Beberapa manajer asal Portugal memiliki reputasi mentereng di English Premier League (EPL). Mereka mampu menorehkan rekor apik terkait persentase kemenangan dalam laga EPL. Sebagian dari mereka bahkan mampu mengangkat prestasi tim yang ditanganinya.
Tidak heran klub-klub liga Inggris menaruh kepercayaan kepada manajer asal Portugal. Berikut lima manajer Portugal yang memiliki persentase kemenangan tertinggi dalam sejarah EPL.
Bruno Lage mengawali kiprahnya di sepak bola Inggris sebagai asisten manajer di Swansea City pada Desember 2017--Juni 2018. Ia kemudian diangkat sebagai manajer tim utama Benfica selama 1,5 tahun pada Januari 2019--Juni 2020. Lage kembali ke sepak bola Inggris setelah ditunjuk sebagai manajer Wolverhampton Wanderers (Wolves) pada Juli 2021.
Ia mampu menjalani musim perdananya di Wolves dengan catatan yang tidak terlalu buruk, yaitu finis di peringkat kesepuluh klasemen akhir EPL dengan perolehan 51 poin hasil dari 15 menang, 6 seri, dan 17 kalah dalam 38 laga pada 2021/2022. Namun, Lage gaga mengangkat performa Wolves dengan hanya meriah 1 kemenangan dalam 9 laga EPL pada awal 2022/2023. Alhasil, ia dipecat sebagai manajer Wolves pada Oktober 2022. Dilansir laman resmi Premier League, Lage secara keseluruhan memiliki rekor 34,8 persen kemenangan dalam 46 laga EPL bersama Wolves.
Marco Silva pertama kali mendarat di sepak bola Inggris saat menangani Hull City selama 5 bulan pada Januari--Mei 2017. Ia lalu ditunjuk sebagai manajer Watford pada Mei 2017, tetapi dipecat pada Januari 2018. Silva sempat menangani Everton pada Mei 2017--Desember 2019. Ia kini menjabat sebagai manajer tim utama Fulham sejak Juli 2021.
Manajer berusia 47 tahun itu menjadi sosok penting dalam perjalanan Fulham promosi ke EPL pada 2022/2023. Ia secara konsisten mampu mempertahankan Fulham di papan tengah EPL dalam 2 musim beruntun pada 2022--2024. Silva sejauh ini mencatat persentase kemenangan di EPL mencapai 35,7 persen dalam 182 laga EPL.
Nuno Espirito Santo merupakan sosok penting bagi kembalinya Wolverhampton Wanderers ke EPL pada 2018/2019. Ia sukses menjadikan Wolves sebagai tim papan tengah yang kerap kali menjadi batu sandungan klub-klub besar EPL. Ia sempat menemui kegagalan ketika menangani Tottenham Hotspur pada awal 2020/2021. Namun, Santo kembali membuktikan kapasitasnnya saat menyelamatkan Nottingham Forest dari degradasi pada 2023/2024.
Kualitas Santo dapat terlihat dari statistik kemenangannya selama menangani Wolves, Tottenham, dan Nottingham Forest di EPL. Menurut laman resmi Premier League, ia sejauh ini menorehkan 37,8 persen kemenangan dalam 156 laga EPL. Santo juga meraih rata-rata 1,39 poin per laga dalam kariernya di liga Inggris.
Andre Villas-Boas pernah menangani dua klub papan atas EPL, Chelsea dan Tottenham Hotspur. Ia kala itu disebut-sebut bakal meraih kesuksesan seperti seniornya, Jose Mourinho. Sebab, Villas-Boas hadir ke EPL setelah membawa FC Porto meraih treble winner pada 2010/2011.
Sayangnya, ia hanya bertahan selama 247 hari di Chelsea setelah dipecat pada Maret 2012. Villas-Boas kemudian menangani Tottenham Hotspur selama 1,5 tahun pada Juli 2012--Desember 2013. Dilansir laman resmi Premier League, ia memiliki rekor 51,9 persen kemenangan dalam 81 laga EPL. Meski begitu, Villas-Boas gagal memenangkan gelar juara bergengsi selama berkarier di sepak bola Inggris.
Jose Mourinho merupakan manajer Portugal tersukses yang pernah berkarier di EPL. Ia mendobrak dominasi Manchester United dan Arsenal kala membawa Chelsea meraih gelar juara EPL pada 2004--2006. Mourinho kembali menjuarai EPL saat memasuki peridoe keduanya bersama The Blues pada 2014/2015. Ia lalu meraih titel juara Piala Liga Inggris dan Liga Europa bersama Manchester United pada 2016/2017. Sayangnya, Mourinho gagal memberikan gelar juara saat menukangi Tottenham Hotspur.
Menurut laman resmi Premier League, Mourinho memiliki rekor 59,8 persentase kemenangan dalam 363 laga EPL dengan rata-rata meraih 2,02 poin per pertandingan. Ia menjadi manajer Portugal dengan rekor persentase kemenangan tertinggi dalam sejarah EPL. Mourinho kini melatih Fenerbahce sejak musim panas 2024.
Kelima manajer di atas bisa menjadi motivasi bagi Ruben Amorim yang akan memulai perjalanannya di sepak bola Inggris bersama Manchester United. Ia diharapkan mampu membangun filosofi sepak bola menyerang dan mengembalikan kejayaan MU seperti era kepelatihan Sir Alex Ferguson. Mampukah Amorim melebih pencapaian para seniornya sesama manajer asal Portugal di EPL? Patut dinanti.