Jorge Lorenzo debut di atas Desmosedici pada 2017. Selama musim perdananya, Lorenzo hanya merebut tiga podium tanpa kemenangan. Adaptasinya berjalan lambat lantaran ia kesulitan bermanuver di atas tunggangan anyarnya. Kendala ini berlanjut hingga awal musim 2018.
“Aku adalah pembalap terbaik saat start, aku mengerem terakhir daripada rider lain dan bisa meluruskan motor lebih awal sehingga bisa memaksimalkan kekuatan Ducati. Namun, aku selalu punya masalah yang sama,” kata Lorenzo dilansir Motorsport-total.
Sebelum bersama Ducati, Lorenzo lama membela Yamaha. Saat itu, Yamaha terkenal sebagai motor yang paling enak diajak menikung. Kebalikannya, Ducati sangat kencang di lintasan lurus, tetapi sulit dikendalikan di tikungan.
“Ada masalah saat menikung. Ban depan tak bisa mengikuti irama ban belakang. Ini karena aerodinamika. Winglet yang besar menyebabkan turbulensi di tengah tikungan dengan kemiringan maksimum. Dengan ban bekas, sangat sulit untuk melewati tikungan,” ungkap Lorenzo dikutip Motorsport-total.
Lorenzo butuh tenaga lebih banyak untuk mengendalikan Ducati. Akibatnya, ia sering kelelahan di atas lintasan. Performanya pun menjadi tak maksimal.