia kalah bersaing dengan rekan satu timnya, Sebastian Vettel, yang meraih empat gelar juara dunia. Prestasi terbaik Webber sendiri adalah peringkat ketiga sebanyak tiga kali.
Meskipun gagal meraih gelar juara dunia, tak bisa dimungkiri bahwa mereka merupakan pembalap hebat pada eranya masing-masing dan memberikan tontonan yang menarik bagi para pencinta Formula 1.