Crystal Palace seharusnya tampil di UEFA Europa League musim 2025/2026 setelah menjuarai Piala FA 2025. Namun, UEFA menurunkan status mereka ke UEFA Conference League karena masalah kepemilikan. Klub tersebut dinilai melanggar Pasal 5.01 aturan kompetisi UEFA.
UEFA menemukan bahwa John Textor, pemilik saham mayoritas di Crystal Palace, juga merupakan pemilik klub Prancis, Olympique Lyon. Karena Lyon juga lolos ke Liga Europa (UEL), UEFA hanya mengizinkan salah satu dari keduanya yang tampil. Akhirnya, UEFA memilih Lyon untuk tetap berada di Europa League, sedangkan The Eagles harus turun kasta.
Keputusan UEFA ini memicu reaksi keras dari pihak Crystal Palace. Pemilik utama klub, Steve Parish, menyebut keputusan tersebut sebagai ketidakadilan besar dalam sejarah sepak bola Inggris. Ia menyatakan bahwa klubnya akan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Meskipun The Eagles tetap bermain di Conference League, keputusan ini sangat merugikan klub. Mereka kehilangan potensi pendapatan besar dari partisipasi di kompetisi tingkat kedua Eropa tersebut. Nottingham Forest, sebagai tim peringkat tertinggi berikutnya, secara resmi menggantikan tempat Crystal Palace di Liga Europa (UEL).
Kasus penolakan tiga klub oleh UEFA ini menjadi bukti bahwa regulasi kepemilikan ganda sangat diatur ketat. Tindakan ini juga membuktikan bahwa UEFA tidak hanya menyasar klub-klub kecil, tetapi juga seluruh klub, termasuk dari liga top Eropa. Ke depan, keputusan ini bisa menjadi peringatan bagi semua klub Eropa untuk patuh terhadap setiap aturan agar tidak kehilangan kesempatan berkompetisi di level tertinggi Eropa.