Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bola berlogo UCL (unsplash.com/JanoschDiggelmann)
ilustrasi bola berlogo UCL (unsplash.com/JanoschDiggelmann)

UEFA membuat keputusan besar menjelang bergulirnya kompetisi antarklub Eropa musim 2025/2026. Federasi tertinggi sepak bola Eropa itu mencoret tiga klub dari daftar peserta karena tercatat melakukan pelanggaran berat. Menariknya, masalah ketiga klub tersebut sama, yaitu terkait kepemilikan ganda di klub Eropa lain.

Yang menarik lagi, bukan hanya klub kecil yang terkena sanksi tersebut. Salah satu di antaranya berasal dari liga top Eropa dan sempat mengamankan tiket ke Liga Europa (UEL). Lantas, siapa saja tiga klub yang terkena penolakan dari UEFA di kompetisi Eropa 2025/2026 Berikut pembahasan lengkapnya.

1. Drogheda United (Irlandia) dicoret dari Conference League 2025/2026

Drogheda United menjadi klub pertama yang harus menerima keputusan pahit dari UEFA. Klub asal Republik Irlandia ini dilarang tampil di UEFA Conference League karena masalah kepemilikan ganda. UEFA mencatat bahwa mereka berbagi kepemilikan dengan klub Denmark, Silkeborg IF, yang juga lolos ke Conference League 2025/2026.

Kedua klub tersebut berada di bawah kendali grup investasi yang sama, yaitu Trivela Group. UEFA menetapkan bahwa hanya satu dari dua klub yang boleh berpartisipasi dalam satu musim kompetisi. Akhirnya, UEFA memutuskan untuk mencoret Drogheda United dari daftar peserta Conference League 2025/2026.

Pihak klub sempat mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) untuk membatalkan keputusan tersebut. Namun, pada akhir Juni 2025, CAS menolak permohonan banding Drogheda United. Keputusan UEFA pun dinyatakan sah dan tidak berubah.

Drogheda United sendiri mendapatkan tiket ke Conference League setelah menjuarai FAI Cup 2024/2025. Kepemilikan ganda Trivela Group menggagalkan klub biru merah ini berpartisipasi di turnamen kasta ketiga Eropa tersebut. Sayangnya, tempat yang ditinggalkan Drogheda United harus gugur setelah penggantinya, Derry City, gagal mendapat lisensi UEFA tepat waktu.

2. FC DAC 1904 Dunajska Streda (Slovakia) gagal mematuhi peraturan UEFA

FC DAC 1904 Dunajska Streda mengalami nasib serupa setelah UEFA menolak partisipasi mereka di Conference League. Klub asal Slovakia ini dianggap melanggar regulasi karena berada dalam struktur kepemilikan yang sama dengan klub Hungaria, Gyori ETO. Kedua klub tersebut masih dimiliki oleh pihak yang sama hingga tenggat waktu yang diberikan UEFA habis pada Maret 2025.

UEFA menilai bahwa struktur kepemilikan tersebut menimbulkan potensi konflik kepentingan. Pasal 5.01 dalam regulasi kompetisi UEFA menyatakan bahwa dua klub dengan pemilik yang sama tidak boleh mengikuti kompetisi Eropa di musim yang sama. Oleh karena itu, UEFA secara resmi mencoret FC DAC dari daftar peserta Conference League 2025/2026.

Klub asal Slovakia itu kemudian mengajukan banding terhadap keputusan tersebut ke CAS. Mereka berharap bisa membatalkan keputusan dan memulihkan hak tampil di babak kualifikasi UEFA Conference League. Namun, banding tersebut gagal dan UEFA tetap menolak keikusertaan FC DAC dari Conference League 2025/2025. FC Kosice dirumorkan akan mengisi posisi yang ditinggalkan FC DAC.

3. Crystal Palace (Inggris) turun ke Conference League setelah ditolak di Liga Europa

Crystal Palace seharusnya tampil di UEFA Europa League musim 2025/2026 setelah menjuarai Piala FA 2025. Namun, UEFA menurunkan status mereka ke UEFA Conference League karena masalah kepemilikan. Klub tersebut dinilai melanggar Pasal 5.01 aturan kompetisi UEFA.

UEFA menemukan bahwa John Textor, pemilik saham mayoritas di Crystal Palace, juga merupakan pemilik klub Prancis, Olympique Lyon. Karena Lyon juga lolos ke Liga Europa (UEL), UEFA hanya mengizinkan salah satu dari keduanya yang tampil. Akhirnya, UEFA memilih Lyon untuk tetap berada di Europa League, sedangkan The Eagles harus turun kasta.

Keputusan UEFA ini memicu reaksi keras dari pihak Crystal Palace. Pemilik utama klub, Steve Parish, menyebut keputusan tersebut sebagai ketidakadilan besar dalam sejarah sepak bola Inggris. Ia menyatakan bahwa klubnya akan membawa kasus ini ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Meskipun The Eagles tetap bermain di Conference League, keputusan ini sangat merugikan klub. Mereka kehilangan potensi pendapatan besar dari partisipasi di kompetisi tingkat kedua Eropa tersebut. Nottingham Forest, sebagai tim peringkat tertinggi berikutnya, secara resmi menggantikan tempat Crystal Palace di Liga Europa (UEL).

Kasus penolakan tiga klub oleh UEFA ini menjadi bukti bahwa regulasi kepemilikan ganda sangat diatur ketat. Tindakan ini juga membuktikan bahwa UEFA tidak hanya menyasar klub-klub kecil, tetapi juga seluruh klub, termasuk dari liga top Eropa. Ke depan, keputusan ini bisa menjadi peringatan bagi semua klub Eropa untuk patuh terhadap setiap aturan agar tidak kehilangan kesempatan berkompetisi di level tertinggi Eropa.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAtqo