3 Alasan Manchester United Tidak Layak Lolos ke UCL pada 2024/2025

Fans Manchester United boleh saja bergembira setelah mengetahui tim kesayangannya lolos ke babak final Piala FA 2023/2024. Akan tetapi, mereka harus melewati momen menegangkan setelah Coventry City berhasil menyamakan kedudukan menjadi 3-3 pada babak kedua. Ini bukan pertama kalinya Manchester United kehilangan posisi unggul akibat para pemain tidak fokus dalam bertahan selama 90 menit.

Para pemain MU pernah memberikan harapan besar kepada fansnya ketika Mason Mount berhasil mencetak gol ke gawang Brentford di EPL pekan ke-30 pada menit 90+6. Namun, kemenangan itu sirna setelah pemain Brentford, Kristoffer Ajer, membobol gawang MU pada menit 90+9. Lebih parah lagi, MU sudah unggul 3-2 ketika menghadapi Chelsea sampai injury time babak kedua. Akan tetapi, kesalahan dari Diogo Dalot dan Aaron Wan Bissaka menyebabkan Chelsea berhasil berbalik unggul lewat gol Cole Palmer pada menit 90+10 dan 90+11.

Inilah bukti bahwa pemain MU sulit fokus dalam bertahan selama 90 menit. Selalu ada pemain MU yang membuat kesalahan seperti pada laga kontra Coventry City, Chelsea, dan Brentford. Jika mempertahankan keunggulan saja selalu kesulitan, MU tentu tidak bisa mengejar ketertinggalan poin dari Aston Villa dan Tottenham Hotspur yang berada di posisi ke-4 dan ke-5 klasemen sementara EPL 2023/2024.

Selain lini belakang, para penyerang Manchester United tengah tampil melempem. Hal tersebut terlihat dari catatan lima pertandingan terakhir MU. Ketiga gol Manchester United saat menghadapi Coventry City di semifinal Piala FA dicetak Bruno Fernandes, Harry Maguire, dan Scott McTominay.

Sementara itu, para penyerang MU tampil buruk dalam lima laga terakhir. Bruno Fernandes selalu memberikan yang terbaik sehingga beberapa kali menyelamatkan MU ketika melawan Bournemouth pada pekan 33 EPL. Para penyerang MU seperti kehilangan ketajaman di lini depan. Rasmus Hojlund belum menorehkan gol sama sekali usai melakukan comeback pascasembuh dari cedera.

Marcus Rashford dan Alejandro Garnacho tengah memasuki fase penurunan performa. Rashford belum mencetak gol dalam enam pertandingan terakhir, sedangkan Garnacho hanya menorehkan dua gol. The Red Devils tidak bisa selalu mengandalkan gelandang macam Kobbie Mainoo, Bruno Fernandes, dan Scott McTominay untuk mencetak gol. Pasalnya, mereka berposisi sebagai gelandang sehingga tidak bisa berharap mampu membobol gawang lawan secara konsisten tiap laga. Maka dari itu, sulit sekali bagi Manchester United menembus empat besar jika lini depannya tumpul.

Manchester United tampil dengan intensitas serta tekanan tinggi saat menghadapi Liverpool di Piala FA dan EPL pada pekan 32. Motivasi para pemain MU terbakar karena tidak ingin membiarkan rivalnya itu meraih kesuksesan pada 2023/2024. Namun, The Red Devils tampil melempem saat menghadapi klub-klub medioker seperti Brentford, Bournemouth, bahkan klub divisi Championship seperti Coventry City.

Erik ten Hag selaku manajer MU memang tidak punya kendali ketika para pemainnya melakukan begitu banyak kesalahan di tengah pertandingan. Akan tetapi, ia tidak memberikan solusi saat permainan Manchester United tidak berkembang. Ten Hag selalu memainkan formasi dan gaya permainan yang sama, yaitu 4-2-3-1. Ia juga selalu memainkan Rashford di sayap kiri, Garnacho di kanan, Fernandes sebagai gelandang serang, dan Hojlund sebagai striker.

Ten Hag kerap kali memainkan gaya permainan direct football dengan mengandalkan umpan-umpan panjang. Akan tetapi, kebanyakan umpan panjang ataupun pendek MU tidak berjalan dengan baik. Dilansir Fotmob, MU tidak pernah mencatat akurasi operan lebih dari 90 persen dalam laga kontra Bournemouth, Chelsea, Brentford, dan Coventry City. Mereka juga tidak pernah menciptakan pelaung besar lebih dari empat kali. Sebagai manajer, Ten Hag tidak punya alternatif game plan lain, padahal para pemainnya yang cedera sudah kembali merumput.

Itulah ketiga alasan mengapa Manchester United tidak layak lolos ke Liga Champions Eropa. Konsistensi performa tiap pertandingan dan peningkatan dari segi gaya bermain tidak terlihat sampai pertengahan April 2024. Manajemen MU perlu melakukan evaluasi terhadap kinerja pemain dan staf kepelatihan. Tentunya, hal tersebut bisa terwujud jika pemegang saham minoritas MU, Sir Jim Ratcliffe, bersama keluarga Glazer mau berinvestasi lebih untuk memperdalam skuad dan mendukung manajer.