Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Resolusi 2025 Buat Kamu yang Mager Olahraga

Bootcamp adidas Indonesia (dok.adidas Indonesia)

Jakarta, IDN Times - Kamu gagal mengeksekusi target-target yang sudah direncanakan di 2024? Karir jalan di tempat, olahraga malas, berat badan tak kunjung berkurang? Daripada berkilah dengan berbagai alasan, lebih baik mereview ulang kegagalanmu menjadi resolusi di tahun 2025. Jangan malu dan menyerah, sedikit terlambat tak mengapa ketimbang tidak dilakukan sama sekali.

Nah, buat yang sepanjang 2024 malas memulai olahraga dan masih sekadar niat, tenang, kamu tidak sendirian. Kamu bisa belajar dari pengalaman ahli gizi dari KONI Jakarta Irtya Qiyamulail, public figure yang juga pelari marathon Soraya Larasati, dan brand communication and sport marketing manager adidas Indonesia, Gracia Putri. Mereka membagikan tips dalam training bootcamp bertajuk Empowered in Motion yang diselenggarakan adidas Indonesia beberapa waktu lalu.

Laras, panggilan Soraya Larasati, sejatinya memiliki tubuh yang diidamkan setiap perempuan, makan banyak tetapi tidak gampang bikin naik timbangan. Dia bisa makan apa saja tanpa khawatir. Problem berat badan mulai dirasakannya usai melahirkan. "Susah turun," kata perempuan yang kini berusia 38 tahun itu.

Berbagai cara dilakukan, namun upaya mendapatkan kembali berat badan idealnya selalu kandas. "Pilihan terakhir harus olahraga," kata Laras. Awalnya dia mengaku cukup berat, terutama di dua bulan pertama. Tetapi Laras tetap memaksakan diri 2-3 kali berangkat ke gym.

"Waktu itu belum menekuni lari, karena mikirnya harus ada massa otot dulu. Lama-lama nyandu. Melahirkan benar-benar jadi momentum buat mulai olahraga," ujar perempuan yang pernah aktif di dunia sinetron ini.

Irtya Qiyamulail yang biasa dipanggil Tya, punya pengalaman berbeda. Pada dasarnya dia juga tidak pernah merisaukan berat badan. "Mau makan apa saja gak masalah, berat badan gak naik," kata Tya yang memulai olahraga lari sejak masih kuliah.

Tidak seperti runner lainnya, Tya sama sekali tidak punya basic strength training. Lari ditekuni Tya karena senang. Saat membangun komunitas lari yang ketika itu belum ada, ia baru paham kalau strength training diperlukan untuk olahraga yang digelutinya. Dari pemahaman ini, Tya kemudian rajin mengikuti event-event lari mulai dari 5 km, 10 km, hingga 21 km.

Soal momentum olahraga, Gracia Putri, mengaku beruntung keluarganya pecinta olahraga sehingga ia tidak terlalu kesulitan memulainya. "Jadi saya sudah terbiasa kompetisi," ujar Putri yang menekuni basket, softball sampai badminton.

Kendala terbesar buat dia justru memulai kembali menggerakkan badan setelah hiatus. "Butuh motivasi untuk bergerak kembali, keluar dari tempat tidur berat banget," katanya.

Untuk membangkitkan motivasi, yang pertama dilakukan Putri biasanya menggunakan bra sport terlebih dahulu. "Kan sesak tuh, sayang kalau gak lanjut (olahraga), mau gak mau," kata dia. Ketiganya pun membagikan tips lainnya. Apa itu?

1. Mulailah dari olahraga atau kegiatan yang menjadi kesukaanmu

Bootcamp adidas Indonesia (dok.adidas Indonesia)

Jangan fomo! Mulailah dari kegiatan yang kamu sukai. Kalau saat ini lari menjadi tren yang banyak dilakukan orang, tapi kamu belum tergerak mengikuti, jangan dilakukan. Pilih kegiatan yang memang ingin kamu lakukan. Fun walk, pilates, atau yoga, misalnya. Dan, ingat jangan mempermasalahkan usia karena berpikir sudah tua, atau malu karena merasa tubuh kamu gemuk.

"Enjoy, nikmati prosesnya, jangan terburu-buru. Bikin plan tapi ada progresnya. Untuk kembali ke berat badan ideal, saya butuh waktu satu tahun," kata Tya yang sering ikut kompetisi lari,  baik di dalam dan luar negeri.

2. Bergabung dalam komunitas olahraga

Soraya Larasati, Irtya Qiyamulail, dan Gracia Indri dalam bootcamp training adidas Indonesia. (IDN Times/Umi Kalsum)

Jika kamu mulai menekuni olahraga tertentu, ada baiknya ikut dalam komunitas. Di sana biasanya kita akan bertemu dengan orang-orang yang memiliki passion yang sama, sehingga kamu bisa lebih nyaman.

Kamu juga bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan. "Ketika bergabung dengan komunitas, kita akan mendapat support yang besar, karena tujuannya sama, ingin hidup sehat. Kalau awalnya malas, ketemu orang yang energinya sama, kita jadi semangat olahraga," kata Tya.

Karena olahraga lari, menurut Tya, gampang bikin orang bosan, sehingga harus ada goal yang ingin dicapai. "Jadi bangun habit sendiri saja. Kalau ingin detail bisa ikut  komunitas tapi kalau cukup ambisius bisa harus punya coaching," ujarnya.

Di Jakarta, menurut Putri, adidas Indonesia membentuk komunitas yang dinamakan Adidas Runner Jakarta. "Mulai dari newbie sampai advance ada, gratis, bisa belajar teknik lari, sport science dan lain-lain," katanya.

3. Pastikan asupan gizi seimbang dan istirahat cukup

(pexels.com/Jane Trang Doan)

Gizi seimbang sangat dibutuhkan buat kamu yang menekuni olahraga tertentu, termasuk buat pemula. 

"Ketika kita sudah ter-suppprt dengan gizi yang cukup, kita jadi punya semangat buat olahraga sampai akhir. Bahkan punya energi berlebih. Jadi 100 persen gizi, 100 persen latihan. Bukan 30 persen gizi 70 persen latihan," kata Tya.

Istirahat yang cukup juga penting. Bagi Laras, memenej istirahat, apalagi ketika akan mengikuti kompetisi sangat berdampak untuk tubuh. "Biasanya kalau mau ada kompetisi, saya benar-benar jaga istirahat, tidur jam berapa dan sebagainya," kata Tya. Istirahat yang cukup menurutnya bisa membantu recovery tubuh.

"Kalau kurang istirahat jadi gak maksimal. Jadi gak cukup gizi yang seimbang tapi istirahat juga penting. Kalau kesulitan tidur biasanya saya makan coklat atau pisang supaya tubuh lebih rileks sehingga bisa cepat tidur," katanya.

4. Gear dan pakaian yang tepat

Bootcamp adidas Indonesia (IDN Times/Umi Kalsum)

Nah, tips terakhir yang tak kalah penting adalah perlengkapan olahraga. Setelah memilih  kegiatan yang kamu sukai, memilih gear dan pakaian yang tepat juga harus hati-hati supaya nyaman berolahraga dan menghindari cedera.

Kalau suka lari, pilihlah sepatu lari yang sudah memiliki teknologi carbon plate. Untuk yang suka nge-gym, kamu bisa memilih sepatu dengan pijakan flat yang kuat.

Untuk pakaian yang nyaman, lewat kampanye Empowered in Motion, adidas berupaya mengakomodir lebih banyak orang untuk dapat berolahraga dengan percaya diri. Kampanye ini menyoroti kebutuhan dari beberapa lapisan masyarakat, terutama di kawasan Asia Tenggara yang banyak membutuhkan apparel olahraga yang lebih tertutup atau modest, termasuk hijab khusus olahraga, t-shirt yang longgar dan sepatu Dropset 3.

"Kita akan membuktikan bahwa olahraga dan bergerak aktif itu dapat diakses semua orang tanpa terkecuali," kata Cinita Dewi Mayakatri, Senior Brand Activation Manager adidas Indonesia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ilyas Listianto Mujib
Umi Kalsum
Ilyas Listianto Mujib
EditorIlyas Listianto Mujib
Follow Us