5 Fakta Terdegradasinya Arminia Bielefeld dari Bundesliga 2021/2022

Arminia Bielefeld memang bukan klub Jerman yang dikenal luas. Mereka juga bukan tim mapan di Bundesliga. Dalam beberapa musim ke belakang, prestasi klub berjuluk Die Arminen ini bahkan terus mengalami penurunan.
Pada 2021/2022, klub asal Kota Bielefeld itu menyudahi musim di posisi tujuh belas klasemen Bundesliga. Artinya, Arminia Bielefeld otomatis terdegradasi ke kasta kedua. Mereka harus menerima nasib berkompetisi di Bundesliga 2 musim depan.
1. Hanya mampu bertahan 2 musim di Bundesliga
Arminia Bielefeld sempat bersaing ketat bersama beberapa tim lain, seperti Greuther Fuerth, Hertha Berlin, dan VfB Stuttgart untuk bertahan di kasta tertinggi Liga Jerman. Sayangnya, Die Arminen harus ikut terdegradasi bersama Greuther Fuerth yang duduk di posisi juru kunci.
Klub yang bermarkas di Schueco Arena ini berhasil masuk ke kasta tertinggi Liga Jerman setelah menjuarai Bundesliga 2 pada 2019/2022. Keberhasilan itu sangatlah berharga, sebab Arminia harus menunggu 11 tahun lamanya untuk berkompetisi kembali di Bundesliga.
Terdegradasinya Arminia kali ini berarti membuatnya hanya bertahan selama 2 musim di Bundesliga. Pada musim sebelumnya, klub ini hanya mampu bertengger di peringkat lima belas klasemen akhir. Klub asal Kota Bielefeld ini berhasil duduk satu tingkat di atas zona playoff degradasi yang ditempati FC Koeln.
2. Peringkat tertinggi hanya sampai di posisi dua belas klasemen
Penampilan Arminia Bielefeld musim lalu memang tidak mengesankan. Pasalnya, tim ini hanya berhasil menduduki peringkat tertinggi di posisi dua belas klasemen sementara Bundesliga. Hal itu didapat setelah bermain imbang bersama SC Freiburg pada laga pembuka.
Menjelang pertengahan musim, Die Arminen terperosok ke jurang degradasi dan terus bertahan di posisi tujuh belas klasemen. Pada spieltag ke-19, Arminia berhasil merangkat sedikit ke posisi empat belas berkat hasil imbang dan beberapa kemenangan. Sayangnya, kekalahan beruntun pada akhir musim memupuskan asa untuk bertahan di Bundesliga.
Arminia juga menjadi lumbung gol dari sejumlah tim besar di Bundesliga. Tak heran jika tim ini kerap menderita kekalahan telak, seperti saat melawan Bayer Leverkusen (0-4 dan 0-3), FSV Mainz (0-4), Wolfsburg (0-4), dan Bayern Muenchen (0-3).
3. Tidak ada pemain yang masuk top skor
Kemunduran yang dialami Arminia Bielefeld tentu juga disebabkan performa pemain utamanya yang gagal menunjukkan performa terbaik. Tiga pemain depan andalan Die Arminen, seperti Fabian Klos, Janni Serra, dan Florian Krueger tidak mampu menunjukkan performa terbaik musim lalu.
Meski demikian, Masaya Okugawa yang berposisi sebagai gelandang serang justru berhasil membukukan delapan gol sepanjang 2021/2022. Arminia Bielefeld hanya mampu menjebol gawang tim lawan sebanyak 26 kali.
Di sisi lain, penjaga gawang Stefan Ortega berhasil menduduki peringkat dua belas sebagai kiper dengan torehan clean sheet terbanyak di Bundesliga. Pemain berusia 29 tahun itu berhasil mencatatkan 6 clean sheet dari 33 pertandingan.
4. Arminia Bielefeld sempat mengalami beberapa kali pergantian pelatih
Buruknya penampilan Arminia Bielefeld pada 2021/2022 tentu tidak dapat dilepaskan dari payahnya sistem kepelatihan. Pasalnya, tim ini berhasil untuk kembali ke Bundesliga setelah ditangani Uwe Neuhaus sejak 2018.
Sayangnya, pelatih berusia 62 tahun itu akhirnya dipecat pada Maret 2021 setelah tak kunjung memberikan kemenangan pada tim asuhannya. Kursi kepelatihan kemudian diserahkan kepada Frank Kramer. Namun, penampilan Die Arminen tak kunjung membaik hingga ia dipecat pada April 2022.
Sampai akhir 2021/2022, Marco Kostmann ditunjuk menjadi pelatih sementara di skuad Arminia Bielefeld. Setelah memastikan diri terdegradasi, pihak manajemen klub menunjuk pelatih asal Italia, Uli Forte, untuk mengembalikan tim ini ke kasta tertinggi.
5. Arminia Bielefeld beru keluar dari krisis keuangan
Masalah yang didera Arminia Bielefeld rupanya tak hanya pada performa para pemainya di lapangan. Tim ini juga menderita krisis keuangan dalam beberapa tahun ke belakang.
Arminia sempat mengalami masa-masa tersulit usai menderita kebangkrutan pada musim dingin 2018 dengan nilai kerugian hampir 30 juta euro (Rp457 miliar). Bahkan, klub asal Kota Bielefeld itu sempat menghadapi pencabutan lisensi dari Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB).
Schueco Arena yang jadi markas kebanggaan mereka juga harus diserahkan kepada konsorsium lokal pada awal 2018. Sedangkan, Die Arminen terpaksa membayar sewa kepada konsorsium sebesar 800 ribu euro (Rp12,2 miliar) per tahun.
Berkat bantuan dari pebisnis lokal Bielefeld yang bersedia memberikan sumbangan kepada klub kesayangannya, Arminia akhirnya berhasil mengakuisisi kembali stadion. Mereka menstabilkan keuangan serta kembali berkompetisi di Bundesliga pada 2020.
Terdegradasinya Arminia Bielefeld memang bukanlah kabar yang mengejutkan melihat performanya yang kurang baik dalam 2 musim terakhir di Bundesliga. Namun, setidaknya, Die Arminen sudah berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan di kasta tertinggi Liga Jerman.