3 Sisi Non-Teknis Ini Memengaruhi Hasil Perempat Final UCL 2023/2024

Perempat final Liga Champions Eropa (UCL) 2023/2024 dipenuhi dengan drama dan plot twist. Banyak analisis dan prediksi dari media serta pengamat sepak bola yang meleset terkait klub mana yang akan lolos ke babak semifinal UCL. Contohnya, dua calon juara English Premier League (EPL), Arsenal dan Manchester City, yang dikenal dengan permainan menyerang, tidak berkutik saat menghadapi lawan-lawannya.
Sisi nonteknis berperan penting dalam hasil-hasil babak perempat final UCL 2023/2024. Pasalnya, hal tersebut dapat mempengaruhi kinerja para pemain saat bertanding di atas lapangan. Setidaknya, tiga faktor nonteknis ini punya pengaruh besar terhadap hasil-hasil babak perempat final Liga Champions Eropa pada 2023/2024.
1. Pengambilan keputusan pemain dan pelatih dapat mengubah jalannya pertandingan

Pengambilan keputusan merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah pertandingan. Baik manajer maupun pemain, keputusan saat laga berlangsung dapat memberikan dampak terhadap permainan sebuah tim. Hal tersebut bisa terlihat dari laga antara Barcelona kontra Paris Saint-Germain (PSG) pada leg kedua babak perempat final UCL 2023/2024.
Dilansir CBS Sports, eks bek Liverpool, Jamie Carragher, mempertanyakan keputusan Ronald Araujo saat berusaha menghentikan Bradley Barcola yang menjadi pemain terakhir untuk berhadapan dengan kiper Barcelona. Bek asal Uruguay itu menjatuhkan Barcola di luar kotak penalti. Akibatnya, wasit mengeluarkan kartu merah secara langsung untuk Araujo karena menghadang peluang emas mencetak gol dari belakang. Menurut Carragher, seharusnya Araujo membiarkan Barcola tetap maju karena bisa saja kiper Barcelona, Marc Andre Ter Stegen, mampu melakukan antisipasi. Jika terjadi gol, Barcelona masih bermain dengan sebelas pemain sehingga peluang untuk mengejar ketertinggalan lebih terbuka.
Di sisi lain, mantan striker Barcelona, Thierry Henry, mengkritik Joao Cancelo yang menekel Ousmane Dembele di kotak penalti. Pasalnya, Dembele tidak berada dalam situasi ideal untuk menembak ataupun mengumpan. Menurut Henry, pemain asal Prancis itu memang sengaja memancing Cancelo untuk menjatuhkannya agar PSG mendapatkan tendangan penalti.
Contoh lainnya terjadi saat adu penalti antara Manchester City dan Real Madrid pada leg kedua perempat final UCL 17 April 2024. Kiper El Real, Andriy Lunin, memutuskan tidak bergerak saat Bernardo Silva menendang bola ke arah lurus. Kebanyakan kiper akan bergerak ke kanan atau kiri, tetapi Lunin memilih tetap berada di posisinya sehingga dengan mudah mengantisipasi sepakan Silva. Inilah alasan mengapa pengambilan keputusan yang tepat menjadi sisi non-teknis yang sangat penting bagi permainan tim.
2. Konsentrasi dan solidaritas, terutama ketika bertahan

Permainan indah dan menyerang memang dapat memberikan hiburan kepada siapapun yang menyaksikannya. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi indikator utama dalam meraih kemenangan. Sebab, tim yang dapat bertahan dengan solid dan memanfaatkan peluang yang ada justru berpeluang besar untuk memenangkan sebuah laga.
Pertandingan antara Manchester City kontra Real Madird bisa menjadi contoh nyata. Menurut statistik di laman resmi UEFA, The Citizens memiliki 64 persen penguasaan bola, 93 persen operan akurat, dan menciptakan total 34 peluang dengan rincian masing-masing 11 kali mengenai dan meleset dari gawang. Sedangkan, Real Madrid hanya menguasai bola 36 persen, 85 persen operan akurat, dan hanya membuat 8 peluang dengan 3 mengenai sasaran.
Secara statistik, Manchester City terlihat bermain lebih bagus ketimbang Real Madrid. Namun, jika menyaksikan laga ini selama 120 menit, Manchester City terlalu banyak melakukan umpan silang yang tidak efektif dan minim kreativitas. Di sisi lain, Real Madrid bermain solid dengan disiplin dalam bertahan sampai akhirnya memenangkan adu penalti.
3. Ketahanan mental dalam menghadapi tekanan adalah kunci utama

Faktor mentalitas seluruh jajaran klub, mulai dari manajemen, pelatih, dan pemain, menjadi kunci utama dalam melangkah jauh di kompetisi sebesar Liga Champions Eropa. Misalnya, ketika Borussia Dortmund sempat tertinggal agregat 3-4 usai bermain imbang 2-2 kontra Atletico Madrid sampai pertengahan babak kedua. Die Borussen akhirnya berhasil memenangkan laga dengan skor 4-2 sehingga agregat menjadi 5-4.
Begitu juga dengan PSG yang mampu memanfaatkan kelengahan Barcelona yang bermain dengan sepuluh pemain usai Ronald Araujo menerima kartu merah pada menit ke-29. Les Parisiens mempermalukan Barcelona dengan kemenangan 4-1 sehingga unggul agregat 6-4. Real Madrid dan Bayern Muenchen membuktikan faktor mental dan pengalaman adalah sisi non-teknis paling penting di Liga Champions Eropa.
Bayern Muenchen mampu mencetak satu gol kemenangan melalui sundulan Joshua Kimmich meskipun bermain tidak terlalu bagus. Real Madrid mampu bertahan dengan solid selama 120 menit dan tetap tenang ketika adu penalti. Padahal, Arsenal dan Manchester City adalah dua kandidat juara English Premier League (EPL) pada 2023/2024. Mereka memainkan sepak bola menyerang yang mendominasi pertandingan. Namun, para pemain dari kedua klub ini kalah dari segi mental sehingga gagal meraih kemenangan.
Sisi non-teknis seperti tiga faktor di atas sulit dinilai jika hanya sekedar membaca data-data statistik. Sebab, sepak bola bukan matematika yang bisa diketahui hasil akhirnya secara pasti. Faktor-faktor seperti pengalaman, mental, team talk di ruang ganti, dan pengambilan keputusan di tengah pertandingan, menjadi krusial jika ingin menjuarai kompetisi sekelas Liga Champions Eropa.