5 Alasan Aurelien Tchouameni Pilih Real Madrid Ketimbang Liverpool

Los Blancos ternyata diuntungkan dengan impian masa kecil Tchouameni. Sejak kecil, pemuda 22 tahun tersebut memang mengidolakan Madrid.

Makanya, ketika ada tawaran datang dari Madrid, Tchouameni tanpa ragu buat menerimanya. Keluarga Tchouameni juga mendukung keputusannya.

"Saya tak ragu. Alasan mau cabut, karena ingin menuliskan tinta emas bersama klub terbaik, yakni Real Madrid," kata Tchouameni saat diperkenalkan ke publik dikutip situs resmi klub.

Performa Madrid musim lalu di Liga Champions turut memengaruhi keputusan Tchouameni. Mental juara Madrid saat mentas di Liga Champions, membuat Tchouameni terkesan.

Meski terdesak dalam beberapa kesempatan, Madrid memang berhasil keluar. Pun, hasilnya positif hingga akhirnya meraih gelar Liga Champions di musim lalu.

"Sebenarnya saat final saya sudah negosiasi dengan Real Madrid. Ketika laga PSG melawan Manchester City, saya bilang ke agen, bagaimana caranya agar bisa ke sana. Dan, itu terjadi," ujar Tchouameni.

Tchouameni didatangkan demi terlibat dalam proyek masa depan Madrid. Bersama Eduardo Camavinga, dia diharapkan bisa menjadi andalan baru di lini tengah.

Ya, trio gelandang Madrid sekarang, Luka Modric, Toni Kroos, dan Casemiro, sudah semakin uzur. Pelatih Carlo Ancelotti telah memiliki rencana untuk membentuk trio baru, Tchouameni, Camavinga, dan Fede Valverde.

Sebagai gelandang, Tchouameni memang dikenal dengan gayanya yang pekerja keras. Dia bisa dimainkan sebagai gelandang bertahan atau sentral.

Namun, Tchouameni sebenarnya lebih cenderung bergaya box-to-box. Lihat saja aksinya bersama AS Monaco musim lalu, agresif, bertenaga, dan berani menusuk dari lini kedua.

Tchouameni cocok buat menggantikan pos Modric. Apalagi, dia punya kemampuan tembakan jarak jauh yang prima.

Sementara, Camavinga akan ditempatkan sebagai deep-lying playmaker dan bertugas sebagai pemutus serangan dari lini tengah.

Namun, tak menutup kemungkinan Tchouameni dimainkan sebagai gelandang bertahan karena postur dan kemampuannya membaca permainan begitu bagus. Dengan komposisi ini, sektor kedua Madrid bisa menjadi lebih solid.

Dengan gaya main yang cocok dan kenyamanan pikiran saat berlaga, sudah memenuhi syarat pendukung buat Tchouameni berkembang lebih baik. Ekosistem tersebut akan membantu Tchouameni untuk menjadi salah satu gelandang top di masa depan.

Ancelotti tentunya sudah memperhitungkan bagaimana Madrid bermain dengan Tchouameni. Ada dua sistem yang bisa dipakai, 4-3-3 holding, atau 4-2-3-1.

Pola 4-2-3-1 mungkin paling cocok. Sebab, dia bisa berbagi peran dengan Camavinga, sementara Valverde yang punya agresivitas tinggi, didorong sebagai gelandang serang.

Lewat skema ini, bisa jadi Madrid akan memiliki double pivot yang lebih solid dan segar ketimbang sebelumnya.