7 Pembalap Formula 1 yang Juga Mendirikan Timnya Sendiri, Siapa Saja?

Mungkin kita semua tahu bahwa McLaren merupakan salah satu tim tersukses sepanjang sejarah Formula 1. Tim ini sukses meraih 8 juara dunia konstruktor dan 12 gelar juara dunia pembalap. Para pembalap hebat pun banyak yang pernah membela McLaren, sebut saja Alain Prost, Ayrton Senna, Mika Hakkinen, hingga Lewis Hamilton.

Namun, pendiri McLaren, yakni Bruce McLaren dulunya juga seorang pembalap Formula 1. Pria asal Selandia Baru ini berlaga dari musim 1958 hingga 1970. Dari 100 kali start, ia meraup 4 kemenangan dan 27 podium. Ia kemudian mendirikan timnya sendiri dan mulai berkompetisi pada musim 1966 dengan Bruce sendiri sebagai pembalapnya.

McLaren kemudian memulai kesuksesannya pada musim 1974 saat mereka pertama kali menjadi juara dunia lewat pembalapnya, Emerson Fittipaldi. Puncak kesuksesan McLaren sendiri adalah pada dekade '80 dan '90-an, ketika tim ini dipegang Ron Dennis sebagai team principal. 

Kala itu, kombinasi McLaren dengan mesin Honda sukses mendominasi Formula 1. Bahkan tim McLaren masih mampu bertahan di Formula 1 hingga saat ini. Pada musim 2021, McLaren diperkuat oleh pembalap Lando Norris dan Daniel Ricciardo.

Sir Jack Brabham hingga kini menjadi satu-satunya pembalap yang meraih gelar juara dunia dengan tim bentukannya sendiri, prestasi itu terjadi pada musim 1966. Timnya saat itu bahkan mengalahkan para konstruktor besar seperti Ferrari, Cooper, hingga Lotus. Itu juga menjadi gelar juara dunia ketiga Jack Brabham setelah sebelumnya ia raih pada musim 1959 dan 1960 bersama Cooper.

Jack membalap untuk terakhir kalinya pada musim 1970 di usia 44 tahun. Setelah itu, ia memutuskan pensiun dan kemudian menjual timnya ke Bernie Ecclestone. Tim Brabham sendiri cukup sukses selama berkiprah di Formula 1, dengan 2 gelar juara dunia konstruktor dan 4 gelar juara dunia pembalap. Sayang, tim ini harus bubar pada akhir musim 1992 akibat masalah finansial dan tak lagi kompetitif.

Guy Ligier bisa dibilang tak terlalu sukses sebagai pembalap Formula 1 dari musim 1966 dan 1967. Pria asal Prancis ini melakoni 12 kali start bersama Cooper dan Brabham, namun hanya meraih satu poin saja. Prestasi balap terbaiknya adalah ketika menjuarai ajang 24 Hours Le Mans di tahun 1964. 

Ligier kemudian membangun timnya sendiri dan memulai debutnya di Formula 1 pada musim 1974, kala itu Jacques Laffite ditunjuk sebagai pilotnya. Meski bukanlah pesaing juara dunia, namun prestasi Ligier tak terlalu buruk dengan raihan 9 kemenangan. Tim ini juga pernah menempati peringkat kedua klasemen konstruktor pada musim 1980.

Namun, setelah itu prestasinya terus menurun. Ligier akhirnya bubar setelah musim 1996 berakhir, padahal kala itu Ligier sempat kembali meraih kemenangan di GP Monaco lewat Olivier Panis, dan menjadi kemenangan pertama sejak terakhir kali diraih Laffite pada GP Kanada 1980. 

Jackie Stewart tak perlu diragukan lagi sebagai seorang pembalap, 3 gelar juara dunia dan 27 kemenangan menjadi bukti nyata kehebatannya. Padahal dulunya, Stewart sempat putus sekolah pada umur 15 tahun, dan didiagnosa menderita disleksia. Hal ini membuat pencapaiannya tersebut semakin luar biasa.

Stewart memulai debutnya sebagai pemilik tim pada musim 1997. Kala itu, pembalapnya adalah Rubens Barrichello dan Jan Magnussen. Prestasi terbaik tim Stewart adalah ketika Johnny Herbert meraih kemenangan secara mengejutkan pada GP Austria musim 1999. Namun, pada akhir musim timnya dijual ke Ford yang kemudian melahirkan tim Jaguar.

Alain Prost merupakan salah satu legenda Formula 1 dengan raihan 4 gelar juara dunia dan 51 kemenangan. Persaingannya dengan Ayrton Senna kala keduanya sama-sama membela McLaren juga salah satu yang terpanas sepanjang sejarah. Prost pensiun sebagai pembalap setelah menjadi juara dunia musim 1993 bersama Williams.

Setelah pensiun, ia sempat menjadi komentator dan test driver bagi McLaren. Prost kemudian membeli tim Ligier pada tahun 1997 dan membuat timnya sendiri. Lima musim bersaing di Formula 1, timnya tak mampu bersaing. Prestasi terbaiknya hanyalah tiga kali podium sebelum akhirnya bubar usai musim 2001 berakhir.

John Surtees bukan hanya juara dunia Formula 1 pada musim 1964 bersama Ferrari, namun ia juga merupakan peraih 7 gelar juara dunia MotoGP, 3 gelar di kelas 350ccm dan sisanya pada kelas 500cc. Hingga saat ini, Surtees menjadi satu-satunya orang yang mampu menjadi juara dunia MotoGP dan Formula 1.

Tak puas hanya sebagai pembalap, Surtees kemudian mendirikan timnya sendiri berbekal mesin dari Ford Cosworth, dan berhasil debut di Formula 1 pada musim 1970. Sayang, prestasi timnya tak begitu baik, raihan terbaiknya hanyalah podium kedua pada GP Italia musim 1972 yang diraih Mike Hailwood. Musim 1978 menjadi akhir dari tim ini setelah melakoni 118 kali start.

Graham Hill memulai timnya sendiri pada musim 1973 setelah keluar dari Brabham karena masalah internal. Dengan membeli mobil dari tim Shadow, ia kemudian menamai timnya Embassy Hill. Sayang, performa timnya tak terlalu baik, dengan hanya meraih tiga poin saja dalam tiga musim.

Padahal sebelumnya, prestasi Hill begitu luar biasa, dengan catatan 2 gelar juara dunia. Ia juga meraih 14 kemenangan dan 36 kali podium dari total 176 kali start.

Nasib tragis dialami Hill yang mengalami kecelakaan pesawat pada tahun 1975, sehingga membuat nyawanya tak tertolong. Kejadian ini sekaligus juga membuat timnya bubar pada akhir musim tersebut.

Meskipun beberapa dari mereka merupakan pembalap yang hebat, namun justru gagal ketika membuat timnya sendiri. Sebaliknya, ada juga yang cukup sukses ketika mengelola tim, meskipun karier balapnya biasa saja.