Deportivo La Coruna hadir sebagai tim kejutan di LaLiga pada medio 1990-an. Mereka promosi pada 1991/1992. Setelah berakhir di posisi 17 pada musim pertamanya, Os brancoazuis berhasil menjadi runner-up dalam dua musim berikutnya.
Pada 1995/1996, Deportivo yang berganti pelatih dari Arsenio Iglesias ke John Toshack hanya bisa berakhir di posisi sembilan. Mereka melejit ke peringkat ketiga bersama Carlos Alberto Silva pada 1996/1997. Namun, pada 1997/1998, Deportivo kembali turun ke posisi 12 bersama Jose Manuel Corral.
Pada awal 1998/1999, Deportivo kembali memakai jasa pelatih baru. Mereka menunjuk Javier Irureta. Pada musim pertamanya, Irureta berhasil membawa Deportivo berakhir di posisi keenam.
Puncak dari kejutan Deportivo terjadi pada 1999/2000. Mereka berhasil menjadi juara dengan 69 poin. Deportivo meraih 21 kemenangan, 6 keimbangan, dan menelan 11 kekalahan. Mereka unggul lima angka dari Barcelona.
Saat itu, Roy Makaay menjadi bintang utama bagi Deportivo. Penyerang asal Belanda tersebut berhasil mencetak 22 gol. Makaay baru direkrut pada awal musim dari Tenerife yang bermain di Segunda Division. Selain Makaay, Djalminha dan Pauleta menjadi dua pemain lain yang menonjol pada musim tersebut.
Deportivo memastikan gelar juara mereka pada pertandingan terakhir. Pada pekan 37, Barcelona masih berpeluang untuk menyalip. Saat itu, mereka berada di posisi kedua dengan 63 poin, tertinggal 3 angka dari Deportivo.
Namun, pada pertandingan pamungkas, Barca justru terpeleset. Mereka ditahan oleh Celta Vigo dengan skor 2-2. Pada saat yang sama, Deportivo mengalahkan rival sekota Barcelona, Espanyol, dengan skor 2-0.
Sayangnya, setelah gelar juara tersebut, performa Deportivo secara perlahan menurun. Mereka hanya bisa bersaing di papan tengah. Pada 2010/2011, Deportivo akhirnya terdegradasi. Saat ini, Deportivo juga masih bermain di Segunda Division.
Pada 2024/2025, Barcelona, Real Madrid, dan Atletico Madrid kembali bertarung untuk menjadi juara. Hingga pekan ke-25, Barcelona memuncaki klasemen dengan 65 poin. Mereka unggul head-to-head dari Real Madrid dan satu poin dari Atletico Madrid.
Di posisi keempat, ada Athletic Club yang memiliki 48 poin. Secara matematis, mereka memang masih bisa untuk menjadi juara. Namun, dengan kondisi persaingan yang ada, keajaiban semacam itu tampaknya sangat sulit untuk kembali terjadi di LaLiga.