Kegagalan Ducati di Mandalika bukan tanpa sebab. Karakteristik layout sirkuit yang mengalir, berpadu dengan aspal abrasif dan suhu tinggi, membuat setup Ducati yang mengandalkan traksi mekanik dari ride height device menjadi tidak efektif.
Kondisi lintasan Mandalika juga dikenal sulit diprediksi, dengan tingkat grip yang berubah-ubah akibat debu dan pasir. Ini membuat Ducati—yang selama ini mengandalkan stabilitas dan power delivery—kehilangan daya cengkeram optimal, terutama saat keluar tikungan cepat.
Ban juga memegang peran penting. Karakter Michelin di suhu tropis Indonesia kerap membuat Ducati overheat di sektor belakang, menyebabkan degradasi lebih cepat dibanding motor lain seperti Yamaha atau Aprilia yang lebih ringan dan fleksibel.
Meski perubahan regulasi MotoGP 2027 digadang-gadang akan meruntuhkan dominasi Ducati, faktanya justru bisa sebaliknya. Keputusan menghapus ride height device dan menurunkan kapasitas mesin bisa mendorong persaingan jadi lebih seimbang. Tapi di sisi lain, Ducati dikenal sangat agresif dalam pengembangan teknologi dan cepat beradaptasi dengan regulasi baru.
Jika sejarah jadi acuan, Ducati pernah bangkit lebih kuat dari perubahan sebelumnya. Maka, alih-alih tersingkir, Ducati justru berpeluang semakin menjauh dari para pesaingnya, apalagi dengan sumber daya teknis, pembalap kelas dunia, dan jaringan tim satelit yang solid.